NovelToon NovelToon
Duda Perjaka Dan Cegilnya

Duda Perjaka Dan Cegilnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Damian, duda muda yang masih perjaka, dikenal dingin dan sulit didekati. Hidupnya tenang… sampai seorang cewek cantik, centil, dan jahil hadir kembali mengusik kesehariannya. Dengan senyum manis dan tingkah 'cegil'-nya, ia terus menguji batas kesabaran Damian.
Tapi, sampai kapan pria itu bisa bertahan tanpa jatuh ke dalam pesonanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin hamil

"APA?!" Pak Pramono berdiri dan terlihat menegang. "Kamu pikir, apa yang kamu lakukan? Aletha itu sepupu dekat kamu, mana mungkin kamu menikah dengan sepupu sendiri!"

Damian langsung menimpali, "Apanya yang salah? Kita kan nggak sedarah, gak ada larangan buat kita menikah, Pa."

"Memang sama sekali nggak ada larangan untuk kalian menikah, karena kalian tidak sepersusuan apalagi sedarah. Tapi, Papa nggak mau kalau harus berbesan dengan adik kandung sendiri!"

"Apa alasan Papa menolak untuk berbesan dengan Om Hartman? Aku dan Aletha sama-sama sudah dewasa, kami berhak membangun rumah tangga. Jika aku dan dia saling menyukai, kenapa itu harus di tentang?"

Pak Pramono menghelan napas, mengusap wajah dengan kasar kemudian berkata. "Dam, ingat kalau kamu pernah gagal menikah. Jangan menikah hanya karena kamu ingin menyelamatkan Aletha dari perjodohan orang tuanya, jangan jadikan pernikahan sebuah lelucon. Jika kalian menikah dengan tujuan agar Aletha bebas dari perjodohan, bukan gak mungkin pada akhirnya kalian akan bercerai dan kamu akan menjadi duda untuk kedua kalinya!"

"Pa, mungkin sekarang aku menikah dengan tujuan untuk membebaskan Aletha dari perjodohan. Tapi, jika kami telah menjalani rumah tangga, bukan nggak mungkin aku akan mencintainya. Lagipula, Aletha cinta padaku sejak dulu, mungkin dia bisa membuatku jatuh cinta juga. Pada akhirnya, pernikahan yang awalnya cuma dianggap lelucon, akan berakhir dengan bahagia," Damian berusaha meyakinkan ayahnya.

Pak Pramono menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, ia beranjak pergi ke arah jendela dan terlihat tak tenang. Damian bangkit dan mendekat ke arah ayahnya.

"Pa, aku mohon restui pernikahan kami. Aku nggak mau Aletha menikah dengan seseorang yang sama sekali nggak dia cintai. Dia bukan barang yang bisa dijadikan bahan investasi, Aletha adalah seorang gadis yang berharga, aku nggak mau Om Hartman memanfaatkan dia untuk uang dan kekuasaan," tutur Damian, masih tak mau menyerah.

Pak Pramono menatap putranya dengan serius, "Dam, Papa mengerti niat kamu baik, kamu ingin menolong Aletha. Tapi pikirkan juga kedepannya akan seperti apa. Jika kamu bilang pernikahan kalian mungkin akan berakhir dengan bahagia dan kalian saling mencintai, kemungkinan buruk juga bisa terjadi, yaitu perceraian. Bayangkan jika kalian bercerai, akan seburuk apa hubungan Papa dengan Om Hartman dan Tante Agnes?"

"Aku sudah memikirkan itu berulang-ulang kali, Pa. Aku yakin, nggak akan pernah ada perceraian antara aku dan Aletha, aku akan mempertahankan dia sebagai istriku dan membangun sebuah hubungan yang normal seperti suami istri pada umumnya. Papa harus percaya padaku."

Pak Pramono tidak merespon, pria itu tampak frustasi dengan permintaan anaknya. Memang, kemungkinan Damian dan Aletha akan seperti suami istri pada umumnya tidaklah mustahil setelah mereka menikah. Namun, Pak Pramono tetap tidak bisa menerima pernikahan Damian jika dilakukan dengan adik sepupunya sendiri.

Suasana menjadi tegang, Pak Pramono dan Damian dilanda kebisuan. Di saat suasana sedang tegang dan hening, tiba-tiba Bu Santi datang untuk ikut bicara setelah mendengarkan dari ruang keluarga pembahasan suami dan anaknya.

