Mereka sama-sama pendosa, namun Tuhan tampaknya ingin mereka dipertemukan untuk menjalani cinta yang tulus.
Raka dan Kara dipertemukan dalam suatu transaksi intim yang ganjil. Sampai akhirnya keduanya menyadari kalau keduanya bekerja di tempat yang sama.
Kara yang supel, ceria, dan pekerja keras. Berwatak blak-blakan, menghadapi teror dari mantan suaminya yang posesif. Sementara Raka sang Presdir sebenarnya menaruh hati pada Kara namun rintangan yang akan dihadapinya adalah kehilangan orang terpenting di hidupnya. Ia harus memilih antara cintanya, atau keluarganya. Semua keluarganya trauma dengan mantan-mantan istri Raka, sehingga mereka tidak mau lagi ada calon istri yang lain.
Raka dan Kara sama-sama menjalani hidupnya dengan dinamika yang genting. Sampai akhirnya mereka berdua kebingungan. Mengutamakan diri sendiri atau orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nineteen
Ah, tapi memang dunia Kara adalah seputar kehebohan. Kalau kalem-kalem saja bukan Kara namanya.
“Pak Raka jangan seenaknya membawa-bawa saya dalam masalah personal dong.” keluh Kara sambil pasrah saja ia ditarik-tarik Raka.
“Bukannya kamu yang seenaknya masuk ke dalam kehidupan saya?” balas Raka sambil mencengkram lengan Kara dengan lebih erat.
“Justru saya sedang menyelamatkan muka bapak dari kejadian tak mengenakkan.”
“Dia memang pantas mendapatkan semua itu.” gumam Raka.
“Tidak bisa, wibawa bapak akan jatuh.” Kara menggelengkan kepalanya sambil mengangkat telunjuknya. “Bapak harusnya berantem di ruang tertutup, bagaimana kalau komnas wanita tahu bapak mendorong Tante Caitlyn ke depan gedung?” Kata Kara.
Raka berhenti melangkah, dan menoleh ke belakang ke arah Kara.
Ia merasa terenyuh karena ternyata peduli dengan nama baiknya.
“...Atau sewenang-wenang menutup mata pencaharian Tante gara-gara masalah pribadi? Kan Pak Raka tahu sendiri kalau sejak awal ini adalah pernikahan bisnis. Ya memang ada kemungkinan resiko cinta sebelah tangan buntung.” Kara semakin mencerocos mengatakan fakta yang ada.
“Kenapa lama-lama kedengarannya jadi terasa menyebalkan sih?!” gerutu Raka.
“Intinya, Pak. Semua ini saya lakukan untuk Pak Raka. Jadi tolong…”
Kara jeda sebentar.
Raka menunggu.
5 detik kemudian, Raka semakin tak sabar mendengar jawabannya.
“Tolong apa?!” desis Raka.
“Tolong jangan menambah-nambahi pekerjaan saya. Hehe.” Kara tersenyum malu-malu.
Raka berkacak pinggang mendengarnya. “Jangan tambah-tambahi? Kamu yang malah nambah kerjaan saya, pakai minta saya bikin kerja part time pula. Kamu tahu, sesuatu yang dipegang Caitlyn pasti akan jadi duit. Dia hanya terlalu banyak urusan remeh sampai tak sadar kelebihannya itu.”
“Jadi bapak tahu keistimewaan Tante Cat ya?!”
“Ya tahu lah, kami bergumul selama 3 tahun. Lebih lama dari usia pernikahan kamu dengan Aldo.” Raka sekaligus menyindir Kara.
Kara langsung cemberut.
Entah kenapa sindiran Raka mengenai hatinya.
Terutama mengenai kegagalan pernikahannya.
Dia memang mengenal Aldo lebih lama dari itu, tapi usia pernikahannya memang hanya bertahan setahun lewat sedikit saja.
Mungkin benar kata orang, kalau sifat pasanganmu belum tentu sama setelah menikah.
Tapi, Raka dan Caitlyn, menikah tanpa berpacaran. Jadi Raka sebenarnya lebih mengenal sifat dasar Caitlyn dibanding orang lain.
“Sudah saya bilang dari awal kalau pacarnya itu ada main dengan cewek lain di belakang. Karena itu lebih baik dia lupakan saja. Ya tapi memang dasar perempuan, mudah dirayu sama cinta pertama.” Kata Raka mulai bercerita. “Makanya, saya tidak berani menyerahkan semua porsi saham dan keistimewaan lain, karena saya takut dia akan berpaling. Berbeda dari istri saya yang lain, saya hanya memiliki satu syarat dengan Caitlyn. Jangan berkhianat. Itu saja. Tapi itu pun tak sanggup ia penuhi.” Raka berkacak pinggang sambil menghela nafas.
Kara pun tertegun.
Sambil mengikuti langkah Raka yang kembali ke area Direksi tempat mereka bekerja, akhirnya Kara Menyadari satu hal.
Ia sok jagoan.
Dan betapa besar hati Raka sebenarnya.
