"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulut Mertua
Sekar menggeliat, perlahan manik indahnya terbuka dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan suaminya
Pantas saja tidurnya lelap, ternyata disisinya terdapat sang suami yang setia memeluknya
Ia pandangi wajah tampan itu, cairan bening perlahan luruh dari mata indahnya. Entah kenapa ada perasaan ingin memiliki Adrian untuk dirinya sendiri
Akhir-akhir ini Sekar merasa aneh pada tubuhnya, ada perasaan seperti ingin dimanja oleh suaminya, namun memintanya pada Adrian tidak mungkin karena yang hamil adalah Widia
Sekar hendak turun, namun sang suami justru mengeratkan pelukannya pada pinggang sang istri
"Kamu udah bangun? Sejak kapan?"
"Sejak kamu tiba-tiba nangis!"
Adrian membuka matanya, dirinya tak salah. Istrinya sepertinya memang terus menangis sejak semalam, terbukti dari matanya yang sembab
"Aku gak nangis" elaknya
"Terus kenapa matanya bengkak?"
Sekar memang tidak pernah bisa berbohong, dan Adrian begitu mengenali istrinya itu
"Mas gak mau kamu seperti ini terus sayang, mas mau kamu bahagia" tutur Adrian lembut
"Aku bahagia mas, aku bahagia saat melihat kamu bahagia" Sekar tersenyum dan Adrian tahu jika senyuman itu terpaksa
"Dan mas tidak akan bisa bahagia kalau kamu terus-terusan sedih seperti ini!"
Tangan Adrian terulur membelai lembut pipi sang istri yang beberapa Minggu ini terlihat lebih chubby
"Sudahlah, aku mau mandi!" Sekar beringsut bangun diikuti oleh Adrian
"Kita mandinya bareng aja!"
Sekar melayangkan tatapan tajam pada sang suami, ia tahu betul apa yang akan terjadi jika pria itu menyarankan hal itu
"Nggak ada ya mas, lagian kamu itu mau berangkat kerja, jangan aneh-aneh deh!" Tolak Sekar, bukannya marah, Adrian malah terkekeh karena menurutnya sang istri terlihat menggemaskan
"Satu ronde aja!"
"Nggaaak" Sekar sedikit berteriak karena telah berada didalam kamar mandi
Sekar merasa tubuhnya berat, dirinya tidak berkeinginan untuk turun lebih awal untuk membuat sarapan, alhasil wanita cantik itu menunggu hingga suaminya selesai bersiap dan turun bersama
"Aku pakein dasinya ya"
Dengan senang hati Adrian menerima pelayanan istrinya
"Bisa gak kalau sehari aja gak cantik gini? Bikin susah fokus tau nggak?"
Adrian senang menggoda istrinya, melihat bagaimana pipinya merona. Tangannya sudah bertengger sempurna pada pinggang ramping Sekar yang tengah sibuk mengikat dasi
"Mas kok gak pernah ya liat kamu jelek!"
