Rossa memeiliki suami yang selalu berpihak kepada keluarganya karena dia satu-satunya lelaki dalam keluarganya
Dirinya selalu merasa tersisihkan manakala ipar dan mertuanya selalu berusaha memonopoli suaminya dari segala sisi baik keuangan maupun perhatian,
Dia beruntung dibalik sikap mertua dan ipar bak Seorang madu untuknya, suaminya akhirnya sadar dengan semua perbuatannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Ratih menatap anaknya dengan tidak percaya, ini pertama kali selama Fatan bekerja dia bersikap seperti ini padanya.
"Fatan jangan keterlaluan nak, ibu ini ibumu, ibu berhak atas yang kamu miliki, selama ini kamu tidak pernah protes jika ibu memintanya".
"Maaf bu, aku menjatah ibu dan Fani bukan untuk ibu berikan kepada kak Farah, dia juga mendapatkan bagiannya, lebih lagi dia juga mendapatkan dari toko serta mas Pras, apa itu semua tidaklah cukup untuknya?? ".
Fatan menggelengkan kepalanya, dia baru sadar sekarang jika keluarganya hanya memanfaatkan keinginannya untuk selalu disayang dan diperhatikan keluarga sehingga mengorbankan istri dan anaknya.
"Ibu tidak mau tahu kamu harus tetap mengirimkan ibu uang seperti biasa, jangan jadi anak durhaka kamu". Bentaknya tidak terima.
"Maaf bu, aku hanya mengirimkannya sesuai kemampuanku, jika ibu mengusik istriku lagi karena bulanan ibu, maaf aku akan menghentikan bulanan ibu dariku".
Plak..
Wajah Fatan langsung menyamping karena tamparan itu, dia memegang pipinya terasa perih tapi hatinya jauh lebih sakit.
"Terima kasih bu, aku sekarang sadar aku hanya dijadikan mesin pencetak uang bagi kalian semua terutama kak Farah".
Matanya mengembun dan siap mengeluarkan air mata tapi dia berusaha menahannya.
"Dasar anak durhaka kamu". Ratih menunjuk kasar wajah sang anak dengan beringas tanpa tahu sikapnya membuat Fatan begitu terluka.
"Terima kasih bu, maaf aku belum bisa jadi anak yang baik untuk ibu, aku tetap akan mengirim bulanan ibu sesuai kemampuanku, begitu juga dengan Fani, cukup atau tidak terserah kalian".
Dia berjalan meninggalkan mereka dengan luka menganga, dulu dia begitu ingin dekat dengan keluarganya tapi setelah tahu semua perbuatan mereka dia berusaha untuk tetap berganti walau mungkin raganya akan berjarak.
Dia menghentikan langkahnya sebelum jauh kemudian berbalik, kini matanya penuh dengan air mata.
"Tolong kak Pras kirimkan malam ini, jangan buat aku kembali menjadi sosok seolah manusia paling tega dan paling jahat pada keluarga sendiri padahal selama ini kak Farah sudah menusukku dari belakang dan yang lainnya memanfaatkan aku karena bakti dan kewajiban sebagai anak laki-laki ".
Fatan menghapus air matanya dengan kasar, dia sungguh terluka mengetahui sikap ibunya padanya selama ini padanya padahal dia sudah mati-matian untuk berbakti.
Dia keluar dari rumah itu dengan perasaan yang teramat menyakitkan, dadanya terasa remuk hingga tak tersisa bahkan dia memang dadanya, dia berbakti karena baginya ibunya segalanya dan dia ingin meraih surga-Nya walau dia mengorbankan anak dan istrinya.
Ratih melihat Fatan seperti itu seperti terpukul benda tak kasar mata, apa dia sangat keterlaluan pada putranya sampai putranya merasa seperti itu.
"Kalian semua keterlaluan pada Fatan terutama kamu dek, aku tidak menyangka kau tega melakukan itu pada adik sendiri, aku sungguh khawatir kau juga akan melakukan hal yang sama padaku". Pras menatap istrinya dengan ras kecewa bahkan dia seperti ingin meninggalkan istrinya ini.
"Mas maafkan aku, aku salah, kumohon jangan seperti ini, kumohon maafkan aku". Tangis Farah pecah melihat suaminya yang menatapnya seolah dirinya sangat jijik.
"Entahlah Farah, aku tidak tahu, kau bisa melakukan hal seperti itu pada adikmu itu artinya kamu bisa melakukannya padaku juga suatu hari, sungguh aku tidak menyangka".
