NovelToon NovelToon
Serpihan Memori

Serpihan Memori

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:973
Nilai: 5
Nama Author: Yihana Gicel

Kisah seorang lelaki bernama Marvel Gaendra Pratama, lelaki bermata tajam, rahang tegas, dan bijaksana dalam geng motor nya, Argos Rozegeng atau sering disebut Argos.

Lelaki yang tidak pernah jatuh cinta bertemu dengan seorang gadis yang pernah ia sukai saat masa SMP. Akibat kecelakaan, ia hilang ingatan dan melupakan gadis tersebut. Kenyataan nya, semesta masih memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dalam perjodohan dadakan, atas dasar perjanjian masa lalu antar keluarga.

Tentu saja, pada awalnya masih saling membenci. Tetapi, semakin berjalan nya waktu, timbul lah benih-benih cinta dalam hati lelaki itu.

Lalu, apakah lelaki itu akan berhasil melewati segala rupa rintangan demi mendapatkan gadis istimewa nya, atau malah sebaliknya?.

***

-cover by hihappiness
-typo dimana-mana!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yihana Gicel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

| Dua orang pelakor

Dua orang remaja berboncengan menuju tempat ibadah. Gereja nya sudah dekat, gesya menyuruh Marvel berhenti didepan rumah kosong.

"Vel berhenti!. Aku mau turun disini aja".

"Tapi kan belum sampai.... ".

Gesya turun dari motor saat motor sudah benar-benar berhenti. "Udah! Aku nggak mau ada yang lihat kita berduaan ke gereja".

"Mereka juga nggak tahu kita udah nikah, mungkin mereka pikir kita sepupuan atau kakak beradik. Kalau mau dikira suami istri juga nggak apa-apa, kan emang kenyataan nya". Dalih Marvel.

Gesya menyilang kedua tangan memutar bola matanya. "Aku malahan nggak suka kalau ada yang tahu tentang hubungan kita. Sudah lah aku mau turun disini saja! ".

"Eh! Kalau begitu aku mau turun juga! ".

"Ihs nggak usah! Kamu bawa motor aja sampai ke gereja, biar aku yang jalan sendirian! ".

"Aku mau ik-". Marvel menyandarkan standar di tanah namun dihentikan dengan gesya yang melepas sepatu hak yang ia kenakan dengan tangan kanan nya, ia mengangkat sepatu itu beberapa derajat.

"Naik ulang nggak?! ". Ucap gesya, sepatu yang ingin ia layangkan digunakan sebagai ancaman.

"Masa sih aku biarin kamu jalan".

"Yah tidak apa-apa, marvel!. Ini demi keamanan".

"Oke gini aja, aku akan jalan tapi aku bakal jalan beberapa jarak sama kamu".

Gesya mengerutkan kening, ia memakai ulang sepatu hak nya. "Yaudah boleh!, tapi jarak nya harus berjauhan banget! ".

"Iya!. Gimana kalau dua jengkal jari? ".

"Itu terlalu dekat!. Seratus meter aja".

"Sepuluh meter! ".

"Serah! ".

Gesya membalikkan badan, melanjutkan perjalanan ke gereja. Masih pagi sudah berantam, namanya remaja pasti masih egois dan tidak ingin mendengar. Dimasa remaja ini, setidaknya kita harus belajar mendengar. Tidak semuanya harus kita yang didengar, pasti semua makhluk hidup menginginkan yang namanya didengar.

"Marvel! ". Teriak seorang perempuan. Tentu saja gesya mencari sumber suara, ia mendongakkan kepala kebelakang marvel.

Perempuan itu berlari sambil tersenyum lebar ingin menggenggam tangan marvel, namun marvel menjauhkan tangannya dari perempuan itu. "Zurra? Kamu kenapa disini? Bukannya kamu jemaat gereja sebelah? ".

"Memangnya ada masalah? Kan tidak apa-apa kalau aku sekali-sekali ber gereja disini, kita boleh duduk berdua? ".

