NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: tamat
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:243.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Dilema

Hari-hari berlalu, kehamilan Hana memasuki bulan ketiga. Perutnya memang belum terlalu terlihat, namun rasa mual di pagi hari, tubuh yang mudah lelah, hingga perubahan suasana hati mulai sering ia alami. Jamilah selalu setia mendampinginya, memastikan Hana tidak melakukan pekerjaan berat.

Laudya juga sesekali menunjukkan perhatian. Pulang dari kantor, ia membawakan susu khusus ibu hamil, buah segar, dan bahkan vitamin tambahan.

“Aku tahu rasanya sulit, Hana,” ucap Laudya sambil tersenyum tipis, meletakkan kantong belanjaan di meja makan. “Minum ini teratur, dokter bilang bagus untuk janin.”

Hana mengangguk sopan. “Terima kasih, Nyonya,” jawabnya pelan, meski di hatinya masih ada jarak.

Sementara itu, Hansel memiliki caranya sendiri. Pria itu diam-diam menyiapkan hal-hal kecil untuk Hana, pakaian muslimah longgar agar ia nyaman, selimut lembut supaya tidurnya hangat, bahkan lilin aroma terapi khusus ibu hamil untuk menenangkan pikirannya.

Suatu sore, ketika Hansel menyerahkan bingkisan berisi gamis sederhana warna pastel kepada Hana, Laudya baru saja turun dari tangga dan melihatnya.

“Hansel…” suara Laudya terdengar dingin.

Hansel menoleh, sedikit terkejut. “Ya?”

Tatapan Laudya jatuh pada kantong belanja di tangan suaminya. Bibirnya mengerucut. “Kamu tidak perlu membelikan pakaian untuk wanita lain. Kalau Hana butuh, kita bisa memberinya uang. Dia bisa membeli sendiri. Tidak perlu … sampai sejauh itu.”

Hana sontak menunduk, jantungnya berdegup kencang. Ia merasa bersalah, meski dirinya tak pernah meminta apapun. Hansel terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. Matanya menatap istrinya dengan tenang, tapi di dalam dadanya ada rasa berat. Dan tanpa sadar, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

“Laudya … ini bukan sekadar barang. Aku hanya ingin memberi hadiah untuk ibu dari calon bayi kita.”

Kata “ibu calon bayi kita” meluncur begitu ringan, tapi justru menohok dada Laudya. Laudya terdiam, senyumnya lenyap, digantikan tatapan nanar yang berusaha ia sembunyikan. Ia menelan ludah, lalu berbalik, menyamarkan getaran suaranya.

“Baiklah, Mas. Kalau itu yang kamu mau…” ucapnya lirih, lalu berlalu meninggalkan mereka. Hana yang sejak tadi berdiri kikuk, semakin merasa terhimpit. Tangannya menggenggam ujung gamis yang baru saja ia terima.

'Kenapa aku merasa jadi penyebab jarak di antara mereka?'

Namun, ketika matanya bertemu dengan Hansel, pria itu hanya menatapnya singkat lalu berucap pelan, “Pakai saja. Aku ingin kamu nyaman.”

Dan untuk kesekian kalinya, Hana merasa ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan itu. Bukan sekadar kewajiban, bukan sekadar tuntutan. Ada perhatian dan itu membuat hatinya bergetar, meski ia tahu itu salah.

Malam itu rumah terasa begitu sunyi. Hana sudah kembali ke kamarnya setelah makan malam, Jamilah pun telah tertidur. Hanya terdengar suara angin dari sela jendela yang berderak pelan.

Di kamar utama, Laudya duduk termenung di tepi ranjang. Gamis longgar berwarna pastel yang tadi diberikan Hansel masih membayang di kepalanya. Bukan soal pakaian itu tetapi cara Hansel menyebut Hana sebagai “ibu dari calon bayi kita.”

Laudya menggenggam erat seprai, lalu tanpa sadar bulir air mata jatuh di pipinya.

“Aku yang istrinya … aku yang seharusnya mengandung … tapi kenapa aku merasa seperti orang ketiga di rumahku sendiri?” gumamnya lirih.

Dia menutup mulutnya, menahan isak agar tak terdengar Hansel yang masih berada di ruang kerja. Namun, luka itu nyata. Laudya sendiri yang merelakan Hana menikah siri dengan suaminya demi seorang anak, tapi ternyata hati seorang wanita tak bisa selamanya kuat. Sementara itu, di kamar sederhana di lantai bawah, Hana duduk bersandar di ranjang. Tangannya mengusap perut yang belum terlalu terlihat, tatapannya kosong.