"Dam, Mama mengerti kamu memang ingin menolong Aletha. Tapi pikirkan baik-baik, Nak. Dia adalah anak dari paman kamu, dan hubungan antara Papa dengan Om Hartman sangat dekat. Kamu harus memikirkan bagaimana gimana tanggapan orang lain tentang hubungan kalian nantinya, karena pernikahan dengan sepupu memang sedikit lebih sensitif di masyarakat, masih dianggap tabu, meskipun pernikahan kalian tetap sah," tutur Bu Santi, membantu suaminya untuk membujuk Damian agar tak ngotot ingin menikahi Aletha.

"Aku tahu, Ma. Tapi aku akan menanggung semua itu, aku nggak akan peduli dengan omongan siapapun terkait pernikahan antara sepupu. Yang penting, aku ingin Aletha bebas dari perjodohan orang tuanya. Mama dan Papa nggak tahu bagaimana Om Hartman memperlakukan Aletha dengan kasar hanya karena menolak dijodohkan. Jika kalian melihat sendiri bagaimana buruknya perlakuan Om Hartman terhadap Aletha saat itu, kalian juga pasti sangat marah. Aleta ditampar dengan sangat keras oleh ayahnya sendiri, apakah itu sesuatu yang wajar? Bahkan Tante Agnes sendiri lebih berpihak pada kami daripada suaminya,"

Bu Santi dan Pak Pramono saling bertatapan, raut wajah mereka berubah serius. Keduanya jelas terkejut mendengar pengakuan Damian tentang bagaimana Aletha diperlakukan oleh ayahnya sendiri.

"Apa? Om Hartman menampar Aletha?" Bu Santi menutup mulutnya, tampak terkejut dan sedih.

Damian mengangguk mantap. "Ya, Ma. Aku melihatnya sendiri. Aletha hanya ingin menolak perjodohan itu, tapi Om Hartman nggak terima. Dia menganggap Aletha membangkang dan langsung menamparnya. Aku nggak bisa tinggal diam, Ma. Aku harus melindungi Aletha."

Pak Pramono tampak semakin gelisah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Hartman... bisa sekejam itu pada anaknya sendiri? Astaga, ayah macam apa yang tega menampar putrinya sendiri?"

"Makanya, Pa, Ma, tolong izinkan aku menikahi Aletha. Aku tahu ini sulit diterima, tapi aku nggak bisa membiarkan dia menikah dengan pria yang nggak dia cintai hanya karena urusan bisnis. Aku janji, aku akan menjaganya. Aletha aku anggap seperti adikku sendiri, aku gak mau di dapat suami yang salah. Aku juga khawatir kalau laki-laki yang dijodohkan dengannya bisa berbuat kasar."

Bu Santi menarik napas panjang. "Damian, kami tahu niatmu baik. Tapi menikah bukan sekadar menyelamatkan seseorang. Kamu pernah gagal dalam pernikahan, kamu tahu rasanya. Jangan sampai kamu dan Aletha menikah hanya karena ingin menghindari sesuatu, bukan karena benar-benar siap."

"Aku siap, Ma," Damian menatap ibunya penuh keyakinan. "Aku memang pernah gagal, tapi itu nggak berarti aku akan gagal lagi. Aku nggak mau Aletha menderita, aku nggak mau dia dipaksa menikah dengan pria yang nggak dia cintai. Aku tahu Aletha menyukaiku sejak dulu, dan aku akan belajar mencintainya juga. Aku yakin, kami bisa membangun rumah tangga yang bahagia."

Pak Pramono tampak berpikir keras, mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan. Ia lalu menghembuskan napas berat, menatap Damian dengan mata penuh pertimbangan.

"Baiklah," katanya akhirnya. "Papa ingin bertemu Aletha dulu. Jika dia benar-benar ingin menikah denganmu, dan bukan hanya karena terpaksa, mungkin... Papa akan mempertimbangkan ini."

"Aku yakin Aletha mau, dia bahkan pernah mengajakku menikah, meskipun aku tahu mungkin itu hanya bercanda. Aletha suka aku, dan mungkin dia juga akan mau menikah denganku," Damian tetap yakin.

"Ya, tapi Papa tetap ingin dengar pengakuan itu dari mulutnya langsung. Papa nggak mau pernikahan kalian terjadi, tapi akhirnya hanya membuat hubungan keluarga memburuk karena kalian bercerai. Ini harus dipikirkan matang-matang, kedua belah pihak harus setuju dan pastikan tidak akan ada perpisahan. Om Hartman orang yang keras kepala dan arogan, kalau sampai kamu menceraikan Aletha karena kamu tidak suka padanya, mungkin dia akan menghabisi kamu."