Zurra tidak peduli apa jawaban marvel, ia langsung menggenggam tangan marvel begitu saja. Marvel menatap istrinya, dengan cepat istrinya mengalihkan pandangan dan lanjut berjalan menuju gereja.

Pelan, marvel menurunkan tangan zurra dari pergelangan tangan nya. Senyuman zurra lenyap sekejap mata.

"Kok dilepas? ". Tanya zurra, wajahnya terlihat penuh harap.

"Sorry, tapi istri aku ada didepan sana". Tangan lelaki itu menunjuk istrinya. "Kalau kamu mau jalan sampai ke gereja bareng aku nggak masalah. Tapi jangan genggaman tangan, yah? ".

"O-oh i-iya. Maaf.... ".

Zurra terlihat kecewa, sebelum ada istri, zurra masih bisa saling bergenggaman tangan tetapi jarang. Sekarang, marvel menghargai perasaan istrinya walaupun marvel tahu istrinya tidak ada rasa. Mereka berdua berjalan beriringan, perhatian marvel selalu teralihkan pada gadis didepannya.

"Kamu tidak membawa motor mu? Apakah mogok? ". Zurra berusaha mengambil perhatian marvel, sebenarnya zurra sudah ingin menjambak rambut gadis yang katanya marvel adalah istrinya.

"Tidak, tadi istri ku meminta turun disini. Tadinya dia suruh aku diluan menggunakan motor, agar hubungan kita tetap terjaga".

"Seperti itu, yah?. Lalu sekarang kamu malah jalan kaki? Kenapa tidak membawa motor saja? ".

"Istriku jalan kaki, kan tidak mungkin aku naik motor.... ".

"(Owh! Gitu yah?! Okey mulai perhatian marvel? Kamu udah lupain cegil imut kamu ini!) ". Batin zurra. "Kamu sabar sekali! Kalau aku jadi kamu, aku akan tinggalkan perempuan itu! ".

"Aku mencintai nya, makanya aku sabar".

"Kamu betul-betul mencintai nya. ".

"Tentu.... ".

"Sepertinya kalian tidak setara. Kamu itu rajin, ganteng, apa dia sama seperti mu? ".

"Setara dan tidak ditentukan pada akhir, banyak cinta yang tidak setara tapi mereka bisa bersama. Kalau mereka bisa, kenapa aku tidak bisa? ".

Zurra semakin panas, kalau bukan karena menjaga keanggunan nya ia bisa-bisa sudah menjadi singa berapi-api. "(Lihat saja, kalian!. Aku sumpah kan cinta kalian menderita! ) ".

"Mmmm, a-aku minta maaf tentang diben-... ".

"Tolong jangan di bahas lagi, aku jadi rasa bersalah kerana sudah membentak mu".

"No! Marvel!. A-aku seharusnya minta maaf!".

"Aku sudah maafkan semuanya, lain kali jangan lakukan itu kepada Firdand".

"(Hubungan Firdand apa?. Akukan cinta nya sama kamu Marvel!) ". Zurra kesal.

"Fokuslah kejalan, sedikit lagi sampai".

Langkah gesya menunjukkan sentakan kecil kala menaiki tangga gereja, Marvel menyadari tanda-tanda kebencian. "Zur, aku mau duluan".

"Bentar! ". Zurra memegangi lengan Marvel. "Kamu tidak mau duduk sama aku saja?. Aku kan baru pertama kali ber gereja disini, belum terlalu tahu".

"Kamu tahu dimana tempat duduk? ". Tanya Marvel, nadanya dingin.

"Emm, i-itu tempat duduk nya. Ada yang kosong dan penuh".

"Yap, betul sekali. Kamu tinggal mencari yang kosong dan silahkan duduk, aku harus duduk bersama istri. Atau.... kamu mau aku carikan tempat duduk? ".

"Tidak usah! Kamu pergilah duduk bersama istri mu. A-aku duduk diujung sana".