“Kenapa aku iri pada Nyonya Laudya? Bukankah ini memang keinginannya, keinginan mereka? Tapi … kenapa aku berharap setiap pelukan itu hanya untukku, perhatian itu untukku? Jangan bodoh, Hana … jangan jatuh cinta, kau hanya pengganti.”

Namun, setiap kali ia mengingat tatapan Hansel yang penuh perhatian, setiap kali mendengar suara lembutnya saat menyuruhnya hati-hati, ada sesuatu yang tumbuh dalam hatinya. Rasa yang seharusnya tidak pernah ada.

Air matanya menetes. “Aku takut … aku benar-benar takut, tapi aku juga tak bisa berhenti merasakannya.”

Di ruang kerja, Hansel menutup laptopnya. Pikirannya kacau, tak bisa fokus pada laporan di hadapannya. Bayangan wajah Hana terlintas jelas di benaknya, tatapan gugupnya, senyum tipisnya, bahkan cara ia menghela napas saat menahan mual. Hansel menatap ke luar jendela, seakan mencari jawaban.

“Kenapa aku berbeda saat bersamanya? Aku seharusnya hanya melihatnya sebagai ibu pengganti … hanya sampai anak itu lahir. Tapi kenapa setiap kali melihatnya, aku merasa damai? Bahkan … jauh lebih damai daripada dengan Laudya.”

Hansel mengacak rambutnya frustasi. “Ini gila … ini salah. Tapi, aku tidak bisa membohongi hatiku.”

Malam itu, untuk pertama kalinya Hansel sadar, Hana bukan lagi sekadar “ibu pengganti.” Ia adalah wanita yang tanpa sengaja menyentuh hatinya dan membuatnya goyah di tengah pernikahan yang seharusnya hanya untuk Laudya. Hansel mulai merasakan bahwa kini dia telah jatuh cinta pada wanita yang mengandung bayinya.

Laudya, terbaring dalam isak tangisnya mengingat semua perlakuan Hansel pada Hana. Sedangkan, Hana terbaring dalam dada yang sesak saat mengingat bagaimana Laudya bahagia atas bayi yang dia kandung, dan terlihat Hansel berdiri di balkon ruang kerjanya sembari menatap langit yang gelap malam itu dua wajah melintasi jalan pikirannya. Satu ibu pengganti, satu lagi istri sah yang tak pernah bisa dia ganti.

[Ma, Hana sudah hamil ... usianya jalan tiga bulan,] Hansel mengetik pesan lalu mengirim pesan itu pada ibunya.

1
Sweet Girl
Syukur deh klo sadar, semoga aja sadar terus dan menjadi lebih baik setiap hari.
Sweet Girl
Golek o Dewe ae Hansel... yg sreg di hati.
Sweet Girl
Gatot...
Sweet Girl
Eh Demit... embok pikir mateni wong iku gak kecil....
opo'o gak koen Dewe ae sing eksekusi...
Sweet Girl
Istighfar Rian... istighfar...
Sweet Girl
iyooo hidup baru di penjara.
Sweet Girl
Ojok bodoh koe Rian... wong wedok Sik akeh.
Fitrie Sadewo
😇😇😇
Sweet Girl
Kamulah yg bikin Hana berani, bisa membela dirinya sendiri.
Sweet Girl
Syaiton tenan Iki mbahe ...
Sweet Girl
Sudah Bu Rohana...
jangan teriak teriak lagi... nanti kenak seteruk.
Sweet Girl
Akhirnya...❤️
Dzimar
ada boschap kah Thor?kok curiga ya orang kena gangguan mental bisa senyum Lngsung meremukkan photo sampai hancur bgtu
Aisyah Alfatih: rencana tapi belum tahu kapan mau di kasih bonus bab itu 🤭
total 1 replies
Dzimar
masa yg 9 bulan mngandung itu bayi kalah bathin nya dgn yg 2 bulan merawat....mirissss
Dzimar
psti istrinya juga selingkuh
Erlinda
pembodohan reader luar biasa goblok nya tokoh yg ada dlm cerita ini. benar benar ga bermutu
Erlinda
katanya org tua hanzel yg PNGN punya cucu tapi dari lahir sampai baby nya udah berusia 2bulan kok ga nongol nongol lagian disini hanzel terlihat sebagai suami yg ga punya sikap labil sekali.
Erlinda
aq yakin pasti author akan bikin si Hana mati dan hanzel hidup tenang dgn laudya dan bayi nya
Erlinda
aneh aja kau laudya kau yg mau begini sekarang kau pula yg tidak terima. kau pikir si Hana itu robot yg ga punya hati dan bisa kau setel sesukamu
Sweet Girl
Wes mending jelaskan sekarang, waktunya sudah tepat, jangan ditutup²i lagi...
Furqon lho wes dewasa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!