NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:80.3k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Jahat?

Restoran itu bernuansa elegan namun tidak terlalu kaku. Cahaya lampu yang temaram dipadu alunan musik instrumental membuat suasana terasa nyaman untuk pertemuan bisnis. Arsen sudah duduk di meja yang dipesan lebih dahulu, memesan kopi hitam sembari menunggu bersama asistennya. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan jas biru tua dan senyum bersahabat datang menghampiri.

“Maaf membuat Anda menunggu, Pak Arsen,” sapa pria itu sambil menjabat tangan dengan mantap.

“Tidak masalah, Pak Raymond. Saya juga baru datang,” jawab Arsen sambil mempersilakan duduk.

Mereka berdua duduk saling berhadapan. Seorang pelayan datang menyajikan air putih dan memberikan menu.

"Apa kabar pak Arsen?"

"Baik sekali. Bagaimana dengan anda? Tampaknya anda semakin muda saja" ujar Arsen menambah sedikit gurauan.

Pria baru baya itu tertawa, tawa khas seseorang yang sudah mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.

Setelah basa-basi ringan, suasana menjadi lebih serius. Arsen menyesap kopinya sejenak sebelum melanjutkan pembicaraan.

“Pak Raymond, saya mendengar kabar bahwa proyek terbaru yang dikerjakan pihak Anda sedang menunjukkan progres yang signifikan. Apakah benar demikian?” tanya Arsen, dengan nada penasaran namun tetap profesional.

Raymond mengangguk dengan penuh keyakinan. “Betul, Pak Arsen. Kami baru saja memulai fase kedua dari proyek ini, yang melibatkan pengembangan infrastruktur teknologi baru untuk klien kami di sektor e-commerce. Kami yakin ini akan membawa dampak besar, terutama dalam meningkatkan efisiensi operasional mereka. Namun, seperti yang Anda ketahui, untuk menyelesaikan tahap berikutnya, kami membutuhkan suntikan dana yang cukup besar.”

Arsen menatap Raymond dengan serius. “Itu memang terdengar menarik. Di sisi kami, perusahaan kami juga sedang berada pada fase pertumbuhan yang pesat, dan kami sedang mencari peluang untuk berinvestasi di proyek yang memiliki potensi besar. Proyek Anda ini tampaknya sangat sesuai dengan kriteria kami.”

Raymond tersenyum, merasa sedikit lega mendengar tanggapan Arsen. “Saya rasa kita bisa mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Kami sangat membutuhkan dana untuk pengembangan teknologi dan pemasaran, terutama untuk memperluas jangkauan pasar yang kami tuju. Dengan suntikan dana yang tepat, saya yakin kami bisa menggandakan kapasitas kami dalam waktu yang relatif singkat.”

Arsen menyandarkan punggungnya pada kursi, berpikir sejenak. “Kami tentu saja ingin berinvestasi di proyek yang memiliki potensi jangka panjang. Namun, kami juga perlu memastikan bahwa semua pihak yang terlibat memiliki visi yang sama, terutama dalam hal pengelolaan risiko dan pengembalian investasi. Apakah Anda sudah memiliki proyeksi yang jelas mengenai hal tersebut?”

Raymond mengangguk, membuka sebuah map kecil yang diletakkan di atas meja. “Saya sudah mempersiapkan proyeksi finansial dan analisis risiko yang lebih rinci. Kami juga sudah menyiapkan skema pembagian keuntungan yang jelas, serta rencana cadangan jika terjadi hal-hal yang tak terduga. Kami sadar bahwa dalam dunia bisnis, sangat penting untuk memiliki strategi mitigasi risiko yang matang.”

Arsen memeriksa dokumen yang diberikan Raymond dengan cermat. Ia terlihat puas dengan rincian yang disampaikan. “Proyeksi Anda cukup meyakinkan, Pak Raymond. Namun, kami perlu lebih mendalami beberapa aspek terkait pengembalian investasi dan strategi jangka panjang. Kami juga ingin memastikan bahwa keberlanjutan proyek ini dapat dijaga meskipun ada kemungkinan fluktuasi pasar yang terjadi.”

Raymond mengerti. “Tentu, Pak Arsen. Saya akan menyusun beberapa dokumen tambahan yang mencakup analisis lebih dalam mengenai proyeksi jangka panjang dan rencana penyesuaian jika pasar mengalami perubahan signifikan. Saya juga akan menyiapkan rencana cadangan yang lebih rinci untuk memastikan semua pihak merasa aman.”

