NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Rianti masih tertawa kecil sambil menatap wajah Bramantya yang pasrah.

“Tahanan negara belum boleh bebas, ingat itu,” ucapnya sambil menyandarkan kamera ponsel.

Bram mengerjapkan mata beberapa kali, lalu perlahan mengangkat satu alisnya.

Dengan gerakan cepat, ia pura-pura terjatuh ke samping, sehingga Rianti panik dan langsung mencondongkan tubuh untuk menahannya.

“Eh, Bram?! Hati-hati!” seru Rianti sambil menggapai pinggangnya.

Bramantya tiba-tiba memeluk pinggang istrinya, menahan diri agar tidak terlihat terlalu agresif.

“Ups, maaf. Sepertinya kamu harus ikut pelatihan keamanan,” gumamnya dengan nada nakal.

Sebelum Rianti sempat melepaskan pelukan itu, Bram dengan lihai mengambil satu sisi borgol dari gagang ranjang yang masih terikat pada tangannya, lalu dengan cepat mengaitkan sisi satunya ke pergelangan tangan Rianti.

“Eh, Bram!” teriak Rianti, kaget.

Bram tersenyum licik sambil memeluk tubuh istrinya.

“Mulai sekarang, kamu juga tahanan hatiku. Dan ingat tidak ada pelarian!”

Rianti menatapnya, terkejut tapi tak bisa menahan tawa.

“Pak Tahanan, kamu berani sekali ya menangkap Bu Polwan."

Bram mengangkat bahu dengan ekspresi sok serius.

“Ah, kamu tadi sudah terlalu puas melihatku menderita. Sekarang giliranmu.”

Rianti tertawa terbahak, mencoba melepaskan borgol itu, tapi Bram memegang pinggangnya lebih erat.

“Tidak usah panik, Ibu Polwan. Aku tetap suami kamu yang penuh kasih, tapi disiplin harus ditegakkan.”

Rianti hanya bisa mendesah sambil tertawa, wajahnya memerah.

“Dasar Bramantya, kalau kamu seperti ini aku nggak bisa marah lagi deh.”

Bram mencondongkan wajahnya mendekat sambil menatap mata istrinya.

“Kalau kamu diam, aku senang. Tapi kalau kamu nakal, tahanan hatimu akan tetap terikat sama aku.”

Rianti tersenyum manja, lalu mengangguk sambil menepuk bahu suaminya.

“Baiklah, Pak Tahanan. Kita sama-sama tahanan ya.”

Bramantya tersenyum puas, lalu dengan lembut merangkul Rianti, memastikan borgol itu tetap nyaman tapi membuat mereka tetap satu sama lain.

Rianti tertawa lagi, kali ini lebih lepas, sambil bergeser ke sofa.

“Eh, tapi Mas besok jangan pakai trik tipu-tipu lagi ya. Aku bisa balas!”

Bramantya hanya tersenyum nakal sambil mengedipkan salah satu matanya.

“Kalau begitu, besok kita adu strategi tahanan.”

Rianti menatap suaminya lama-lama, lalu bersandar di bahunya sambil tertawa kecil.

Mereka berdua duduk, borgol pink bulu itu tetap menjadi pengikat manis yang membuat suasana hati semakin hangat.

Rianti masih bersandar di bahu Bramantya, tersenyum kecil sambil sesekali menatap borgol pink yang mengikat mereka.

“Lucu juga ya, Pak Tahanan. Sekarang kita berdua sama-sama terikat, tapi malah makin dekat,” ucap Rianti lembut.

Bramantya mengusap pelan rambut istrinya, menatap matanya penuh kasih.

“Benar, Tahanan Hatiku. Kadang aturan kecil seperti ini justru bikin kita makin kompak.”

Rianti menunduk sebentar, lalu menepuk lembut tangan suaminya yang memegang pinggangnya.

“Kamu tahu nggak, meski awalnya aku kesal sama trik borgolmu, sekarang aku malah senang. Rasanya kayak main game bareng, tapi levelnya kita berdua,” ucapnya sambil tersenyum manja.

Bram tersenyum hangat, mencondongkan tubuhnya sedikit agar bisa memeluk pinggang Rianti dengan lebih nyaman.

“Kamu pintar main peran sebagai tahanan juga. Tapi ingat, Tahanan Negara, aku tetap komandan di sini,” godanya dengan nada bercanda, namun penuh kelembutan.

“Kalau kamu komandan, aku harus patuh ya, Pak?”

“Tentu saja, tapi patuhnya dengan senyuman,” jawab Bram sambil menatap wajah Rianti, membuatnya tersipu malu.

Mereka duduk bersisian di sofa, borgol tetap mengikat tangan mereka, namun suasana kini hangat dan tenang.

