menceritakan kisah Arief Indiyanto (18), seorang pelajar SMA Indonesia yang ganteng, soft spoken, rajin nabung, dan kocak. Kehidupan tenangnya sebagai anak kos berubah drastis ketika ia menemukan Kristal Biru Misterius. Kristal tersebut mengaktifkan Sistem Hologram Sarkastik yang memaksanya menjalani serangkaian quest konyol namun berbahaya.
Tujuan utama Sistem? Mentransformasi Arief menjadi "Pemain Kunci Semesta Harem" dengan meningkatkan kekuatan dan Relasi Harem-nya. Arief dipaksa berpetualang mulai dari membasmi kejahatan-kejahatan kecil di Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sourcesrc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Senin malam. Jam 10 malam. Arief sudah siap dengan jaket hoodie-nya dan papan 'STOP! AREA BEBAS SAMPAH!' yang baru ia perbaiki. Ia berada di pos ronda, mendampingi Bripda Laura Pratiwi.
Laura (23 tahun), si Polwan dengan payudara cup G yang menjulang di balik seragamnya, menatap Arief dengan tatapan setengah geli, setengah curiga.
“Hei, Arief. Lu seriusan mau nemenin gue patroli? Ngapain lu bawa-bawa papan absurd gitu? Ini urusan keamanan, bukan kebersihan lingkungan,” kata Laura, sambil menyesap kopi hitamnya. Posturnya yang atletis dan tegap membuat Arief merasa seperti anak kecil di depannya.
“Serius dong, Bu Polwan! Saya kan warga negara yang baik! Percayalah, Bu. Keamanan itu dimulai dari lingkungan yang bersih! Kalau lingkungan bersih, aura negatif enggak bakal nempel. Maling pun ilfeel mau nyolong di tempat yang bersih!” Arief menjelaskan dengan argumen absurd yang sok logis.
[Alasan kamu gak masuk akal, Arief! Tapi Karisma kamu membuatnya terdengar meyakinkan! Bagus! Boost Energi Keintiman +3 (Interaksi Konyol)], Sist memberikan penilaian.
Laura tertawa pelan. Tawa yang jarang ia tunjukkan. “Hah. Baiklah. Anggap aja lu jadi Asisten Patroli Kebersihan Malam gue. Tapi kalau ada bahaya, lu jangan ikut campur. Lu harus lari! Biar gue yang ngurus! Ngerti?”
“Siap, Bu Polwan! Ngerti!”
Arief duduk di bangku pos ronda, di samping Laura. Ia mulai menggunakan Pernapasan Naga Langit Level 1-nya secara diam-diam. Dengan duduk di dekat Laura yang memiliki energi 'protektor' yang kuat, Arief merasa latihannya lebih efektif.
[MAG: 2.3. Energi Kultivasi boost 0.1 karena berdekatan dengan Aura Pelindung. Good job, Arief!], Sist melaporkan.
Arief kemudian mengeluarkan handphone-nya. “Bu Polwan, ehm, saya ada ide nih. Gimana kalau kita buat video edukasi singkat tentang bahaya membuang sampah sembarangan? Nanti saya upload ke YouTube! Biar anak muda makin sadar! Ibu kan cantik, pasti banyak yang nonton!”
Laura memutar bola matanya. “Halah, lu ada-ada aja. Tapi... oke deh. Biar citra Polwan enggak cuma galak doang. Tapi lu yang edit ya!”
Arief dan Laura pun mulai merekam video absurd di pos ronda. Arief bertindak sebagai kameramen dan sutradara, sementara Laura, dalam seragamnya yang ketat, harus berakting tegas tapi kocak tentang bahaya sampah.
Arief benar-benar menikmati PDKT out of the box ini. Laura, di balik seragam dan ketegasannya, ternyata mudah tertawa dan memiliki selera humor yang bagus.
Keesokan harinya di sekolah, Arief kembali menghadapi kecemburuan Tiara. Kali ini bukan karena Ustadzah Sofia, melainkan karena video absurd Arief dan Laura di pos ronda sudah viral di Insta Story sekolah.
Tiara Anggun menahan Arief di koridor, wajahnya cemberut maksimal.
“Arief Indiyanto! Apa-apaan itu Polwan tobrut?! Kamu ngapain deket-deket sama dia?! Kamu bilang mau jadi Imam gue! Kok malah jadi Asisten Patroli Polwan?!” Tiara menyerang Arief dengan nada kesal.
