NovelToon NovelToon
MR. LEONARDO

MR. LEONARDO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nura_12

Leonardo, seorang pria berusia 30 tahun pengusaha kaya raya dengan aura gelap. Dari luar kehidupan nya tampak sempurna.

Namun siapa yang tahu kalau pernikahannya penuh kehampaan, bahkan Aurelia. Sang istri menyuruhnya untuk menikah lagi, karna Aurelia tidak akan pernah bisa memberi apa yang Leo inginkan dan dia tidak akan pernah bisa membahagiakan suaminya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nura_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri kedua?

Sofia menggandeng tangan Arinda dengan lembut, menuntunnya ke lift yang akan membawa mereka ke lantai dua. Arinda menatap sekelilingnya dengan mata polos, masih belum sepenuhnya mengerti. “Mbak… kan Arinda dilarang ke lantai dua. Kenapa kita ke sini?” tanyanya ragu, nada suaranya lembut dan polos.

“Tenang, Nona. Di sana sudah ada Tuan. Semuanya aman,” jawab Sofia dengan senyum tipis, matanya penuh perhatian. “Jadi jangan khawatir, hanya untuk sementara saja.”

Arinda menelan ludah, wajahnya masih gugup tapi menurut. Ia mengikuti Sofia masuk ke lift, dan saat pintu lift terbuka, pandangan mereka tertuju pada ruang keluarga lantai dua. Di sana, Aurelia sudah berdiri, wajahnya ceria, menyambut kehadiran mereka dengan senyum hangat.

Arinda menatap kagum, sedikit terpesona oleh paras Aurelia yang cantik dan anggun. Namun, rasa polos dan gugupnya segera muncul saat Leo ikut berdiri di dekat Aurelia, wajahnya tetap dingin dan datar, mata tajam menatap Arinda.

Adrian, yang berdiri di samping Leo, berdehem kecil, mencoba mencairkan suasana. “Tenang saja, Nona. Hari ini hanya pertemuan keluarga kecil. Kita semua di sini berkumpul untuk mengenal satu sama lain,” ujarnya dengan nada santai, mencoba membuat Arinda merasa nyaman.

Aurelia melangkah mendekat, senyum hangatnya tetap ada. “Halo, nona kecil… kenalin aku Aurelia, istri pertama Tuan Leo,” katanya ramah sambil menatap Arinda.

Arinda terkejut. Matanya melebar, bibirnya terbuka sebentar, seolah tak percaya mendengar kata “istri pertama.” Ia menatap Leo dengan wajah polos tapi takut, hatinya bergetar. “I-istri… pertama?” gumamnya, suara bergetar.

Leo tetap menatap keduanya dengan wajah dingin, datar, aura tegasnya masih menekan. Ia tak banyak bicara, hanya menunggu.

Aurelia melangkah lebih dekat, menaruh tangan lembut di pundak Arinda. “Tenang saja, nona kecil. Aku yang menyuruh Leo menikah lagi,” ujarnya sambil tersenyum hangat. “Aku ingin Leo bahagia, dan aku percaya Leo juga ingin yang terbaik untukmu.”

Namun, kata-kata Aurelia justru membuat hati Arinda sesak. Matanya mulai berkaca-kaca, air mata menitik pelan di pipinya. Ia merasa dikhianati, pikirannya kacau. Selama ini, ia mengira dirinya adalah satu-satunya istri, satu-satunya pilihan Leo… ternyata ia hanyalah salah satu dari dua istri.

Arinda menundukkan kepala, menahan air matanya, lalu dengan langkah kecil berlari menjauh. Tangannya menutupi wajahnya yang basah karena air mata. Sofia berusaha menahan, tapi Arinda menolak, menarik tangannya sendiri. “Nona Arinda… jangan… jangan lari ke atas,” kata Sofia, khawatir.

Leo menatap, alisnya sedikit berkerut, tapi wajahnya tetap dingin dan datar. “Jangan naik ke lantai tiga. Tetap di sini, Arinda,” katanya dengan suara tenang tapi tegas.

Namun, Arinda sudah melangkah cepat, menanjak tangga dengan langkah berlari kecil sambil menangis. Hatinya kacau, pikirannya dipenuhi rasa sakit dan kebingungan. Ia merasa dunia di sekelilingnya berubah begitu cepat.

Aurelia tersenyum tipis, penuh pemahaman, lalu berbisik pada Leo, “Kejar dia, Leo. Dia istri pilihanmu sekarang. Jangan sampai dia kecewa. Jangan biarkan kesedihannya bertambah.”

Leo menatap malas Aurelia sejenak, wajahnya datar tapi matanya tajam. “Aku tahu,” jawabnya singkat. Tanpa menunggu lagi, ia langsung berlari mengejar Arinda.

Sofia berlari di belakang mereka, cemas tapi tetap menjaga jarak agar tidak mengganggu momen Leo dan Arinda. Arinda terus berlari di tangga, dengan mata berkaca-kaca, bibirnya bergetar. Ia tak menyangka semua ini… dan rasa polosnya bercampur takut, membuatnya semakin ingin mencari perlindungan dari suaminya sendiri.