Rianti menaruh kepalanya di bahu Bramantya, sedangkan Bram menyandarkan kepala di atas rambutnya, keduanya menikmati keheningan yang penuh kenyamanan.

“Kalau seperti ini, aku bisa tahan pingsan beberapa jam lagi,” seloroh Rianti sambil tersenyum.

Bram tertawa pelan, mengusap lembut punggung istrinya.

“Kalau begitu, kita berdua tetap aman. Aku di sini, selalu.”

Rianti menutup mata sebentar, tersenyum tipis, lalu membisikkan.

“Kalau tahanan negara selalu ada untukku, aku nggak takut lagi.”

Bramantya yang mendengarnya langsung menoleh ke arah istrinya.

Ia mendekatkan bibirnya ke bibir Rianti yang ada disampingnya.

Rianti membalas ciuman yang diberikan oleh Bramantya.

Mereka berdua saling pandang dan setelah itu Bramantya membuka pakaian yang dikenakan olehnya dan oleh istrinya.

Saat Bramantya akan mulai tiba-tiba trauma Rianti datang lagi saat Bramantya memperkosanya.

Nafas Rianti tiba-tiba sesak dan ia meminta suaminya untuk berhenti.

"Sayang, ada apa? Kamu kenapa?" tanya Bramantya.

Rianti meneteskan air matanya dan mengatakan kalau belum siap melakukannya.

"A-aku takut, Bram. A-aku belum siap. Aku masih takut tentang malam itu" ucap Rianti.

Bramantya yang melihat ketakutan istrinya langsung memeluk dan menenangkannya.

"Rianti, maafkan aku yang sudah membuatmu trauma seperti ini."

"A-aku minta maaf, Bram. Seharusnya malam ini aku bisa melayanimu, tapi aku malah menghancurkannya."

Bramantya semakin mempererat pelukannya dan meminta istrinya untuk tidak perlu meminta maaf.

"Besok kita ke psikolog, ya. Aku mau kamu tidak takut sama aku,"

Rianti yang mendengarnya langsung menganggukkan kepalanya.

Bramantya tidak langsung melepas pelukannya dan tetap mendekap Rianti erat, mencium pelan puncak kepalanya.

“Ssshh… cukup, jangan minta maaf lagi. Kamu nggak salah apa-apa,” bisik Bramantya.

Rianti masih terisak kecil, napasnya belum sepenuhnya teratur.

Bramantya mengusap punggungnya pelan-pelan, seakan setiap usapan kecilnya

"Aku di sini dan aku nggak akan menyakitimu lagi."

Setelah beberapa menit, Bram mencoba mencairkan suasana.

“Kamu tahu nggak kalau tahanan negara boleh menolak tugas kalau komandannya terlalu ganteng. Itu ada di pasal berapa ya?”

“Bram, kamu ngaco…”

“Pasal 27 ayat 3. Kalau komandan terlihat terlalu memesona, tahanan berhak mengambil jeda lima jam untuk menenangkan jantungnya.”

Rianti menghela napas, matanya masih sembab tapi senyumnya mulai kembali.

“Ya ampun, kamu ini…”

“Jadi, kamu bukan gagal melayani aku sayang. Tapi kamu cuma overdosis ketampanan suami.”

Rianti tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari suaminya.

“Sudah tugas suami untuk membuat istrinya merasa aman. Dan kalau perlu jadi badut sekalian,” ucap Bram bangga.

Rianti menatapnya lama. Untuk pertama kalinya, ia merasa trauma itu tidak sepenuhnya menguasainya.

Karena ada seseorang yang siap menahannya agar tidak jatuh lagi.

“Terima kasih, Bram.”

“Tidur saja, Sayang. Aku di sini kok.” ucap Bramantya sambil membelai rambut istrinya.

Tak lama kemudian, napas Rianti mulai teratur dan ia tertidur dalam dekapan Bramantya .

Bram menatap istrinya lama, wajahnya penuh penyesalan sekaligus tekad.

“Maafkan aku yang sudah membuatmu trauma seperti ini,” gumamnya lirih.

Dengan hati-hati, ia meraih ponselnya agar tidak membangunkan Rianti membuka kontak Psikolog Wendy.

' Dok, ini Bramantya. Maaf menghubungi malam-malam. Aku butuh bantuanmu secepat mungkin. Untuk Rianti. Tolong bantu dia sembuh aku nggak mau lihat dia ketakutan lagi.'

Bram mencium kening istrinya sekali lagi, lalu berbisik pelan.

“Aku janji. Mulai sekarang, aku bukan orang yang kamu takuti, tapi orang yang kamu percaya.”

Ia memeluk Rianti lebih erat, seakan tidak ingin membiarkannya lepas bukan sebagai tahanan negara, tapi sebagai tahanan hatinya yang harus dilindungi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!