Arsen tersenyum dan menatap Raymond dengan penuh keyakinan. “Bagus, saya menghargai kesiapan Anda untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut. Saya yakin kita bisa melanjutkan diskusi ini lebih lanjut dalam beberapa hari ke depan. Kami siap untuk memberikan suntikan dana sesuai dengan kesepakatan yang kita capai nanti.”

Raymond mengangguk, merasa semakin yakin dengan kesepakatan yang tengah dibangun. “Terima kasih, Pak Arsen. Saya yakin ini akan menjadi langkah besar bagi kedua perusahaan kita. Mari kita lanjutkan diskusi ini dengan lebih rinci dalam pertemuan selanjutnya.”

Keduanya mengakhiri pertemuan itu dengan saling berjabat tangan, sepakat untuk melanjutkan negosiasi dan menyusun perencanaan lebih mendalam. Suasana bisnis yang tegang namun produktif itu berakhir dengan harapan yang besar bagi masa depan mereka.

Arsen membiarkan asistennya mengantar sang rekan bisnis sampai ke parkiran, sedang dirinya duduk sembari menghabiskan minuman yang belum tandas. Baru saja Arsen hendak menyesap sisa kopinya, langkah ringan menghampiri mejanya. Seorang perempuan dengan postur mungil dan wajah ramah berdiri tidak jauh darinya, menggendong seorang bayi yang tampak baru berusia beberapa bulan.

"Mas Arsen?"

Suara lembut itu membuat Arsen menoleh. Matanya sempat menyipit sebelum akhirnya membulat penuh kejutan.

"Ananda?" serunya dengan senyum tulus yang jarang muncul di rumah. Ia segera berdiri dan merengkuh adiknya dalam pelukan singkat.

"Astaga, sudah berapa lama kita tidak bertemu," ujar Ananda sambil tersenyum lebar.

"Entahlah… mungkin berbulan-bulan?" jawab Arsen sembari mengamat-amati adiknya yang baru saja melahirkan itu.

"Dan ini... siapa bayi yang lucu dan imut ini?" tanyanya sambil menunduk menyapa keponakan yang menatapnya dengan mata bulat penasaran.

Arsen menatap bayi itu dengan mata yang berbeda. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi halus sang bayi dengan hati-hati, seolah takut melukai kulit yang masih sensitif tersebut. "Halo, Nindi. Om Arsen di sini," gumamnya lembut, mencium ubun-ubun bayi itu dengan penuh kasih. “Kamu lucu sekali.”

Melihat pemandangan itu, senyum Ananda melebar. Ia tahu betul kakaknya menyukai anak kecil. Bahkan saat mereka masih remaja, Arsen selalu menyempatkan diri bermain dengan keponakan-keponakan mereka yang lain.

"Tahu tidak, Mas, kamu kelihatan cocok sekali jadi ayah," goda Ananda sambil tertawa ringan.

Arsen hanya mengangkat alis. "Yang benar?" jawabnya singkat.

Ananda memiringkan kepalanya, lalu menatap kakaknya penuh rasa ingin tahu. "Aku serius! Ngomong-ngomong, Mbak Anita sudah hamil lagi belum? Masa kalah dengan aku"

Pertanyaan itu menghentikan tawa Arsen. Raut wajahnya berubah dalam sekejap. Senyum tipis yang tadi menghiasinya lenyap. Ia menunduk sedikit, menyesap kopi yang tinggal setengah, lalu menjawab, "Belum. Mas masih sangat sibuk sekarang."

Ananda sempat membuka mulut hendak berkata sesuatu, tetapi ia memilih untuk tidak memaksa. Namun wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan. "Mas itu ya... jarang kelihatan, jarang pulang ke rumah. Ibu selalu nanya," tukasnya.

Arsen menarik napas. "Mas sibuk, Nan. Banyak urusan kerjaan."

"Mereka semua rindu. Bahkan eyang pernah tanya, Mas Arsen sebenarnya masih anggap kami keluarga atau tidak," lanjut Ananda sambil menenangkan Mika yang mulai menggeliat di pelukannya.

Arsen menunduk, sejenak kehilangan kata-kata. Lalu ia memecah keheningan dengan mengalihkan topik pembicaraan, "Kamu ke sini bersama siapa?"

