NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:55.6k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Jahat?

Restoran itu bernuansa elegan namun tidak terlalu kaku. Cahaya lampu yang temaram dipadu alunan musik instrumental membuat suasana terasa nyaman untuk pertemuan bisnis. Arsen sudah duduk di meja yang dipesan lebih dahulu, memesan kopi hitam sembari menunggu bersama asistennya. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan jas biru tua dan senyum bersahabat datang menghampiri.

“Maaf membuat Anda menunggu, Pak Arsen,” sapa pria itu sambil menjabat tangan dengan mantap.

“Tidak masalah, Pak Raymond. Saya juga baru datang,” jawab Arsen sambil mempersilakan duduk.

Mereka berdua duduk saling berhadapan. Seorang pelayan datang menyajikan air putih dan memberikan menu.

"Apa kabar pak Arsen?"

"Baik sekali. Bagaimana dengan anda? Tampaknya anda semakin muda saja" ujar Arsen menambah sedikit gurauan.

Pria baru baya itu tertawa, tawa khas seseorang yang sudah mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.

Setelah basa-basi ringan, suasana menjadi lebih serius. Arsen menyesap kopinya sejenak sebelum melanjutkan pembicaraan.

“Pak Raymond, saya mendengar kabar bahwa proyek terbaru yang dikerjakan pihak Anda sedang menunjukkan progres yang signifikan. Apakah benar demikian?” tanya Arsen, dengan nada penasaran namun tetap profesional.

Raymond mengangguk dengan penuh keyakinan. “Betul, Pak Arsen. Kami baru saja memulai fase kedua dari proyek ini, yang melibatkan pengembangan infrastruktur teknologi baru untuk klien kami di sektor e-commerce. Kami yakin ini akan membawa dampak besar, terutama dalam meningkatkan efisiensi operasional mereka. Namun, seperti yang Anda ketahui, untuk menyelesaikan tahap berikutnya, kami membutuhkan suntikan dana yang cukup besar.”

Arsen menatap Raymond dengan serius. “Itu memang terdengar menarik. Di sisi kami, perusahaan kami juga sedang berada pada fase pertumbuhan yang pesat, dan kami sedang mencari peluang untuk berinvestasi di proyek yang memiliki potensi besar. Proyek Anda ini tampaknya sangat sesuai dengan kriteria kami.”

Raymond tersenyum, merasa sedikit lega mendengar tanggapan Arsen. “Saya rasa kita bisa mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Kami sangat membutuhkan dana untuk pengembangan teknologi dan pemasaran, terutama untuk memperluas jangkauan pasar yang kami tuju. Dengan suntikan dana yang tepat, saya yakin kami bisa menggandakan kapasitas kami dalam waktu yang relatif singkat.”

Arsen menyandarkan punggungnya pada kursi, berpikir sejenak. “Kami tentu saja ingin berinvestasi di proyek yang memiliki potensi jangka panjang. Namun, kami juga perlu memastikan bahwa semua pihak yang terlibat memiliki visi yang sama, terutama dalam hal pengelolaan risiko dan pengembalian investasi. Apakah Anda sudah memiliki proyeksi yang jelas mengenai hal tersebut?”

Raymond mengangguk, membuka sebuah map kecil yang diletakkan di atas meja. “Saya sudah mempersiapkan proyeksi finansial dan analisis risiko yang lebih rinci. Kami juga sudah menyiapkan skema pembagian keuntungan yang jelas, serta rencana cadangan jika terjadi hal-hal yang tak terduga. Kami sadar bahwa dalam dunia bisnis, sangat penting untuk memiliki strategi mitigasi risiko yang matang.”

Arsen memeriksa dokumen yang diberikan Raymond dengan cermat. Ia terlihat puas dengan rincian yang disampaikan. “Proyeksi Anda cukup meyakinkan, Pak Raymond. Namun, kami perlu lebih mendalami beberapa aspek terkait pengembalian investasi dan strategi jangka panjang. Kami juga ingin memastikan bahwa keberlanjutan proyek ini dapat dijaga meskipun ada kemungkinan fluktuasi pasar yang terjadi.”

Raymond mengerti. “Tentu, Pak Arsen. Saya akan menyusun beberapa dokumen tambahan yang mencakup analisis lebih dalam mengenai proyeksi jangka panjang dan rencana penyesuaian jika pasar mengalami perubahan signifikan. Saya juga akan menyiapkan rencana cadangan yang lebih rinci untuk memastikan semua pihak merasa aman.”

Arsen tersenyum dan menatap Raymond dengan penuh keyakinan. “Bagus, saya menghargai kesiapan Anda untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut. Saya yakin kita bisa melanjutkan diskusi ini lebih lanjut dalam beberapa hari ke depan. Kami siap untuk memberikan suntikan dana sesuai dengan kesepakatan yang kita capai nanti.”

Raymond mengangguk, merasa semakin yakin dengan kesepakatan yang tengah dibangun. “Terima kasih, Pak Arsen. Saya yakin ini akan menjadi langkah besar bagi kedua perusahaan kita. Mari kita lanjutkan diskusi ini dengan lebih rinci dalam pertemuan selanjutnya.”