"Hati-hati, yah? ".

"Yah! ".

Marvel pergi menyusul istrinya, lalu saling duduk berdampingan. Istrinya sebal, sesekali menggeser tubuh agar tidak berdekatan dengan Marvel, namun Marvel sesekali terus mendekat.

Kesabaran wanita punya bulanan sangat lah tipis, suaranya tercekik dileher saat ingin marah. Kalau mau suara besar-besaran yang ada hanya malu.

"Kamu kenapa sih?! Kan aku udah bilang nggak usah dekat-dekat! ". Gesya berdesis.

"Gimana, ya?. Kamu tadi kelihatan ngambek, aku duduk disini biar kamu bisa tersenyum lagi".

"Kamu ada disini tambah buat aku marah!. Kenapa kamu nggak duduk bareng cewek mu itu? ".

"Dia hanya teman, aku berhak duduk dengan istri ku. Bukannya begitu? Kalau kamu mau aku duduk bersama dia aku akan pergi sekarang".

Gesya menindih paha Marvel menggunakan kaki kirinya kala lelaki tersebut ingin beranjak pergi. "Nggak! Kamu disini saja!. Aku tidak suka kamu berduaan dengan dia! ".

"Ada apa? Kamu cemburu? ".

Gesya saling bertatapan bersama marvel. Otaknya meloding mengapa ia mengatakan kata-kata nya tadi secara tidak sadar. "E-e-eh, Ke-kenapa yah?. Ak-aku nggak cemburu! ".

"Harus jujur!. Aku bisa lihat dari matamu. Berarti kamu ngambek karena aku jalan bareng zurra tadi?".

"Najis!. Buat apa? Ka-kapan aku ngambek? ".

"Halah! Jujur saja. Turun kan kakimu, sudah berapa kali aku ingatkan jangan pakai baju seksi! ". Marvel membuka jas seperti cardigan dari tubuh nya untuk menutupi kaki istrinya.

Zurra mengawasi mereka, ia melihat baju seksinya, pahanya kelihatan tetapi Marvel sama-sekali tidak memperdulikan padahal Marvel melihat bajunya. "(Ish! Seharusnya aku yang dipakaikan cardigan itu! Dasar pelakor. Marvel aja nggak pernah Sosweet-sosweet begitu sama aku dulu, kalau dilihat-lihat bajuku lebih terbuka) ".

Ibadah berlangsung pada jam 9 pagi, orang-orang mulai berdatangan mengambil tempat duduk. Kursi yang diduduki suami istri tersebut membentang panjang sekitar beberapa meter, duduklah seorang pria berumur sebelasan tahun ikut serta duduk bersebelahan dengan gesya.

Gesya senang hati menerima pria yang duduk disamping nya, akan tetapi marvel gelisah. Marvel tidak suka ada pria dekat dengan gesya, terlebih khusus gerak-gerik nya mencurigakan. Bukan ingin menjadi posesif, marvel berusaha keras melindungi gadisnya dan menjaga kebersihan nya. Lagian, seorang ratu tidak pantas dilecehkan, kan?.

"Hai cantik, namanya siapa? ". Lelaki asing itu diam-diam mendekati gesya, hendak menggatal memegangi paha nya.

Dengan pandangan kedepan, marvel memanggul kaki gesya ke pahanya. Seolah ia tahu apa yang akan dilakukan oleh lelaki asing disamping istrinya. "Menggatal nya jangan disini, nggak sopan! ".

"Heh siapa lu?. Jangan main tuduh! ". Lelaki asing itu menyangkal pernyataan marvel.

"Jelas-jelas tadi kamu mau raba-raba paha istri saya. Kenapa? Kamu tertarik sama kaki istri saya yang bening dan sempurna?, padahal saya sudah tutupin pakai cardigan tapi tetap terlihat yah? ".

"Ma-maksudnya ap-apa?! ". Lelaki asing itu berusaha tetap tegas, disisi lain jantung nya berdebar kencang.