Belum sempat Ananda menjawab, seorang wanita mendekat ke arah mereka. Tingginya semampai, rambut panjangnya diikat sederhana, dan senyumnya hangat. Ia mengenakan blus putih dan celana kain warna cokelat muda. Sosok itu memancarkan ketenangan.

"Bersama sahabatku, namanya Natasya. Kami berdua janjian untuk bertemu, sekalian aku ingin cari angin karena jarang keluar sejak punya Nindi" jelas Ananda antusias.

"Nat, perkenalkan ini kakakku. Namanya mas Arsen"

Arsen pun mengulurkan tangan sembari menyebut namanya "Arsen."

"Natasya," jawab wanita itu sambil menjabat tangan Arsen dengan sopan.

Ananda tertawa kecil. "Dia ini teman SMA-ku yang paling dekat. Cantikkan mas? Baik lagi, anakku saja sampai dikasih hadiah terus setiap kami bertemu"

“Ah, kamu ini, terlalu berlebihan” sela Natasya sambil tersipu malu.

Arsen hanya mengangguk sopan. “Senang bertemu dengan kalian. Tapi aku harus kembali ke kantor sekarang. Ada rapat jam sebelas.”

Ananda mengangguk. “Iya, Mas. Aku senang bisa bertemu mas lagi walaupun sebentar”

Arsen lantas mendekati keponakannya lagi. Ia mencium kepala Nindi, menyentuh jemari kecil itu yang melingkar ke jarinya seperti tak ingin dilepas. “Sampai ketemu lagi sayangnya, Om. Sehat-sehat kalian semua"

Dengan langkah berat namun Arsen pergi meninggalkan restoran. Bayangan senyum sang keponakan masih membekas di pikirannya.

Sementara itu, di dalam restoran, Natasya menatap punggung Arsen yang menjauh, lalu menoleh kepada sahabatnya.

“Nan, Mas mu... selalu terlihat serius, ya?”

Ananda mengangguk. “Memang begitu. Dulu tidak separah sekarang sih. Setelah menikah, dia berubah. Lebih dingin.”

“Sepertinya dia orang yang penyayang" gumam Natasya berpendapat.

Ananda menunduk. “Iya, dia suka anak kecil. Tapi sampai saat ini dia belum punya keturunan, istrinya belum hamil lagi setelah dia menggugurkan bayi mereka" lirihnya menahan kekesalan kala mengingat itu lagi.

Natasya terkejut sampai membuka mulut “Astaga, yang benar?!! Bagaimana bisa wanita itu tega menggugurkan bayinya sendiri??”

Ananda mengedikkan bahu sembari menggeleng “Entahlah, aku tidak tau pikiran orang-orang jahat. Tapi sampai saat ini dia masih saja mengelak"

"Kasihan sekali mas mu kalau begitu, dia pasti terus dihantui bayang-bayang anaknya. Aku tidak habis pikir dengan istrinya" sahut Natasya.

"Sampai saat ini pun aku dengar hubungan mereka merenggang, mas Arsen pasti kecewa berat, tapi anehnya dia tidak menceraikan istrinya. Kalau aku jadi dia, sudah ku buang wanita jahat itu ke laut!"

