NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:907
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah

Diruang latihan malam itu terlihat sepi. Tidak ada dentuman musik, hanya suara pendingin ruangan.

Terdengar langkah kaki anggota Neonix yang perlahan masuk satu per satu.

Luna sudah menunggu di tengah ruangan. Wajahnya tampak tenang tapi tegas. Di depannya ada beberapa botol air mineral dan cemilan ringan.

“Baik, semuanya sudah datang?”

Luna menatap satu per satu wajah mereka.

“Mulai malam ini, kita akan punya rutinitas baru,” katanya sambil tersenyum tipis.

“Rutinitas baru?” tanya Adrian sambil bersandar di dinding.

“Ya. Selain makaan sehat, setiap minggu, satu kali, kita akan duduk bersama seperti ini. Tanpa kamera, tanpa pelatih, tanpa jadwal latihan. Hanya kita.”

Anak-anak itu saling pandang, tampak sedikit bingung. Luna menatap mereka dengan lembut, tapi nadanya jelas.

“Aku ingin kalian bisa bicara apa pun. Uneg-uneg, tekanan, keluhan, atau ide kalian sendiri tentang masa depan Neonix.”

“Serius, boleh bicara apa aja?” tanya Shine pelan.

“Ya,” jawab Luna mantap. “Kalian boleh bicara apa pun. Bahkan hal-hal yang kalian anggap tidak penting sekalipun."

"Aku ingin kalian tahu, kalau ada yang terasa berat, kalian bisa datang padaku langsung. Aku jamin, semua pembicaraan kita akan aman. Rahasia kalian tidak akan keluar ke siapa pun.” Lanjutnya tegas.

Ruangan itu mendadak hening beberapa detik. Tatapan mereka mulai berubah dari ragu menjadi sedikit percaya.

Elio yang duduk di kursi pojok menatap Luna lama. Ia bisa melihat ketulusan dari sorot matanya. Tak ada kesan ingin mengatur, hanya ingin memahami.

“Aku tahu pekerjaan kalian berat,” lanjut Luna.

“Kalian harus selalu tampil sempurna di depan semua orang. Tapi di sini, aku ingin kalian bisa jadi diri kalian sendiri. Capek boleh. Sedih juga boleh.”

Jae tertawa kecil, “Kalau mau marah juga boleh?”

Luna ikut tersenyum. “Boleh. Asal jangan sampai kesurupan.” katanya bercanda.

Tawa ringan pun pecah di antara mereka. Ketegangan perlahan mencair.

Rei mengangkat tangannya pelan. “Kalau kita punya ide soal lagu atau konsep, bisa dibahas juga?”

“Tentu. Aku justru ingin dengar langsung dari kalian. Neonix bukan hanya milik perusahaan, tapi juga milik kalian yang menjalankannya.”

Suasana sempat hening sejenak, sampai Marcel tiba-tiba menepuk dahinya.

“Oh iya, aku lupa sesuatu,” katanya.

Beberapa detik kemudian, nada notifikasi ponsel mereka berbunyi hampir bersamaan.

Luna mengerjap pelan, melihat notifikasi baru yang masuk. Dia akhirnya masuk ke dalam grup chat NEONIX.

Marcel tersenyum kecil. “Sudah, sekarang kau sudah resmi, Nona.”

“Uhh dasar, seharusnya dari kemarin,” dengus Luna.

“Maaf, maaf,” jawab Marcel sambil terkekeh, tangannya terangkat seolah menyerah.

Ada senyum tipis yang muncul di bibir para anggota Neonix, membuat suasana studio terasa sedikit lebih ringan.

Elio langsung menyimpan nomor Luna, ia menambahkan sebuah emotikon bunga di ujung namanya. Entah mengapa baginya itu terasa manis.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan siapa pun, Rei menatap layar ponselnya sebentar, lalu mengetik nama kontak baru 'Si Penyihir' dengan emotikon kucing di akhir julukan itu. Dia tertawa kecil sendiri, lalu segera menyimpan ponselnya.

Luna meminta Marcel untuk mengantarkan anak-anak lain terlebih dahulu. Ia sendiri memutuskan keluar sendiri karena ada keperluan lain.

Saat ia melangkah keluar dari gedung, suara langkah kecil terdengar di belakang.

“Luna!” panggil seseorang.

Shine berlari kecil menghampiri, wajahnya masih sedikit berkeringat setelah berlari.

“Kau tidak pulang?” tanyanya dengan nada ingin tahu.

Luna tersenyum tipis. “Aku mau berbelanja keperluan dapur untuk beberapa hari. Hanya sebentar.”

Shine menatapnya, lalu tersenyum setengah memohon. “Boleh aku ikut?”

Luna terkekeh kecil. “Baiklah, Tuan Shine. Ayo.”

Shine langsung tersenyum lebar, lalu berjalan di sampingnya.

Supermarket disudut jalan tampak sepi. Luna langsung mendorong troli kecil, sementara Shine mengikuti di belakang sambil mengamati setiap gerakannya.

“Hmm..sabun cuci piring, beras, telur dan daging.” Luna menyebut satu per satu sambil menatap daftar di ponselnya.

Shine mengambil satu bungkus kopi bubuk premium dan meletakkannya di troli. “Kau suka kopi?” tanyanya.

Luna menggeleng kecil. “Tidak, kopi terlalu pahit.”

Shine terkekeh pelan. “Kopi memang pahit tapi cukup meringankan pikiran. Kau harus coba."

“Baiklah” jawab Luna sambil tersenyum.

Luna juga mengambil satu kotak teh chamomile. “Sepertinya teh ini juga bisa menenangkan setelah seharian menghadapi kalian.”

“Eh, jadi kami buat kamu stres ya?” goda Shine.

Luna pura-pura berpikir. “Sebenarnya iya, baru dua hari bergabung, aku benar-benar shock." katanya lirih.

Shine menunduk, "Maaf ya, kami memang menyusahkan." gumamnya.

"Setidaknya kau harus membayarnya kan?" ucap Luna spontan.

"Bagaimana caranya." tanya Shine.

"Aku berencana berbelanja banyak. Jadi tolong bawakan semuanya ke dorm." kata Luna terkekeh.

"Tentu saja, itulah alasan aku ikut kesini." jawab Shine.

"Syukurlah, kau peka sekali." kata Luna sambil meliriknya sekilas.

Shine terdiam beberapa saat, lalu berkata pelan. “Aku harap kami bisa membuatmu tetap percaya.”

Luna menatapnya sejenak, lalu tersenyum hangat. “Kalian sudah melakukannya.”

Shine langsung beralih mendorong troli dan membantu mengambil barang-barang yang sulit diraih Luna.

"Lain kali kalau mau belanja, tolong ajak aku lagi." katanya dengan sedikit merayu.

Luna hanya mengangguk senang karena setidaknya sudah bertambah satu orang yang membuka batas dengannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!