"Yah, siapa tahu kamu ngincar sesuatu.... ".

"Bacot!. Baru kenal sok tahu, bikin saya nggak nyaman duduk disini! ". Langkah nya tegas mencari bangku masih kosong lainnya. Setelah kepergian nya, marvel menurunkan kaki gesya.

"Maksud kamu apa?. Kamu tahu sesuatu tentang dia? ". Gesya memperbaiki cardigan marvel yang terletak menutupi kakinya.

"Tidak, hanya buat nakut-nakutin aja".

"Aku pikir apa!. Kalau orang itu nggak pergi bisa-bisa kamu ngajak berantem pasti!, kamu kan orang nya agak oon, orang yang lagi jalan dijalan aja sudah pengen kamu keroyok".

"Nggak juga. Kalau nggak berbahaya nggak akan aku keroyok".

"Halah!, mana ada!. Ayam aja kamu penggal kepalanya, padahal dia hanya nyakar kaki aku".

"Kalau ayam tidak masalah. Jadi, kita bisa makan sup ayam, bukan? ".

Gesya terkekeh kecil, ia sengaja melihat kearah pengkhotbah untuk menghindari tatapan mata marvel yang tajam.

Jujur, marvel menyukai wajah gesya takkala bibir nya tersenyum lebar. Jangankan tersenyum, ketika marah saja wajah gesya makin terlihat cantik. Sayangnya, kalau omelan nya terlalu serius membuat marvel seakan-akan tidak ada harga diri lagi.

Ibadah telah usai dituntaskan. Setelah mendengar penyampaian, jemaat-jemaat kembali ke rumah masing-masing. Zurra cemberut mengikuti marvel dan gesya dari belakang.

"Sayang, kamu mau aku gendong?. Motor kita terletak jauh, kamu kan pakai hak tinggi". Tawar marvel. Zurra memasang wajah jijik saat mendengar kata 'sayang'.

"Aku jalan aja, aku bisa lepas sepatu".

"Vel aku mau di gen-". Zurra melangkah maju disamping marvel, kakinya seketika keseleo kemudian jatuh di dekapan marvel di depan-depannya gesya. "Aduh! ".

"Eh! Hati-hati! ". Mata gesya melebar kecil.

"Aduh! Maaf yah marvel. Aku nggak sengaja".

Istri marvel memutar pupil matanya, menyadari sandiwara zurra. "Nggak sengaja, apa sengaja? ".

"Ish marvel! Lihat tuh dia!. Dia bilang aku sengaja, padahal aku benar-benar tidak sengaja!. Kamu percaya aku kan? ".

"Eh-e". Marvel tergagap, ia sudah berhenti menopang tubuh zurra, zurra saja yang masih memeluknya erat.

"Aku tidak peduli marvel mau percaya siapa, aku hanya beritahu sandiwara kamu itu disembunyikan baik-baik. Takutnya ketahuan". Ejek gesya.

"Bilang saja kamu cemburu!. Marvel memang sudah menikahi mu, tapi dihati marvel hanya ada aku seorang".

"Ck!. Untuk apa cemburu?. Marvel, kamu antar tukang sandiwara ini kerumah nya! ".

"Lho, terus kamu bagaimana? ". Marvel keberatan, ia tidak ingin dekat-dekat dengan zurra kesekian kalinya.

"Ak-".

"Gesya bareng aku! ". Harry muncul melalui parkiran motor lalu merangkul pundak gesya. Gesya terkejut, ternyata Harry se jemaat dengan nya.

"Kamu disini, Harry? ". Gesya menatap Harry.

"Iya, ini jemaat ayah aku. Kita bisa barengan aja".

"Nggak perlu Harry. Atau kamu yang antarin zurra pulang? ".

"Ih enggak!. Aku maunya kamu marvel! ". Paksa Zurra, tak ingin melepaskan pelukan nya.

"Kamu saja yang antar zurra. Nanti gesya bareng aku".