1
Uba Muhammad Al-varo
definisi cinta Arsen itu cinta semu karena kalau cintanya Arsen tulus dia bisa menerima kekurangan dan kelebihan nya Anita dan menjalani kehidupan nya dengan suka dan duka bersama2
Uba Muhammad Al-varo
keputusan yang kamu ambil Anita keputusan yang tepat,buat apa bersama kalau membuat hidupmu menderita, Arsen hanya mau sukanya doang tapi tidak dukanya
Yuliana Purnomo
mantep kan hati mu Anita,,kamu layak bahagia
Ma Em
Anita benar jgn memaksakan diri untuk mencintai seseorang tapi yg kita cintai tdk mau peduli daripada Anita hdp tdk tenang hanya menyiksa diri lebih baik lepaskan daripada dipertahankan tdk membuat Anita bahagia .
Ais
setuju nit kepaskan jauh lbh baik dr pd bertahan dlm hubungan yg toxic dan ngak ada artinya fisik bagus tp kelakuan minus ngapain dipertahankan pasangan macam begini bkn berarti kamu menuntut sempurna dr suami kamu tp setidaknya stiap badai yg dtng hrsnya bs menjadikan suami kamu sbg kepala rumah tangga yg mampu menenangkan badai tersebut bkn malah smakin menciptakan angin topan yg dasyat yg membuat rumah tangga kamu jd hancur lebur ngak bersisa seharusnya arsen adalah tempat kamu berbagi suka dn duka tp arsen hny bs menjadikan rumah tangganya tempat suka aja sementara dukanya dianggap virus buat arsen dn arsen ngak siap dan ngak mau belajar buat menghadapi duka tersebut bsnya hny mengedepankn egosi dan keinginannya semata juga perasaannya aja tp mau melihat klo anita jg sm butuh ditenangkan dam dikuatkan dr duka itu ditmbh dgn masuknya dgn sengaja orang ketiga dlm rumah tangga mereka yg sdh hancur lebur ini membuat pertahanan dan cinta anita luluh lantak tak bersisa
mama
klu km diem aj trs Ending ny gimana Anita.. diam tak akan menyelesaikan masalah.. masa rmh tangga km gini trs gk ada kemajuan atau pling gk km hrs ngambil Keputusn gk tepat buat semua ny agar cpt selesai.. diam gk akan menyelesaikan ap2..
Uthie
Segeralahh Anita 👍😁
partini
arsen kalau istrimu lelahnya dah sampai titik nol dah ras cinta,sayang akan hilang dengan sendirinya,,kamu akan hidup dengan penyesalan
partini
rumah tangga mereka udah ga sehat kaya masakan ga di kasih bumbu hambar ,, Anita dengan rasa lelah yg udah sampe ubun ubun Arsen yg difikirkmnya masalah ga penting,,no good no good
Rahma Inayah
Arsen pikr Anita .Mudha di lulujkan spt dulu anita yg selalu mengemis cnt Arsen walau Arsen terlampau cuek dan kadang2kasasr suka kdrt tp Anita ttp sabar dan bertahan .tp sekrng Anita TDK spt dulu .dia TDl mau di injak2 lagi harga dirinya
Ana_Mar
Arsen terlalu meremehkan perasaan Anita selama ini. satu hal yang perlu kamu ingat sen.. bila sudah kedapatan pengkhianatan, meski masih satu rumah..maka hubungan tersebut tidak akan seperti semula, justru hubungan itu akan menjadi hambar dan tidak ada kebahagiaan.
karena pada dasarnya sekali kamu lakuin pengkhianatan, kamu akan mengulangi lagi di suatu saat nanti, meski kamu berjanji akan berubah.
Elen
👍👍👍
wawa aza
pergilah anita dari laki laki yang tdk menghargai mu berbahagialah dengan caramu sendiri dan hargai dirimu sendiri dari orang yang merendahkan mu
Yuliana Purnomo
mantap Anita,,,,,cuekin Arsen biar makin tersiksa
Uthie
Bagus... tunggu si Arsen goyah lagi aja, Nita .. maka saat itu saatnya kamu Stop pergi dari dia.. dan kau akan bisa melihat ada seorang laki2 yg sudah menunggu kamu lama karena Cintanya pada kamu yg tak pernah berubah 👍🤨
Halimah
Bener Nit mending km pergi aja yg jauh...Terserah keluarga Arsen mau ngapain cuekin aja.Km jg berhak bahagia Nit
Uba Muhammad Al-varo
kalau yang terbaik buat Anita pergi maka pergilah buatlah hidupmu bahagia buat apa mencintai kalau membuat hati dan ragamu menderita lepaskan lah semua nya, yakinlah setelah badai akan datang pelangi
partini
laki laki kaya gitu mah jangan di tangisi rugi,,laki dah punya istri begitu diem aja terus coba sampai kapan dia tahan
n
Rahma Inayah
klu km sdh lelah baiknya lepaskan Anita .jika jati mu terlampau sakit dan tdk mudah utk di obati.hrs Anita km sampaikn PD Arsen klu ananda dan Natasha ke butik nyamperin km dan km jg bilg dpt SALM dr Natasha .pasti nya Arsen sangat marah dan jg merasa bersalah PD Anita Krn luka yg di torehkan arsen ckp menyakitkan
Rahma Inayah
coba km blkkan Anita omongan ipar mu klu seandainya suami ananda spt Arsen gandeng tangan wanita bertm dimal dan TDK BS menemani istri dgn alasan pekerjaan tau nya ketahuan jln dgn wanita lain GK mkn Diam saja ananda pst km marah .lgian ngapain nyamperin Anita bwk pelakor .hrs nya Arsen yg km dtgi BKN Anita ..dasar ipar GK PNY akhlak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!