Masuk ke situs gelap. Cassia Amore nekat menjajakan dirinya demi bisa membiayai pengobatan ibunya. Kenekatan itu membawa Amore bertemu dengan Joel Kenneth pengusaha ternama yang namanya cukup disegani tak hanya bagi sesama pengusaha, namun juga di dunia gelap!
“Apa kau tuli, Amore?” tanya Joel ketika sudah berhadapan langsung tepat dihadapan Cassia. Tangannya lalu meraih dagu Cassia, mengangkat wajah Cassia agar bersitatap langsung dengan matanya yang kini menyorot tajam.
“Bisu!” Joel mengalihkan pandangan sejenak. Lalu sesaat kembali menatap wajah Cassia. Maniknya semakin menyorot tajam, bahkan kini tanpa segan menghentakkan salah satu tungkainya tepat di atas telapak kaki Cassia.
“Akkhhh …. aduh!”  Cassia berteriak.
“Kau fikir aku membelimu hanya untuk diam, hmm? Jika aku bertanya kau wajib jawab. Apalagi sekarang seluruh ragamu adalah milikku, yang itu berarti kau harus menuruti semua perkataanku!” tekan Joel sangat arogan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER—13
Hari ini, merupakan hari pertama Cassia bekerja sebagai sekretaris Joel. Ia merasa sangat gugup dan tidak yakin apakah ia bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik?
Saat ia tiba di kantor, Joel ternyata sudah menunggunya di ruangannya. “Selamat pagi, Cassia,” sapa Joel dengan senyum yang ramah. “Senang sekali karena hari ini kita berdua akan bekerja bersama. Gimana, udah siap?” lanjut Joel kemudian.
Cassia tersenyum. Ia juga membalas mengucapkan selamat pagi pada atasan barunya itu. “Tentu saja, Presdir J, saya sudah siap. Tapi, berhubung hari ini merupakan hari pertama saya, saya belum terlalu mengerti apa saja yang harus saya lakukan.”
Joel kembali tersenyum. Idenya memang yang tidak memberi izin sekretaris Rey untuk merangkum apa saja yang harus dikerjakan Cassia selama menjadi sekretarisnya. Padahal asisten sekaligus sekretaris pribadi Joel tersebut sudah mempersiapkan semuanya, agar pekerjaan Joel tidak terhambat karena ketidaktahuan Cassia dalam menggantikan perannya.
“Kita akan mulai dari sini!” Joel mengacungkan jari ke arah meja kerja Cassia yang sudah dipersiapkan di dalam ruangannya. “Mulai dari mengatur jadwal, karena hari ini ada beberapa pertemuan yang harus aku hadiri,” kata Joel lagi sembari membawa Cassia menuju pada meja kerjanya.
Mengangguk. Usai duduk di kursi kerja barunya, Cassia pun mulai melakukan pekerjaannya. Ia tampak gugup. Namun, tetap berusaha melakukan yang terbaik agar tak mengecewakan Joel sebagai atasannya.
Akan tetapi, tak lama berselang Cassia mulai kelabakan karena tak tahu harus mulai dari mana. Tidak ada rangkuman apapun yang diberikan padanya sebagai sekretaris baru Joel—yang membuat Cassia bingung harus mulai mengatur jadwal Joel dari mana.
“T- tuan.” Cassia berujar pelan. Suaranya sangat lirih terdengar. Namun, masih bisa didengar oleh Joel yang berada satu ruangan dengannya.
“Iya, ada apa Cassia?” tanya Joel seraya menoleh dari layar komputernya.
Tapi Cassia agak ragu menyampaikan kebingungannya. Joel yang paham akan maksud Cassia lantas bergerak dari kursi kerjanya menghampiri Cassia.
“Apa kau masih bingung tentang mengatur jadwalku?” ucap Joel yang langsung mendapat respon anggukan dari Cassia.
Wanita itu berkata. “Biasanya saya berada di ruang peneliti untuk meneliti makanan yang akan perusahaan keluarkan. Tapi hari ini, saya disini sebagai sekretaris Anda—yang mana itu berarti sangat jauh dari pekerjaan saya sebelumnya.”
Joel mengulas senyum ramah. Ia kemudian membungkuk tepat disamping Cassia. “Kalau begitu mari aku bantu. Aku akan mengajarkanmu bagaimana caranya mengatur jadwalku, seperti yang biasa dilakukan oleh sekretaris Rey.”
Pergerakan Joel membuat posisi keduanya menjadi tak berjarak. Keberadaan Joel yang tepat disamping Cassia membuat wanita itu bisa merasakan aroma parfum Joel yang kuat dan menyenangkan.
Sama seperti malam itu—yang membuat wajah Cassia mendadak berubah merah. Terkenang akan malam panjang yang mereka habiskan bersama, dengan cara Joel yang memperlakukannya layaknya seorang kekasih.
“Cassia… Cassia,” panggil Joel yang seketika menarik wanita itu dari lamunannya akan malam indah yang tempo hari mereka lalui.
“Ah… y- ya Presdir J!” Gugup. Tapi tak berangsur lama karena Cassia segera menetralisir kegugupannya.
Joel mengerutkan dahi. “Apa yang terjadi, Cassia?” tanyanya dengan nada pelan. “Kau terlihat seperti sedang tidak baik-baik saja. Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?”
Mendengar pertanyaan itu, Cassia yang tak ingin pemikirannya ditebak segera menimpali. “Tidak apa-apa, Tuan. Saya… hanya sedang memikirkan bagaimana caranya agar saya bisa cepat tanggap dalam menjadi sekretaris Anda.”