"Aku janji, aku gak akan pernah menceraikan Aletha, Pa. Aku bisa pastikan itu."

"Baik, bawa Aletha kemari supaya bicara langsung dengan Papa. Setelah itu, Papa akan memutuskan dan bicara dengan Om Hartman."

Damian mengangguk, menghela napas lega. Setidaknya, ini bukan penolakan mutlak. Sekarang, dia hanya perlu memastikan bahwa Aletha benar-benar siap untuk keputusan besar ini.

*****

Damian pulang ke rumahnya setelah bertemu dan berbicara langsung dengan kedua orang tuanya. Begitu memasuki rumah, Damian disambut langsung oleh Aletha yang sejak tadi menunggunya di ruang tamu.

Aletha mendekati Damian dan bertanya, "Dam, gimana hasil obrolan kamu dengan Om dan Tante? Apa mereka juga gak setuju seperti Papa?"

Aletha tampak pesimis, ia tidak bisa yakin kalau orang tua Damian akan setuju dengan keinginan Damian menikahinya. Sebab, Pak Pramono adalah kakak kandung Pak Hartman.

Damian hanya tersenyum simpul dan menjawab, "Belum ada keputusan final, orang tuaku mau ketemu kamu dan bicara langsung katanya."

"Kenapa? Aku malah merasa gak mau ketemu mereka, takut banget mereka malah marahi aku dan dituduh cuci otak kamu biar mau nikahi aku."

'Tukkk!'

Damian menyentil kening Aletha pelan.

"Auwww.... kasar deh. Gimana kalau beneran jadi suami?" keluh Aletha sambil mengusap keningnya.

"Kamu tuh yang terlalu jahat berpikir tentang orang tuaku, kayak gak kenal mereka aja. Orang tuaku gak sejahat yang kamu pikir, mereka pengen ketemu karena memang harus bicara langsung sama kamu, bukan mau nuduh gak jelas," timpal Damian.

"Tapi aku takut ketemu sama mereka, aku takut Om Pramono nggak setuju."

"Kamu nggak akan tahu keputusannya seperti apa kalau kamu nggak ketemu langsung dengan Papa. Kamu harus gunakan kesempatan ini untuk jujur ke Papa kalau kamu memang mau menikah denganku. Dengan begitu, Papa akan bicara dengan Om Hartman lalu keputusan final akan ditentukan setelah itu," Damian menjelaskan.

Damian duduk di sofa, dia menyandarkan punggungnya dan memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lelah. Aletha menghampirinya dan duduk di samping Damian.

"Dam, kalau aku jujur sama Papa kamu dan mengatakan aku mau menikah sama kamu, apa Papa kamu akan setuju?" tanya Aletha yang masih belum yakin.

Damian membuka matanya, lalu menjawab. "Pasti. Papaku akan menemui Om Hartman, lalu berbicara dengannya. Mereka pasti akan membahas tentang keinginan kita, dan aku yakin Papa akan menang."

"Kenapa kamu seyakin itu?"

"Tentu aku yakin, Papa kamu memang keras kepala dan arogan, tapi dia sangat takut terhadap Papaku. Apalagi, aku juga udah kasih tahu Papa kalau Om Hartman menampar kamu saat kamu menolak dijodohkan, itu bikin Papa murka."

Aletha tertegun, "Beneran, Om Pram murka dengar aku di tampar?"

"Ya, karena Papa gak suka kekerasan terhadap perempuan. Kita lihat aja, apa yang akan Papa lakukan ke Papa kamu kalau dia menentang keputusannya."

Aletha tidak banyak bertanya lagi, perasaan sedikit lega dengan penjelasan Damian. Itu artinya, Pak Pramono peduli padanya dan berpotensi membela dirinya di hadapan Pak Hartman.

Damian bangkit, ia merasa lelah dan ingin beristirahat. Tanpa banyak bicara, Damian langsung meninggalkan Aletha dan naik ke lantai dua.

Aletha juga bangkit dan menyusul Damian ke lantai dua. Aletha membuka pintu kamar Damian, ia melihat pria itu berbaring di kasurnya dengan mata terpejam.

"Dam," panggil Aletha pelan.