Arief tahu, ia tidak bisa mengelak lagi. Ia harus mengakhiri kecemburuan ini dengan cara yang paling romantis dan tulus.
[Arief! Kissing Time! Tunjukkan kalau Tiara adalah prioritas! Ini akan meningkatkan Energi Keintiman secara drastis! Do it!], Sist mendesak.
Arief melihat ke sekeliling. Koridor agak sepi. Ia memegang kedua pipi Tiara dengan lembut.
“Tiara, lihat aku. Dengarkan baik-baik. Dia itu Polwan, beb. Tugas gue kan membantu tugas negara. Gue cuma bantu dia bikin video edukasi doang. Enggak lebih.”
Tiara mencoba protes, tapi Arief memotongnya.
“Tapi, kalau kamu enggak percaya. Gue kasih buktinya.”
Tanpa menunggu persetujuan, Arief memajukan wajahnya dan mencium bibir Tiara dengan lembut. Ciuman itu singkat, tulus, dan penuh makna. Bukan ciuman nafsu, melainkan ciuman yang meyakinkan.
Tiara terkesiap. Matanya melebar, tapi ia tidak menolak. Tubuhnya membeku sesaat, lalu ia membalas ciuman Arief dengan sedikit lebih berani.
[Energi Keintiman +30! Ciuman tulus berhasil! Hubungan Tiara Anggun stabil dan mesra! Good job, Arief!], Sist bersorak.
Arief melepaskan ciuman itu, tersenyum ke arah Tiara. Wajah Tiara merah padam, ia terlihat sangat malu tapi bahagia.
“Gimana, beb? Masih cemburu? Itu buktinya kalau cintaku cuma buat kamu,” Arief berbisik mesra.
Tiara memukul pelan dada Arief. “Arief! Malu tau! Tapi... enggak apa-apa deh. Aku percaya kamu. Tapi, jangan deket-deket Polwan tobrut itu lagi ya!”
Arief mengangguk. Ia berhasil memenangkan drama kecemburuan Tiara, dan Energi Keintiman mereka meroket.
Rabu Sore: Bimbingan Spiritual yang Semakin Intens
Arief kembali ke kantor guru untuk sesi bimbingan spiritual dengan Ustadzah Sofia. Hari ini, ia membawa tiga bungkus makanan kucing premium untuk Si Mochi (hadiah yang ia beli untuk Tiara) sebagai penyamaran.
Ustadzah Sofia, yang kini sudah lebih santai dengan kehadiran Arief, duduk di mejanya.
“Masya Allah, Arief. Rajin sekali kamu. Mau tanya apa lagi hari ini?”
“Ehm. Begini, Ustadzah. Saya mau tanya... mengenai kekuatan cinta yang bisa mengubah takdir,” Arief memulai dengan topik yang sangat spiritual tapi berujung romantis.
[Level flirting 2 diaktifkan! Gunakan kata-kata yang lembut dan penuh makna ganda!], Sist membimbing.
“Hah? Mengubah takdir? Itu terlalu tinggi, Arief. Hanya Allah yang bisa mengubah takdir,” Ustadzah Sofia tersenyum.
“Iya, Ustadzah. Maksud saya... kekuatan cinta yang berasal dari pasangan yang soleh. Misalnya, jika saya mendapatkan pasangan hidup yang benar-benar bisa menuntun saya ke jalan yang lebih baik, apakah itu bisa mengubah jalan hidup saya yang tadinya absurd menjadi lebih mulia?” Arief menatap Ustadzah Sofia, memberikan pujian tersembunyi bahwa Ustadzah Sofia adalah sosok penuntun itu.
Wajah Ustadzah Sofia merona lagi. Arief selalu berhasil memancingnya ke topik romantis-spiritual.
“Tentu saja, Arief. Pasangan yang baik itu adalah pakaian bagi kita. Dia menutupi aib kita, dan menuntun kita. Mencari pasangan yang soleh itu adalah ibadah. Dan jika kamu berhasil menemukannya, hidupmu pasti akan berubah 180 derajat,” Ustadzah Sofia menjelaskan dengan suara yang kini terdengar lebih personal.
Arief merasa ini adalah momennya. Ia harus maju selangkah lagi.