Arinda terus berlari di tangga, air mata masih menetes di pipinya, hatinya campur aduk antara takut dan bingung. Namun, langkah polosnya tak sekuat tubuhnya, dan tiba-tiba ia terkilir. Tubuhnya hampir jatuh terpeleset, namun tangan Leo yang dingin dan tegas segera menangkapnya.

Wajah Leo tetap dingin, ekspresinya datar, aura gelapnya masih memancar, tapi gerakannya cepat dan tegas. Tanpa banyak bicara, ia menggendong Arinda dengan satu lengan di punggung dan satu lagi menopang kakinya. Arinda menatapnya dengan mata polos dan takut, berusaha berkata, “Mas… turunin Arinda…” namun suaranya nyaris tertahan karena rasa sakit di kakinya.

Leo tetap diam, tak menggubris permintaan itu. “Kamu tidak bisa jalan sendiri,” katanya datar, suaranya rendah tapi penuh wibawa. “Kakimu cedera, Mas tidak mau kamu makin parah.”

Arinda hanya bisa mengangguk kecil, menundukkan kepala, hatinya campur aduk. Ia merasa takut tapi ada rasa nyaman yang aneh saat berada di gendongan suaminya. Setiap langkah Leo mantap, membawa mereka naik ke lantai tiga, menuju ke kamar pribadi yang selama ini tak pernah Arinda masuki.

Begitu pintu kamar terbuka, Arinda terkejut. Ruangan itu luas, dipenuhi perabot khas laki-laki: rak buku berisi literatur bisnis, meja kerja besar dengan laptop dan dokumen, kursi kulit yang berkelas, dan jendela besar yang memandang langsung ke halaman belakang rumah. Ia tidak menyangka bahwa rumah ini punya kamar pribadi sedemikian megah.

Leo masuk ke dalam kamar dengan langkah pasti, menutup pintu di belakang mereka. Arinda mencoba menurunkan pandangan, masih gugup. “Mas… Arinda bisa jalan sendiri…” gumamnya lemah.

Namun Leo tidak menggubris. Ia menaruh Arinda di ranjang besar, kain sprei berwarna gelap kontras dengan kulit kuning langsat Arinda. Ia menunduk dan dengan hati-hati mengangkat kaki Arinda, memeriksa pergelangan yang terkilir. Tangannya kuat tapi berhati-hati, menekuk perlahan untuk memastikan tidak ada cedera serius.

Arinda menatap tangan Leo yang memegang kakinya, wajahnya memerah karena malu dan canggung. “Mas… maaf… Arinda merepotkan…” bisiknya, suaranya gemetar.

“Tidak merepotkan,” jawab Leo singkat, tetap datar. Namun ada sedikit hangat di nada suaranya, yang membuat Arinda sedikit lega. “Kamu harus diam, biar mas periksa kakimu dengan benar.”

Arinda mengangguk patuh, tetap menunduk, wajahnya memerah karena dekat dengan Leo. Ia merasa campuran takut, canggung, tapi juga nyaman karena ada suaminya yang menjaga. Ia tak mengerti sepenuhnya, tapi naluri polosnya membuatnya percaya bahwa Leo memang ingin melindunginya.

Leo menatap wajah Arinda sekilas, matanya tajam tapi sorotannya lembut ketika mengenai bibir mungil dan mata polosnya. Ia memutar pergelangan kaki Arinda perlahan, memastikan tidak ada memar serius. “Bagaimana rasanya?” tanyanya, nada tetap datar tapi nada suaranya menuntut perhatian.

“Masih sakit…” jawab Arinda jujur, suaranya lirih. Ia menundukkan kepala lebih dalam, tangannya sedikit menggenggam selimut, takut jika bergerak terlalu banyak.

Leo mengangguk, lalu dengan hati-hati menurunkan kaki Arinda ke posisi nyaman di ranjang. Ia mengambil handuk lembut dari dekat meja samping, meletakkannya di bawah kaki Arinda untuk menopang. Arinda menatapnya dengan mata berkaca-kaca, campuran rasa takut dan kagum.

“Diam saja di sini, aku akan urus semuanya,” kata Leo, suaranya masih dingin tapi nada itu memiliki keseriusan yang membuat Arinda patuh. Ia hanya bisa mengangguk, menundukkan kepala, dan membiarkan dirinya dirawat oleh suaminya sendiri.

Sementara itu, Arinda dalam hati mulai memahami satu hal: meskipun Leo terlihat dingin dan menakutkan, ia sungguh-sungguh ingin menjaga dan melindunginya. Perasaan polosnya yang polos dan lugu membuatnya sedikit lega, meskipun situasi ini begitu canggung dan membingungkan.

1
Khalisa
kyknya seru nih cerita
CantStopWontstop
Makin suka sama cerita ini.
Luna de queso🌙🧀
Gak sabar next chapter.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!