Damian kembali membuka mata dan menatap Aletha yang berdiri di hadapannya.

"Apa? Kamu ngapain di sini? Gak takut aku macam-macam sama kamu?" tanya Damian.

Aletha menghela napas, ia duduk di samping Damian dan dengan tenang menjawab. "Ngapain takut? Cowok gay kayak kamu gak akan punya nafsu ke cewek, aku gak ada rasa takut sama sekali setiap sekamar sama kamu," jawab Aletha santai.

Damian mendengus, ia bangkit serta duduk bersama Aletha. "Terus, ngapain gangguin aku? Aku capek, pengen istirahat."

"Aku cuma mau tanya sesuatu."

"Soal apa?"

Aletha diam sejenak, kemudian menatap Damian dengan serius. "Kalau kita beneran nikah, apa Bella gak akan muncul atau marah ke aku?"

"Kenapa harus marah? Dia bukan istriku lagi, cuma mantan."

"Aku tahu, tapi dia mungkin masih cinta sama kamu. Aku khawatir kalau kita nikah dia bakalan balik lagi, terus dia gak terima kamu nikah sama aku," Aletha mulai mengkhawatirkan tentang mantan istri Damian.

Damian tersenyum kecut, "Dia gak cinta sama aku, gak akan mungkin dia balik lagi."

"Kok, kamu bilang begitu? Kamu cerai sama dia karena kamu gak suka cewek, kan? Itu artinya Bella cinta sepihak ke kamu dan dia pasti masih punya rasa ke kamu."

Damian mendesah, "Itu cuma dugaan kamu. Aku yang menjalani pernikahan itu, dan aku yang paling tahu apa yang terjadi di dalam rumah tangga kami."

Damian berbaring lagi, Aletha pun ikut berbaring di sisinya.

"Damian..."

"Hm?" sahut Damian dengan gumaman.

"Kalau kita beneran nikah, itu artinya kita gak akan pernah punya anak."

"Lalu?"

"Tapi aku pengen hamil, melahirkan dan jadi ibu. Orang tua kita juga pasti pengen punya cucu."

"Terus, aku harus apa?"

"Kamu bisa hamili aku, kan?"

Damian tersentak, ia langsung menoleh pada Aletha yang berbaring di sampingnya. "Maksudnya?"

"Iya, kamu cowok normal yang bisa menghamili cewek. Aku mau kamu menghamili aku nantinya," jawab Aletha.

Damian masih menatapnya tak percaya. Aletha sudah merencanakan ingin dihamili bahkan rencana pernikahan pun belum jelas.

Aletha menyadari tatapan aneh Damian padanya, dia pun menyentuh hidung Damian dan menekannya gemas. "Jangan salah paham. Maksudnya aku pengen kamu hamilii aku dengan cara transfer sperma gitu, bukan lewat hubungan seksual. Aku tahu kamu gak akan pernah bernafsu ke aku, mana mungkin kamu bisa menghamili aku dengan cara yang wajar."

Aletha terkekeh, ia bangkit dan meninggalkan Damian di kamarnya. Sementara itu, Damian masih membeku di tempatnya, matanya menatap kepergian Aletha.

"Apa-apaan dia bilang kayak gitu? Belum apa-apa udah minta dihamili nantinya. Dia emang gadis yang aneh! Aku jadi gak yakin nanti bisa menahan diri terlalu lama terhadap dia."

BERSAMBUNG...

1
amilia amel
duhhhh gedeg banget sama si Bella, masih merasa sok karena dia pikir Damian masih begitu mencintainya
padahal Damian sudah menemukan pelabuhannya
amilia amel
nanti kalo ketemu Bella lagi kamu berubah pikiran lagi....
selesaikan dulu masa lalumu dam
amilia amel
tenangkan dirimu ale.... pergilah untuk mengobati hatimu dulu
amilia amel
sabar ya Aletha, kalo Bella pake cara licik untuk mendapatkan damian kembali
kamu harus menggunakannya cara yang lebih licik tapi elegan untuk menjaga Damian yang sudah jadi milikmu
amilia amel
duh sweet banget Damian, walaupun belum sepenuhnya mengakui perasaannya pada Aletha
amilia amel
pasti sebagai perempuan apalagi istri, sedih sekali dengan kalimat seperti itu apalagi yang mengucapkannya sang suami
amilia amel
awas ketagihan lho Dam....
amilia amel
gak sabar saat Aletha tau kalo Damian laki-laki normal
amilia amel
ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!