Sekar menatap suaminya "Itu artinya mata kamu yang bermasalah"
"Tapi mas serius, mas memang gak salah pilih istri!" Wajah Adrian kian dekat hingga dapat mencuri satu ciuman pada bibir ranum wanitanya
Keduanya lalu keluar dari kamar, Sepasang suami istri itu terkejut saat melihat Nina telah berada di sana dan sibuk dengan urusan dapur
"Ibu" sapa keduanya
Nina berbalik, menatap putra serta menantunya yang jam segini baru keluar kamar
"Kamu kok telat sih keluar kamar? Jadi istri kok gak guna banget" omel Nina
Mendengar itu, Adrian kian mempererat genggamannya pada jemari istrinya. Ia tahu Sekar merasa sakit mendengarnya, hanya saja wanita cantik itu terlalu pandai menyembunyikan perasaannya
"Ibu kapan datengnya?" Tanya Adrian, hal itu ia lakukan agar sang ibu lupa untuk kembali mengomeli Sekar
"Udah dari tadi, ibu akan nginep disini sampai Widia lahiran" jawab Nina, matanya kemudian menatap sang menantu dengan tatapan seolah mengejek
"Baguslah, biar Sekar gak sendirian ngurusin Widia" ujar Adrian
"Widia itu hebat ya, baru nikah beberapa bulan aja Udah hamil, sedangkan istri kamu yang lain, nikah udah bertahun-tahun belum ada tuh tanda-tanda hamil"
Sekar memilih diam, apa yang diucapkan sang ibu mertua tak sepenuhnya salah, ia sadar akan ketidaksempurnaan dirinya sebagai seorang wanita
"Bisa kita sarapan sekarang? Adrian udah laper banget ini"
Ketiganya lalu melakukan sarapan pagi bersama, Sekar seolah menebalkan telinganya agar tak mengambil hati ejekan ibu mertuanya
"Kamu tuh harus lebih perhatian sama Widia, Adrian. Dia itu lagi hamil, jadi waktu kamu harus kamu kasih semuanya buat dia!" Ujar Nina, dan Sekar tahu apa maksud dari ucapannya
"Adrian perhatian kok sama dia, sampai hari ini Adrian selalu mengabulkan ngidamnya Widia" Adrian mengatakan itu agar ibunya tidak lagi melakukan ejekan seperti itu pada sang istri
Sekar hanya diam saja, tak ingin menimpali ucapan ibu mertuanya. Terserah saja apa yang barusan Nina katakan tentangnya
***
Sesuai permintaan sang ibu, Adrian mulai lebih memperhatikan Widia, terlebih dari pemeriksaan terakhir, diketahui jika kandungan Widia sedikit lemah
Adrian seolah menghabiskan harinya bersama istri keduanya, Widia terus saja merengek akan banyak hal. Seperti tidur ingin dipeluk, dan tak jarang wanita hamil itu minta disuapi dengan alasan keinginan Bayi
Hampir seminggu ini Adrian tak bersama Sekar, wanita cantik itu berusaha mengerti namun ada rasa tak rela dalam dirinya yang entah karena apa
"Aku izin jalan sebentar ya mas, aku pengen beli sesuatu" pamit Sekar pada sang suami
Rasanya ia sedikit muak berada dirumah, melihat manjanya Widia pada Adrian atau mendengar ocehan ibu mertuanya tentang kondisinya yang tidak bisa memberikan keturunan
"Sama mas aja ya perginya, mas gak tenang kalau kamu pergi sendiri"
Adrian memang tidak pernah mengizinkan Sekar pergi seorang diri, pria itu akan selalu menemani istrinya jika belanja, terlebih saat weekend seperti saat ini
"nggak perlu mas, kamu fokus aja sama Widia! Aku bisa sendiri!"
Entah kenapa, Sekar jadi bicara ketus pada suaminya. Ada rasa sakit saat melihat bagaimana Adrian begitu perhatian terhadap Widia
"Tapi mas khawatir!"
"Udalah Adrian, biarin aja Sekar jalan sendiri. Lagian kan dia gak lagi hamil sampai harus dijagain terus-terusan"
Sekar menghela napasnya, jika sudah ada Nina maka yang terdengar hanyalah ejekan yang Sekar bosan mendengarnya
"Aku pergi dulu ya mas!" Setelah sang suami mengangguk, Sekar segera mencium punggung tangan Suami serta ibu mertuanya bergantian
Telinganya sudah terasa panas mendengar ejekan ibu mertuanya pagi ini dan jalan-jalan sepertinya pilihan yang terbaik
Mobil miliknya melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota yang sedikit ramai karena hari Minggu
Hingga setelah hampir satu jam, mobil berwarna merah itu berhenti disebuah pusat perbelanjaan, Sekar akan memanjakan dirinya disini seorang diri
Wanita cantik itu berkeliling, mencari barang lalu makan disebuah gerai seorang diri, bukannya kesepian, Sekar malah merasa lebih tenang
Sekar melanjutkan jalan-jalannya, ditangannya telah terdapat beberapa paperbag yang merupakan barang miliknya serta satu kemeja dan sepasang sepatu untuk suaminya
Sekar masih sibuk berkeliling hingga tak sengaja tubuhnya ditabrak oleh seorang anak kecil
"Maaf Tante aku gak sengaja" ujar bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun itu