“Pak…”
“Hm.” Raka hanya menggeram karena sudah capek, energinya sudah habis untuk hal-hal remeh sebenarnya.
“Apa saya salah mengusulkan part time itu?” Tanya Kara kini ragu. Ia menatap Raka dengan khawatir. “Apakah… Tante Cat bisa dipercaya?!”
Raka menghentikan langkahnya dan menoleh sambil menatap Kara.
Ia secara sinis tersenyum ke arah wanita muda itu. Lalu terkekeh sambil menggelengkan kepala.
“Takut yaaaa?!” Godanya.
“Yah…” Kara mengelus kedua lengannya yang kini merinding. “Saya hanya khawatir bisa membahayakan bapak.”
“Menurut kamu, secara SEKILAS, dia bisa dipercaya, tidak?!”
“Sekilas…” gumam Kara merasa tersindir sekali lagi. Karena memang ia baru saja kenal Caitlyn. Dibanding Bu Annisa dan Raka yang sudah lama mengetahui keberadaan wanita itu. “Bisa.” Jawab Kara.
“Kenapa?”
“Karena orang yang sudah lama bekerja dan dipertahankan di sini pasti memiliki suatu benefit. Dan secara sekilas, saya menilai hancurnya Caitlyn adalah karena…” Kara menjeda kalimatnya, karena merasa tak enak hati.
“...menikah dengan Saya.” sambung Raka.
“Maaf Pak.” Kara menunduk merasa bersalah.
“Semua memang menyalahkan saya atas hal itu.” Kata Raka. “Dan termasuk kegagalan pernikahan saya yang lain. Saya biasa dihujat. Dan wanita selalu benar. Iya kan?!” Sarkas Raka.
Kara menarik nafas panjang.
“Dan kamu.” Raka menunjuk Kara. “Kamu tahu perasaan saya. Karena semua menyalahkan kamu. Dalam kasusmu, wanita selalu yang disalahkan atas perceraian. Benar?”
Kara mengangkat wajahnya. “Itu sebabnya bapak bilang di awal, tidak jelas siapa yang salah?”
“Kondisi apa pun yang terjadi, penonton lebih suka menilai sepihak. Lebih drama, lebih baik. Lebih parah, lebih asik. Makanya saya bilang, kamu terlalu ikut campur. Karena kalau Caitlyn berhasil di usahanya, si pacar akan datang lagi minta baikan.”
“Hah? Serius Pak?!” Seru Kara.
Raka mengangguk sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya yang kekar. Pandangannya ke depan sambil memicing seakan sedang mengingat detail masa lalunya yang tak ingin ia ingat lagi. “Karena dari awal, Caitlyn itu manajer produksi, duitnya banyak. Dan keluarganya dari kalangan pengusaha. Sekarang usahanya bangkrut, bapak ibunya sudah meninggal, kakak-kakaknya berjuang sendiri-sendiri, dipecat pula dari perusahaan saya. Tak ada lagi yang bisa diperas darinya.”
“Bapak sudah tahu dari awal?”
“Hm. Saya akui saya juga bodoh. Karena Caitlyn itu karyawan yang mencolok. Cantik pula, kepercayaan Tante Annisa juga. Ya saya jatuh hati padanya. Sepanjang janur kuning belum dipasang di tiang listrik kan semua pria berhak melamarnya?”
“Janur kuning jaman sekarang dipasangnya di pos sekuriti depan gedung.” Gumam Kara.
“Kamu mainnya kurang jauh.” Kata Raka.
Lalu mereka kembali terdiam.
“Jadi… Pak Raka akan memberikan Tante Cat kesempatan?” tanya Kara selanjutnya.
“Ya.” Raka mengangguk. “Gara-gara kamu. Tanggung jawab kalau lakinya si Caitlyn datang, kamu aja yang urus.” Kata Raka sambil menjulurkan lidahnya dan dengan santainya ia berbalik menuju area direksi.
“Kara?!” Stephanie menghampiri Kara dengan khawatir. “Kamu nggak- Ya Ampun Kara?! Kamu sadar nggak kalau pipi kamu bengkak loh!!”
“Heh?!” Desis Kara kebingungan.
“Raka!” Stephanie memukul lengan Raka dengan kesal. “Kamu kok nggak obatin Kara? Bawa ke klinik kan bisa!”
“Kan lucu mbak, jadi kayak hamster khihihik” kekeh Raka sambil melenggang ke arah ruangannya.
Jadi dari tadi, dalam keadaan seakan ia problem solving, sok-sok menyelesaikan masalah orang lain, pipinya dalam keadaan bengkak.
“Kocak banget hidup gue…” keluh Kara sambil membuka kulkas untuk mengambil es batu.
ketahuan
udahhhh
gas.. dapat restu dr sahabat dan seng mantan gebetan
jutek, g senyum, ngomong asal2an. dari novel ini saya belajar cara bersikap, belajar bahasa2 gaul, singkatan gaul yg saya juga g paham bahasa anak muda sekarang.
keren bagus novelnya
buaaagusssss
Beraninya sm perempuan? di depan umum lagi? Waahhh kasus inih! 😠🤨🧐