"Oke fine. Gesya nya dijaga baik-baik jangan dilecetin". Marvel menggendong zurra ala-ala drama Korea, demi apapun dia masih berat hati. "Gesya, kalau dia apa-apain kamu atau nyakitin kamu bilang ke aku".

"Iya! Iya!. Cepetan itu cewek pick me nya udah kesakitan banget! Kayak kesambet sandiwara bertubi-tubi".

"Awas yah kamu! Aku beri pelajaran nanti! ". Zurra menyeringai. Kini, ia sudah berada di gendongan lelaki idamannya, dibalik wajah kesalnya ia diam-diam tersenyum licik. "(Lihat aja pembalasan ku!. Sandiwara bertubi-tubi juga akan menguji cinta kalian secara bertubi-tubi!. Pokoknya aku nggak mau kamu menang!) ". Batin zurra.

***

Motor sport kecepatan nya sedang melewati pinggiran kota, awan nya mendung, udara sejuk, dan menenangkan. Harry melirik kekaca spion yang mengarah langsung diwajah gesya.

"Diam mulu dari tadi. Mikirin marvel sama zurra? ".

"Untuk apa?. Aku hanya sebal aja hari ini karena ketemu zurra, se nyebelinnya marvel ternyata lebih nyebelin dia".

"Dia lagi manas-manasin kamu saja. Tidak usah masukkan dalam hati. Dia iri karena kamu bersama marvel, itu saja".

"Lalu? Aku harus perduli?. Kalau dia mau ambil marvel silahkan, aku tidak masalah! ". Cetus gesya sebal.

"Kelihatannya marvel mencintai mu, kenapa kamu tidak mencintai nya? ".

"Aku masih belum bisa melihat dimana titik cintanya itu. Aku saja lebih memandang mu sebagai lelaki tertampan".

"Kamu bisa saja!. Tapi memang kita tidak boleh sembarangan suka sama orang, zurra dan marvel sudah bersama, tidak heran kalau mereka ada sedikit rasa suka. Aku sarankan jangan terlalu mendekati marvel, dia bisa-bisa adalah manusia berbahaya".

Gesya mengerutkan kening, kata-kata atau ucapan Harry seperti menghipnotis dirinya. Tetapi dihatinya, marvel tidak akan seburuk yang dipikirkan orang-orang. Orang-orang hanya melihat latar belakangnya sebagai ketua Argos kejam, tanpa memperhitungkan kebaikan hatinya.

"Dilihat dari luar, wajah marvel saja seperti iblis. Bisa saja hatinya seperti itu".

"(Tidak juga!. Wajah marvel lebih mirip gege china dan hatinya baik. Kemungkinan besar perkataan Harry juga benar!) ". Gesya mendengar perkataan Harry dengan seksama.

"Rumah mu dimana? ".

"Turunkan aku disini saja, rumah ku sudah dekat".

"Sekalian aku antarkan sampai kedepan rumah saja".

"Tidak usah, rumah ku melewati gang sempit". Gesya mengkilah alasan. "Dari sini sisa beberapa langkah, kamu pulanglah kerumah pasti orang tuamu sudah mencari". Ucapnya sambil turun dari motor.

"Yaudah, Hati-hati yah.... aku mau pulang dulu".

"Oke, bye bye Harry! ".

Harry mempertahankan posisi motor karena lampu merah, sedangkan gesya duduk di halte bus. Ia menerima beberapa pesan dari sahabat nya di jakarta utara.

Gesya menepuk jidatnya. Gesya mencoba memahami, sahabat nya memang agak lain pikirannya.

Gadis itu melihat kedai makan, disana terdapat buah anggur. Timbulah pikiran nya membeli anggurnya, ia menaruh ponselnya ditas kemudian pergi ke pinggiran jalan menyebrang. Baru juga kakinya mendarat ke aspal, matanya menangkap motor marvel berjalan menuju nya.

