Alenia Cinta Milik Juliette

Juliette menatap ragu pada gelas di tangannya yang berisi red wine terasa dingin menyentuh kulitnya. Dia belum pernah minum alkohol. Tapi malam ini, suasana di salah satu klub malam daerah Armonk begitu menggiurkan. Matanya masih terpaku pada di tangannya. Dinginnya minuman di gelas seolah menembus hingga ke relung hatinya yang paling dalam. Teringat perdebatan semalam antara dirinya dan keluarganya.

Ibu dan semua kakaknya tidak setuju dengan keputusan yang dia ambil sehingga dia diusir dari rumahnya dan membuat hatinya terluka.b Mengorbankan keluarganya demi keinginan dia menjadi dokter ahli bedah yang profesional. Juliette menghembuskan nafasnya dengan kasar. Menggoyangkan gelasnya dengan pelan. Dia masih ragu untuk meminumnya. Dia harus memulai belajar untuk mandiri. Bertekad untuk menjadi dokter ahli bedah tanpa intervensi dari siapapun.

"Ah, sekali ini saja. Mungkin dengan minum wine ini, aku bisa melupakan sejenak rasa sakit ini," gumam Juliette bermonolog.

Tangan kanannya mengangkat gelas ke bibirnya, hanya sedikit sambil menikmati dentuman musik yang menggelegar. Menurunkan gelas minuman itu di atas meja. Mencium aroma aneka parfum mahal dan keringat bercampur menjadi satu, menciptakan atmosfer yang khas. Duduk dengan anggun sambil mengamati kerumunan orang yang sedang berjoget liar. Dua orang wanita muda keluar dari kerumunan itu, lalu berjalan menghampiri Juliette. Mereka adalah teman sekolahnya Juliette.

"Ayo, July, kita berdansa!" ajak Veronica, salah satu temannya Juliette ketika mereka berhenti di depan meja yang sudah mereka pesan.

"Tidak, terima kasih, aku di sini aja," tolak Juliette dengan sopan.

"Ayolah, July, jangan begitu! Kita kan hanya ingin bersenang-senang di sini. Coba sekali aja!" ajak Rachel, teman Juliette yang satunya lagi.

"Aku lebih suka menonton saja."

"Ah, kamu selalu begitu. Selalu serius. Tidak ada keinginan sedikit pun untuk bersenang-senang," celetuk Veronica dengan nada suara yang meremehkan.

"Hei July, kini saatnya kamu keluar dari zona aman kamu," samber Rachel sambil menepuk baju kanannya Juliette.

"Iya benar, mulai hari ini kan kamu bebas dari semua aturan keluargamu! Ayolah kita bersenang-senang!" bujuk Veronica.

"Mulai hari ini kamu bebas melakukan apa pun yang kamu inginkan!" celetuk Rachel.

"Aku tidak bisa joget," ucap Juliette malu-malu.

"Tenang aja, nanti kami ajarkan."

"Baiklah."

"Akhirnya Juliette memberanikan dirinya untuk melakukan hal yang luar dari dalam dirinya. Beranjak berdiri dari sofa. Kedua temannya menggandeng tangan kanan dan tangan kirinya Juliette. Mereka melangkahkan kakinya menuju ke lantai dansa. Menerobos kerumunan orang yang sedang asyik berjoget. Veronica dan Rachel mengajarkan Juliette berjoget. Mereka menggerakkan tubuhnya yang sesuai dengan alunan musik disco. Juliette tertawa senang karena akhirnya dia bisa bebas dari segala aturan keluarganya.

Tanpa mereka sadari, ada Alvin, Albern dan Alexander yang sedang berdiri di depan kaca yang berada di ruang VVIP lantai dua klub malam itu. Mengamati gerak - gerik mereka. Albern dan Alexander menggelengkan kepalanya melihat gerakan Juliette yang brutal dan kaku saat sedang berjoget. Alvin membalikkan badannya, lalu berjalan menuju sofa single yang berada di ruangan itu. Menghentikan langkah kakinya ketika berada di depan sofa, lalu menduduki sofa itu.

"Dia baik-baik saja," komentar Alvin santai.

"Benar apa yang dikatakan oleh Alvin, Kak," samber Alexander yang masih memperhatikan Juliette beserta teman-temannya.

"Aku tetap khawatir dengan keadaannya," ucap Albern tegas. "Aku akan menyuruh beberapa orang anak buahku untuk menjaganya dari jarak jauh," lanjut Albern tegas yang masih fokus memperhatikan Juliette beserta keadaan di sekitar Juliette.

"Kak Albern tak perlu berlebihan, dia sudah besar dan sudah bisa menjaga dirinya Kak," celetuk Alvin.

"Aku pikir-pikir, kita terlalu berlebihan untuk menjaganya Al," komentar Alexander.

"Apakah kalian yakin, Juliette akan baik-baik saja setelah keluar dari mansion keluarga?" tanya Albern tegas.

"Aku yakin Kak, karena Mommy juga yakin jika Juliette bisa menjaga dirinya," jawab Alvin.

"Aku juga yakin Kak," jawab Alexander.

Albern menghela nafas panjang, lalu berucap, "Aku pegang ucapan kalian. Aku akan membebaskan dia untuk memilih tujuan hidupnya."

"Kak Albern dan Kak Alex, apakah kita perlu meminta maaf kepada Juliette karena semalam kita terlalu keras terhadapnya?" tanya Alvin.

"Tidak perlu," jawab Albern dan Alexander serempak.

"Aku akan memberi tahu Mommy perihal ini," ujar Alvin.

"Kasih tahu aja, biar Mommy tambah tenang," celetuk Albern.

"Jadi kita fix tidak akan mengatur dan menjaga hidupnya Juliette lagi?" tanya Alvin untuk menyakinkan dirinya sambil merogoh kantong celana jeansnya.

"Tidak," jawab Albern dan Alexander kompak.

"Tapi, jika dia mengalami kesusahan kita harus membantunya," lanjut Alexander.

"Kita membantunya jika dia yang meminta bantuan kepada kita," samber Albern.

"Jadi fix ya kita membiarkan Juliette hidup mandiri?" tanya Alvin santai sambil menyentuh beberapa ikon di layar smartphone miliknya.

"Fix, biarkan dia merasakan hidup mandiri," ujar Albern.