Keduanya mengakhiri pertemuan itu dengan saling berjabat tangan, sepakat untuk melanjutkan negosiasi dan menyusun perencanaan lebih mendalam. Suasana bisnis yang tegang namun produktif itu berakhir dengan harapan yang besar bagi masa depan mereka.

Arsen membiarkan asistennya mengantar sang rekan bisnis sampai ke parkiran, sedang dirinya duduk sembari menghabiskan minuman yang belum tandas. Baru saja Arsen hendak menyesap sisa kopinya, langkah ringan menghampiri mejanya. Seorang perempuan dengan postur mungil dan wajah ramah berdiri tidak jauh darinya, menggendong seorang bayi yang tampak baru berusia beberapa bulan.

"Mas Arsen?"

Suara lembut itu membuat Arsen menoleh. Matanya sempat menyipit sebelum akhirnya membulat penuh kejutan.

"Ananda?" serunya dengan senyum tulus yang jarang muncul di rumah. Ia segera berdiri dan merengkuh adiknya dalam pelukan singkat.

"Astaga, sudah berapa lama kita tidak bertemu," ujar Ananda sambil tersenyum lebar.

"Entahlah… mungkin berbulan-bulan?" jawab Arsen sembari mengamat-amati adiknya yang baru saja melahirkan itu.

"Dan ini... siapa bayi yang lucu dan imut ini?" tanyanya sambil menunduk menyapa keponakan yang menatapnya dengan mata bulat penasaran.

Arsen menatap bayi itu dengan mata yang berbeda. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi halus sang bayi dengan hati-hati, seolah takut melukai kulit yang masih sensitif tersebut. "Halo, Nindi. Om Arsen di sini," gumamnya lembut, mencium ubun-ubun bayi itu dengan penuh kasih. “Kamu lucu sekali.”

Melihat pemandangan itu, senyum Ananda melebar. Ia tahu betul kakaknya menyukai anak kecil. Bahkan saat mereka masih remaja, Arsen selalu menyempatkan diri bermain dengan keponakan-keponakan mereka yang lain.

"Tahu tidak, Mas, kamu kelihatan cocok sekali jadi ayah," goda Ananda sambil tertawa ringan.

Arsen hanya mengangkat alis. "Yang benar?" jawabnya singkat.

Ananda memiringkan kepalanya, lalu menatap kakaknya penuh rasa ingin tahu. "Aku serius! Ngomong-ngomong, Mbak Anita sudah hamil lagi belum? Masa kalah dengan aku"

Pertanyaan itu menghentikan tawa Arsen. Raut wajahnya berubah dalam sekejap. Senyum tipis yang tadi menghiasinya lenyap. Ia menunduk sedikit, menyesap kopi yang tinggal setengah, lalu menjawab, "Belum. Mas masih sangat sibuk sekarang."

Ananda sempat membuka mulut hendak berkata sesuatu, tetapi ia memilih untuk tidak memaksa. Namun wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan. "Mas itu ya... jarang kelihatan, jarang pulang ke rumah. Ibu selalu nanya," tukasnya.

Arsen menarik napas. "Mas sibuk, Nan. Banyak urusan kerjaan."

"Mereka semua rindu. Bahkan eyang pernah tanya, Mas Arsen sebenarnya masih anggap kami keluarga atau tidak," lanjut Ananda sambil menenangkan Mika yang mulai menggeliat di pelukannya.

Arsen menunduk, sejenak kehilangan kata-kata. Lalu ia memecah keheningan dengan mengalihkan topik pembicaraan, "Kamu ke sini bersama siapa?"

Belum sempat Ananda menjawab, seorang wanita mendekat ke arah mereka. Tingginya semampai, rambut panjangnya diikat sederhana, dan senyumnya hangat. Ia mengenakan blus putih dan celana kain warna cokelat muda. Sosok itu memancarkan ketenangan.

"Bersama sahabatku, namanya Natasya. Kami berdua janjian untuk bertemu, sekalian aku ingin cari angin karena jarang keluar sejak punya Nindi" jelas Ananda antusias.

"Nat, perkenalkan ini kakakku. Namanya mas Arsen"

Arsen pun mengulurkan tangan sembari menyebut namanya "Arsen."

"Natasya," jawab wanita itu sambil menjabat tangan Arsen dengan sopan.

Ananda tertawa kecil. "Dia ini teman SMA-ku yang paling dekat. Cantikkan mas? Baik lagi, anakku saja sampai dikasih hadiah terus setiap kami bertemu"

“Ah, kamu ini, terlalu berlebihan” sela Natasya sambil tersipu malu.

Arsen hanya mengangguk sopan. “Senang bertemu dengan kalian. Tapi aku harus kembali ke kantor sekarang. Ada rapat jam sebelas.”

Ananda mengangguk. “Iya, Mas. Aku senang bisa bertemu mas lagi walaupun sebentar”

Arsen lantas mendekati keponakannya lagi. Ia mencium kepala Nindi, menyentuh jemari kecil itu yang melingkar ke jarinya seperti tak ingin dilepas. “Sampai ketemu lagi sayangnya, Om. Sehat-sehat kalian semua"

Dengan langkah berat namun Arsen pergi meninggalkan restoran. Bayangan senyum sang keponakan masih membekas di pikirannya.