Rautnya menjadi badmood, ia mengurungkan keinginan nya membeli anggur, memutuskan langsung pulang. Marvel menhampiri istrinya, mengendarai motor sport nya pelan-pelan disamping istrinya. "Naik cepat!. Kamu tidak menyuruh Harry antar sampai rumah? ".

"Tidak!. Kamu duluan lah, aku nggak mau duduk dibekas dudukan nya cewek cantik nya kamu! ".

"Aneh banget hari ini, sudah aku bilang kita hanya temenan".

"Kamu terlihat dekat dengan si zurra-zurra itu!. Kata Harry kalian sudah lama bersama, aku nggak mau jadi wanita kedua. Nanti zurra nya bilang aku pelakor, punya perasaan sama kamu saja tidak! ".

"Kita sudah dekat, tapi aku menganggap nya sahabat tidak ada lain".

"Anggapan kamu sama dia beda!. Mungkin kamu nganggap dia sahabat, bisa-bisa dia suka sama kamu".

"Dirumah aja baru bahas itu. Yuk, naik!. Disana tempat persinggahan burung-burung. Kalau kamu jalan kaki terus ketiban eek burung gimana? ".

Gesya berhenti, matanya memandang sinis lelaki disamping nya. "Kamu barusan do'ain aku? ".

"Do'ain gimana?. Tadi aku hanya bilang aja, nggak aku do'ain".

"Ucapan itu doa marvel!. Gimana kalau aku beneran di eekin burung nya? ".

"Makanya naik!. Lagipula naik motor lebih cepat sampai nya".

Terpaksa, gadis itu naik ke motor. Wajahnya tetap badmood, bagaimana tidak? Sedangkan wajah zurra terngiang-ngiang dipikirannya. Sampai-sampai semua orang yang dia lihat seakan-akan adalah zurra.

Motor itu tak kunjung berjalan, berdiam diri bahkan mesinnya dimatikan. Gadis tersebut mengamati lampu lalu lintas berwarna hijau, lalu tidak ada kendaraan lain didepan mereka. Namun, marvel tak kunjung menjalankan motor nya.

Dirinya seakan ingin turun dari motor lagi. "Heh! Jadi jalan nggak nih?. Jangan buat darah tinggi ku naik yah! ".

Marvel hanya menghening, gesya mencekik lehernya saking merasa kesal. Setelah dirinya tak sengaja melirik pinggang marvel, ia tahu alasan mengapa marvel tak kunjung memulai perjalanan pulang.

"Ketagihan pelukan aku yah, vel? ". Sontak, gesya memeluk erat tubuh marvel. Barulah saat itu marvel memulai perjalanan.

***

Angin sepoi-sepoi menerpa rambut panjang Gesya yang terlihat asyik memainkan ponselnya ditaman bunga mawar. Dilain sisi, Marvel lebih sibuk memetik bunga mawar.

Suasana disana seperti menyeramkan, namun tenang. Suara bunyi jangkrik, air mancur, angin mendukung suasana hati aman tentram. Tetapi jangan harap gesya bisa tenang sepenuhnya, kejadian tadi pagi masih terpendam dibalik senyuman.

Gesya tersenyum menatap layar ponsel, serius sekali ketika sudah berkomunikasi dengan sahabatnya. Suara-suara notifikasi berdering, sekalinya berbunyi bisa-bisa akan memecah ketenangan.

Topik berubah ke program besok, laras mengirimi pesan ke grup. Sebagai memperingati hari ibu, seluruh siswa wajib membuat surat teruntuk ibu dan akan dikumpulkan besok.

Tangan gesya lincah membalas pesan. Saat sebuah mawar merah tua didekatkan padanya, dia lebih lincah lagi mengambil bunga itu. Gesya meletakkan ponselnya ditempat duduk taman, seraya memandangi bunga mawar yang kini ada digenggaman nya.

"Untuk aku? ".

"Untuk siapa lagi kalau bukan kamu? ".