“Ustadzah. Boleh enggak saya minta Ustadzah mendoakan agar saya bisa menemukan pasangan yang soleh seperti yang Ustadzah deskripsikan? Saya merasa... Ustadzah adalah satu-satunya orang yang paling mengerti kekosongan di hati saya,” Arief berbisik, mencondongkan tubuhnya sedikit.
Ustadzah Sofia tersentak. Ekspresinya menunjukkan konflik batin. Ia adalah seorang guru agama, dan Arief adalah muridnya. Tapi kata-kata Arief terlalu tulus dan dalam, berhasil menyentuh sisi femininnya.
“Arief... Astaghfirullah. Saya akan mendoakan kamu. Tapi kamu harus fokus pada sekolah kamu. Jangan terlalu banyak pikiran cinta,” Ustadzah Sofia berkata, tapi nadanya lemah, seolah ia sedang mencoba meyakinkan dirinya sendiri, bukan Arief.
[Energi Keintiman +15! Dia dalam mode konflik batin! Terus tekan sisi emosionalnya, Arief!], Sist bersemangat.
Arief tahu, ia sudah menanam benih di hati Ustadzah Sofia.
“Baik, Ustadzah. Saya janji akan fokus. Tapi, boleh enggak kalau saya setiap hari membawakan Ustadzah kopi? Kopi Tujuh Rupa itu kan enak banget. Saya mau Ustadzah selalu sehat dan semangat membimbing saya,” Arief mengakhiri sesi itu dengan tawaran servis yang sopan.
Ustadzah Sofia tersenyum, kali ini senyumnya tulus dan lega. “Masya Allah. Kamu baik sekali, Arief. Boleh. Tapi tidak usah setiap hari, ya. Nanti kamu malah sering bolos pelajaran lain.”
Arief berdiri, hatinya penuh kemenangan. Ia sudah berhasil membuat deal rahasia dengan Ustadzah Sofia.
Malam Hari: Patroli dan Pengenalan Senjata
Malam harinya, Arief kembali ke pos ronda. Ia kembali menggunakan alasan 'membantu tugas negara' untuk PDKT dengan Polwan Laura.
“Bu Polwan, saya bawa kopi! Tapi bukan Tujuh Rupa. Ini kopi sachet biasa,” Arief menyodorkan kopi.
Laura tersenyum lebar. “Wih, mantap! Thanks, Arief. Lu beneran asisten patroli terbaik gue.”
Mereka duduk di pos ronda. Laura menunjukkan senjatanya.
“Arief, lu tau enggak? Senjata ini nih yang ngebuat gue merasa kuat dan ngelindungi banyak orang,” Laura memegang pistol di pinggangnya.
Arief menatap pistol itu, lalu melihat layar hologram Sistem.
[Arief! Target ini memiliki Karisma Action dan Protector. Pamerkan kekuatan Action kamu!]
“Wih, keren, Bu Polwan. Tapi, enggak semua pertarungan bisa dimenangkan pakai pistol lho. Kadang kita butuh kekuatan dalam,” Arief berkata sambil melirik ke tangannya, yang sudah ia lapisi energi tipis dari Pernapasan Naga Langit.
Laura menatap Arief curiga. “Hah? Kekuatan dalam? Lu ngelawak?”
“Enggak, Bu. Saya serius. Saya lagi latih teknik pernapasan untuk memperkuat core fisik saya. Gimana kalau gue pamerin dikit? Biar Ibu percaya,” Arief menantang.
Laura tertawa. “Hahaha! Boleh deh. Tunjukin!”
Arief berdiri, mengambil batu bata yang ada di pojok pos ronda. Ia menarik napas dalam-dalam, mengaktifkan Pernapasan Naga Langit ke tangannya.
“Jurus Tobrut Penghancur Bata!” Arief berteriak konyol (meski jurusnya serius).
Arief memukul batu bata itu dengan tinju yang dilapisi energi biru tipis.
KRASH!
Batu bata itu pecah menjadi dua bagian!
Laura melompat dari kursinya. Matanya yang tajam melebar. Ia melihat tinju Arief, yang tidak terluka sama sekali.
“Gila! Arief! Lu... lu superhero?!” Laura berbisik, menatap Arief dengan rasa tak percaya, dan kini, dengan ketertarikan yang jauh lebih besar.
Arief tersenyum puas. Ia sudah memenangkan hati Polwan Tobrut.