Pras meninggalkan istrinya dengan tangan mengepal dan tatapan nanar, dia kecewa dan merasa gagal sebagai suami sehingga istrinya melakukan hal memalukan seperti itu.
"Mas tunggu, maafkan aku". Jerit Farah berusaha mengejar suaminya yang keluar dari rumah ibunya dan meninggalkan dirinya seorang diri.
Ratih menatap nanar kepergian menantu dan anak perempuan kesayangannya, benar selama ini Ratih terlalu memanjakan Farah dan juga Fani tanpa peduli bagaimana tersiksanya Fatan memenuhi keinginan mereka selama ini.
Tangannya mengepal, dia akan membuat perhitungan pada menantunya, dia yakin semua ini pasti hasutan dari perempuan sialan yang dinikahi anaknya itu.
Terjadi keheningan saat itu, Ratih menjatuhkan tubuhnya pada Sofa dan memijit pelipisnya pelan, jika Fatan benar menghentikan bulanan dirinya maka dia tidak akan bisa bebas belanja seperti dulu dan tidak bisa memanjakan kedua anaknya dan cucu lelakinya itu.
"Bu bagaimana ini, aku tidak mau sampai kak Fatan menghentikan bulanan ku, aku sudah sangat kesal karena kak Fatan memangkas bulanan ku, aku tidak mau bu, tidak mau". Rengeknya sambil menggoyangkan tubuh sang ibu dengan manja.
Dia bahkan ingin menangis agar ibunya itu kasihan padanya, cara itu selalu ampuh membuat ibunya menuruti apapun permintaannya selama ini.
"Sudahlah nak, kita diamkan dulu sebentar, takutnya nanti Fatan malah tambah marah pada kita, apalagi tindakan kakakmu Farah memang keterlaluan, biarkan dulu sampai bulan depan, nanti kita datangi lagi mereka seperti biasa, ibu tidak akan tinggal diam".
Dia menatap kedepan dengan tatapan tajam dan emosi, dia tidak akan terima dan diam saja setelah ini, dia akan membuat perhitungan dengan anak dan menantunya itu jika sampai bulanan dirinya dihentikan.
Fani hanya bisa merenggut kesal, dia tidak menyangka akan jadi seperti ini padahal selama ini dia bisa bersenang-senang dan membeli apa saja yang dia mau dengan bulanan dari sang kakak dan juga ibunya, sekarang malah jadi susah begini.
Fatan yang telah sampai dirumah pun berjalan gontai seolah tak memiliki semangat, rasa kecewa dan sakit hatinya perlahan seperti beban yang berada di pundaknya.
Walau berusaha untuk baik-baik saja tapi nyatanya hatinya tetap terluka sebagai seorang anak yang tak pernah dihargai pengorbanannya selama ini.
Rossa yang melihat suaminya seperti itu yakin jika suaminya telah bertengkar dengan keluarganya dan dia tidak ingin menambah bebannya lagi.
Fatan yang melihat istrinya duduk di sofa pun menghampiri nya, dia tidak mengucapkan apapun dan tidur dipangkuan istrinya dan menghadap ke perut istrinya mencari ketenangan dan juga semangat.
Rossa hanya membiarkan suaminya melakukan apapun, dia ingin bertanya tapi urung karena melihat suaminya yang sangat tertekan.
"Maafkan aku, tolong jangan tinggalin dan khianati aku seperti keluargaku". Fatan mengucap lirih tapi masih bisa didengar
Nada putus asa itu membuat Rossa menarik nafasnya dalam-dalam, dia tahu suaminya sebenarnya lelaki yang baik hanya saja keluarganya telalu mengatur dan mempengaruhi dirinya hingga bisa berbuat seperti itu.
"Tidak apa, menangislah jika itu bisa mengurangi beban dan sesak dihatimu, tidak perlu malu, aku istrimu, kamu bisa membagi apapun denganku". Rossa mengelus kepala suaminya dengan penuh perhatian.
Kata-kata istrinya sungguh menampar dirinya dan membuatnya malu setengah mati, orang yang dia sia-siakan demi baktinya pada keluarga malah mendukungnya disaat terpuruk seperti ini.
"Maafkan aku, jangan tinggalin aku". Cicitnya dengan pelan
sekarang sudah tau kan tindak tanduk kakak & ibumu... kasih ketegasan dong fatan. jangan menyudutkan rossa apalagi rani sering sekali di bully oleh keponakanmu... jangan buat mereka makin tertindas harusnya kamu bisa melindunginya...