Berbohong? Tentu saja! Bicara jujur sengaja mencari mati namanya. Pria itu bersikap sangat profesional, seolah sebelumnya keduanya tak saling kenal. Lalu, bagaimana bisa Cassia membeberkan pikiran mesumnya tentang kenangan malam itu?
Joel tersenyum. Ia kemudian mengangguk. “Nggak usah terlalu dipikirkan. Jalani saja dengan santai dan tenang. Katakan apa yang kau tak bisa, dengan senang hati aku akan mengajarimu tentang cara menjadi sekretaris yang baik dalam waktu singkat.”
Kemudian Joel kembali mengajari Cassia bagaimana cara mengatur jadwalnya dengan baik. Ia juga menjelaskan langkah apa saja yang harus Cassia lakukan dengan sabar juga telaten.
Joel bahkan membantu menggerakkan touchpad yang ada pada genggaman Cassia—yang mana hal tersebut membuat tangan Joel tanpa sengaja jadi menggenggam permukaan telapak tangan Cassia.
Seketika hal tersebut membuat aliran darah Cassia berdesir tak karuan. Sentuhan Joel pada telapak tangannya mendadak membuat Cassia menjadi semakin tegang.
Cassia canggung. Namun, ia tetap memberanikan diri untuk berpaling ke arah Joel yang berada sangat dekat dengannya. Berniat untuk menghempas segala kecanggungan dengan memberitahukan ketidaknyamanannya. Akan tetapi sorot mata Joel yang begitu tajam namun menarik, membuat Cassia mengurungkan niatnya.
Bagai dipukul oleh petir. Sorot mata Joel yang tajam membuat Cassia seolah tersihir olehnya. Ia ingin menarik diri. Namun, pesona Joel yang begitu kuat membuat wanita itu seolah seperti tak bisa menjauhkan diri darinya. Terasa aneh, namun sulit dijelaskan.
“Ahh… maaf. Saking bersemangatnya dalam mengajarimu, aku sampai nggak sengaja menyentuh tanganmu,” ucap Joel yang menunjukkan keterkejutannya ketika ia menyadari jika kini telapak tangannya sudah bertumpu di atas punggung tangan Cassia.
“Nggak… nggak apa-apa, Tuan! M- maksud saya, saya nggak apa-apa?”
‘Ahhh… apa-apaan sih? Kenapa aku jadi malah gugup seperti ini?’
Cassia mengerutkan dahi. Kalimatnya seolah membentuk tanda tanya antara ia dan Joel. Mendapati pernyataan seperti itu Joel pun bersikap sama. Ia menunjukkan gelagat semakin tidak enak karena sudah berinteraksi terlalu dekat dengan Cassia.
Joel seketika menarik diri. Tak hanya tangannya, tapi juga posisi berdiri yang menjauh dari Cassia. Seperti ada yang hilang, entah mengapa penjarak’kan Joel membuat Cassia merasa gundah. Seperti tak keberatan atas kedekatan Joel padanya. Merasa nyaman? Namun disisi lain ia juga tak ingin membiarkannya seperti itu?
Jauh dalam hati Cassia ia ingin interaksi seperti tadi terus berlangsung, kalau bisa lebih lama. Akan tetapi pikiran warasnya menentang habis-habisan keinginan tersebut, beranggapan jika hal barusan harusnya sama sekali tak terjadi, apalagi untuk ke depan.
Jika Joel bisa bersikap profesional. Mengapa Cassia tidak? Harusnya ia bisa mengimbangi interaksi Joel yang demikian, agar bisa membentuk pribadi sebagai karyawan yang baik, terlepas apa yang pernah terjadi antara ia dan atasannya itu.
Joel kembali membungkuk. Namun, kali ini dengan sedikit jarak. Seolah menegaskan jika apa yang barusan terjadi antara ia dan Cassia bukanlah sebuah kesengajaan.
Pria itu kemudian kembali memberikan pengajaran tentang hal-hal yang harus Cassia utamakan. Membuat Cassia mau tak mau kembali menyimak, agar bisa segera mengerti, sekaligus bisa segera menyudahi interaksinya dengan Joel yang sedekat ini.
“Baiklah, Cassia, karena sepertinya kau sudah cukup memahami tentang apa saja yang harus kau lakukan. Sekarang, aku akan kembali melanjutkan pekerjaanku, dan kau juga teruskan pekerjaanmu,” ucap Joel yang membuat Cassia akhirnya bisa mengembuskan napas lega.
Sungguh, berdekatan dengan Joel seperti tadi membuat wanita cantik itu hampir tak bisa mengendalikan diri. Aroma maskulin Joel, sikap profesionalnya, ketampanannya, ketegasan serta ketenangan yang Joel tampilkan membuat Cassia benar-benar terpesona.
Jika saja sebelumnya Cassia dan Joel sama sekali tak pernah terlibat. Mungkin, Cassia tak akan membuang kesempatan untuk bisa semakin dekat dengan pria itu. Hanya saja ingatan malam itu menjadi benang merah tersendiri bagi Cassia. Membuat ia mati-matian menahan dirinya agar tak bersikap di luar batas, yang akan membuat Joel mungkin kembali teringat akan malam yang pernah mereka lalui bersama.
‘Jangan pernah berpikir yang bukan-bukan Cassia. Ingat dirimu. Jangan sampai apa yang sebelumnya terjadi antara kalian, membuat kau kehilangan pekerjaanmu!’ batin Cassia.
Sementara itu disisi lain Joel terlihat mencuri pandang ke arah Cassia. Pria itu menarik garis senyumnya, sembari memandang penuh arti pada sekretaris barunya itu.
Bersambung.