Sementara itu, di dalam restoran, Natasya menatap punggung Arsen yang menjauh, lalu menoleh kepada sahabatnya.

“Nan, Mas mu... selalu terlihat serius, ya?”

Ananda mengangguk. “Memang begitu. Dulu tidak separah sekarang sih. Setelah menikah, dia berubah. Lebih dingin.”

“Sepertinya dia orang yang penyayang" gumam Natasya berpendapat.

Ananda menunduk. “Iya, dia suka anak kecil. Tapi sampai saat ini dia belum punya keturunan, istrinya belum hamil lagi setelah dia menggugurkan bayi mereka" lirihnya menahan kekesalan kala mengingat itu lagi.

Natasya terkejut sampai membuka mulut “Astaga, yang benar?!! Bagaimana bisa wanita itu tega menggugurkan bayinya sendiri??”

Ananda mengedikkan bahu sembari menggeleng “Entahlah, aku tidak tau pikiran orang-orang jahat. Tapi sampai saat ini dia masih saja mengelak"

"Kasihan sekali mas mu kalau begitu, dia pasti terus dihantui bayang-bayang anaknya. Aku tidak habis pikir dengan istrinya" sahut Natasya.

"Sampai saat ini pun aku dengar hubungan mereka merenggang, mas Arsen pasti kecewa berat, tapi anehnya dia tidak menceraikan istrinya. Kalau aku jadi dia, sudah ku buang wanita jahat itu ke laut!"

1
Rahma Inayah
di awali dgn kebohngan mka akan selalu bohong demi menutupi kesalahannya si Arsen mulai bermain api
Uthie
terus aja berjanji... namun berulang kali akan kau ingkari .. karena dasarnya hati mu mulai berpaling mencari hal yg baru ! 🤨😡
Ana_Mar
kalo kamu Uda ga sejalan dengan Nita, mending kamu lepasin Nita sen daripada kamu memupuk kebohongan terus menerus. jika sampe Nita tahu kebohonganmu selama ini, rasa sakit Nita akan makin dalam. karna kebohongan ga akan selamanya tertutupi meski kamu berusaha keras menutupinya.
Uthie
semoga segera sadar, cinta yg seperti apa yg kamu miliki untuk si Arsen..
begitupun dengan cinta Arsen untukmu 😌
Uthie
sudah mulai-mulai niiii si Arsen 😏
Uba Muhammad Al-varo
Anita jangan kau paksa diri bahagia,buat apa kau terluka karena cinta,kau juga berhak bahagia apalagi kau punya sahabat Baim yang baik dan mencintai mu,pisah aja , Arsen udah mulai selingkuh dengan Natasha
Yoona Mell Abdullah
Anita cari kebahagiaan mu sendiri…tinggal kan keluarga yg tidak syg kmu
Ma Em
Anita semangat ya kamu harus bangkit jgn selalu mengalah kalau emang Arsen TDK peduli padamu lebih baik mundur mungkin itu jalan terbaik untuk Anita carilah kebahagiaanmu sendiri Anita jgn memaksakan diri
Siti Zaid
Semoga saja Arsen tidak lagi mengabaikan Anita dan pentingkan pekerjaan nya dari pada kesihatan Anita...
Ana_Mar
Arsen tetaplah Arsen yang tetep keukeuh prioritaskan pekerjaan daripada istrinya sendiri.
Humay Uum
mungkin dari orang yang sedang dekat dengan Arsen akhir akhir ini karena salah paham kemaren2 yg cuek trus Deket SMA yg lain dtambabh Anita sakit kyaya karena Janin yg dtunggu dluar kandungan apa lagi nih dharapkan banget kan SMA Arsen ,karenaa mau berubah jadi suami yaang baik dan nih lah cobany datang ,dan Anita tau Dy juga berubah tak peduli dengan suamiy karena berkhianat
Ma Em
Mungkin yg telepon Arsen adalah temannya Ananda kalau emang benar Arsen selingkuh semoga segera diketahui oleh Anita
Rahma Inayah
pasti tlp dr pelakor yg dia temui TDK sengaja di cafe tempo hari
Ana_Mar
apa diam-diam Arsen sudah selingkuhkah?
Siti Zaid
Cerita rumahtangga seorang wanita yang bernama Anita yang begitu sabar dan tabah menghadapi kekejaman suaminya..menarik..
Siti Zaid
Semoga Arsen benar2 menjadi suami yang bisa menjadi tempat utk Anita bergantung hidup dengan cinta dan kasih sayang yang tulus dari Arsen
dewi: jauhkan lah ulat2 bulu dr kehidupan mereka
total 1 replies
Cookies
jgn sampe Arsen selingkuh thor
Ma Em
Semoga Arsen tdk berubah lagi dan tetap sayang sama Anita jgn sampai kena hasutan yg tdk baik dari Selena dan Ananda
Uthie
Nexxxttt 💞
Ana_Mar
Alhamdulillah Nita..kamu bisa pulang kembali. sehat-sehat ya ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!