"Aku pikir kamu metik nya buat zurra".

Marvel duduk disamping sang istri, tangannya memegangi satu mawar. "Ini aku mau kasih zurra".

Gesya bete, menganggap perkataan Marvel serius. "Tidak boleh!. Yang boleh kamu kasih mawar adalah aku! ".

"Bercanda!. Serius sekali! ". Marvel menyeringai. Marvel mematahkan setengah tangkai bunga mawar tersebut, lalu membelai rambut gesya yang menutupi telinga kanan gadis itu. "Ini khusus dipakaikan ke telinga mu". Ucap nya, sambil memakaikan bunga mawar ditelinga gesya.

Gesya jadi menyukai bunga mawar semenjak menikah bersama Marvel, bunga mawar di dalam pandangan nya adalah sangat istimewa. Marvel tidak jarang-jarang memberikan nya bunga, kalau ada waktu luang, laki-laki itu akan memakainya sebagai memetikan bunga mawar untuk istrinya yang lebih istimewa dibandingkan bunga mawar. Selera mereka tak beda jauh, dimata mereka, bunga mawar adalah bunga istimewa. Akan tetapi dimata Marvel, gesya jauh lebih istimewa.

Keduanya saling bertatap mata, tapi satu notifikasi mengganggu tatapan mata keduanya. "Ramai sekali ponsel mu dari tadi....".

"Mmm, namanya cewek penyestok nomor pasti ramai ponselnya. Kali ini aku berkomunikasi dengan sahabatku, kamu mau lihat? ".

"Tidak, itu privasi". Tolak marvel lembut.

"Kenapa kamu selalu begitu?. Ponselmu bebas kamu pinjamkan padaku, mengapa kamu tidak mau meminjam ponselku? Bahkan memegangi nya kamu tidak sudi".

"Bukannya tidak sudi, kita harus bisa menghargai privasi orang lain.... ".

"Artinya aku tidak menghargai privasi mu? ".

"Tidak juga seperti itu. Kamu meminjam tapi tidak membuka sembarangan, itu maksudnya".

"Gitu dong dari tadi!. Buang-buang waktu saja!. Oh ya, aku dapat kabar dari laras.... katanya kita disuruh buat surat buat ibu sebagai memperingati hari ibu nasional".

"Diharuskan? ". Raut marvel sontak berubah sedikit murung.

"Iya!. Kan nasional.... ".

"Lalu yang tidak punya ibu bagaimana? ".

"...... ".

Apa yang bisa dijawab oleh gesya, mulutnya mengatup erat. "Aduh sorry, Vel. Ak-aku salah bicara, yah? ". Gesya tergagap.

"Aku hanya bertanya, kalau yang tidak punya ibu harus bagaimana? ".

"Bagaimana?.... bagaimana kalau kamu menuliskan surat untuk bundaku saja?. Mungkin bunda bukan ibu kandung, tapi kan bunda ibu mertua kamu".

Marvel terkekeh mengacak rambut istrinya. "Cerdik!. Yasudah ayo masuk, disini suasananya semakin dingin. Kita buat sama-sama suratnya".

Gesya mengangguk, mereka berdua masuk didalam rumah. Hari nya cukup melelahkan tetapi berkesan. Contoh suami istri tidak pernah damai sepertinya mereka salah satunya.

Dalam keluarga, kita harus saling mencintai bukan saling menyakiti atau membenci. Dari keluarga kita seharusnya dapat pembelajaran, bahwa semua orang layak dan pantas untuk dicintai, dihargai, dan diakui keberadaannya. Tapi ada juga keluarga yang menjadi tempat dimana seorang anak pertama kali menemukan rasa sakit.

_____________________________________

*Jangan lupa dukungan nya🩷🩷.

1
Faaabb
Jempolan!
•°ꫀꪜꪖ°•
Terpana😍
Yihana Gicel: Mari ikuti terus chapter-chapter menarik lainnya 🙆‍♀️😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!