NovelToon NovelToon
Gejolak Cinta Sang Asisten

Gejolak Cinta Sang Asisten

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Roman-Angst Mafia / Menyembunyikan Identitas / Tamat
Popularitas:150.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serra R

"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)


"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)

"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)

Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13.13. Tak terduga

Jennie mengernyapkan matanya pelan. Ada rasa perih di pelipis kanannya membuatnya meringis. Tubuhnya terasa kaku juga kedua kakinya tak bisa digerakkan.

"Ya Tuhan, aku dimana? apa aku berada dalam sekapan para penjahat itu? papa Arlan, Jimmy tolong aku." Lirih nya dalam hati.

Kedua matanya berkaca kaca. Jennie ingin berteriak namun tenggorokannya terasa sakit. Gadis itu hanya mampu terisak lirih.

"Akhirnya neng sadar juga." Suara seorang wanita membuat Jennie sedikit terhenyak. Tatapan matanya beralih pada wanita paruh baya yang nampak tersenyum di sampingnya.

"Syukurlah neng sudah sadar. Sebentar ya bibi panggillan Den Ray dulu." Lanjutnya seraya berlalu pergi meninggalkan Jennie yang masih diam tanpa bisa melakukan apapun.

Tak lama suara pintu kembali terbuka. Jennie mencoba melirik ke arah pintu, ekor matanya menatap selulet lelaki yang sedang menutup pintu perlahan. Kedua mata Jennie terbuka lebar kala melihat sosok Rayyan berdiri menjulang di samping ranjang tempatnya terbaring.

Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benaknya. Menerka nerka apa yang terjadi pada dirinya. Banyak spekulasi yang muncul dalam otaknya. Mungkinkah Rayyan yang berada di balik semua yang menimpa dirinya tapi karena alasan apa? seingatnya dia tak pernah terlibat suatu masalah dengan lelaki tersebut atau lelaki bermuka tembok itu yang ternyata menyelamatkannya?

"Sudah sadar? bagaimana keadaanmu?" Suaranya tak lagi terdengar ketus namun wajah datarnya masih membuat siapa saja yang melihatnya sebal termasuk Jennie.

Jennie hanya mengedipkan matanya sebagai jawaban membuat Rayyan menaikkan alisnya sebelah.

Helaan nafas berat nampak terdengar disana. Rayyan bersidekap dada masih dengan tatapannya yang tajam.

"Aku tidak tahu ada masalah apa mereka denganmu. Tapi harusnya kamu bersyukur, jika saja aku tak berada disana mungkin sekarang nyawamu sudah melayang. Dokter bilang tubuhmu akan kaku mengingat benturan keras yang menghantam tubuhmu malam itu. Ada 6 jahitan di pelipismu dan juga kaki sebelah kananmu mengalami pembengkakan."

"Istirahatlah, biar bibi yang merawatmu. Kau tenang saja tempat ini aman untuk sementara. Kau boleh pergi setelah sembuh, aku tak ingin direpotkan olehmu."

Rayyan berlalu pergi setelah mengatakan hal itu. Dia membiarkan Jennie sendiri sebelum akhirnya Bu Tyo kembali masuk dengan nampan berisi bubur di tangannya.

"Neng sebaiknya makan dulu ya, setelah itu minum obat. Kata dokter, neng akan lemas saat sadar, tubuhnya akan kaku dan juga sedikit pusing. Jangan khawatir, semua itu kata dokter akibat pengaruh obat. Makan ya neng, harus dipaksakan agar cepat pulih."

"Ak aku dimana bi?" Susah payah Jennie berusaha menggerakkan bibirnya untuk bersuara.

"Di villa tuan Raka neng, semalam Den Rayyan yang membawa neng kesini dalam keadaan pingsan. Bibi sampai gemetaran lo neng liat darahnya banyak sekali."

Jennie menerima suapan demi suapan bubur dalam mulutnya sambil mendengarkan bu Tyo bercerita.

"Jadi dia yang menyelamatkanku?" batinnya

"Semalam neng sempat di bawah ke rumah sakit tapi hanya sebentar saja. Setelah dijahit lukanya Den Rayyan segera membawa neng kembali katanya bahaya kalau neng masih disana. Takut para rampok itu kembali mencari neng katanya. Makanya sekarang neng ada disini lagi."

"Ternyata dia benar-benar menyelamatkanku, meski muka datarnya itu menyebalkan namun dia masih memiliki hati yang baik." gumamnya kembali.

"Sudah bi." Jennie menggeleng.

Bu Tyo membantu Jennie meminum obatnya, dan saat itulah Jennie baru menyadari jika terdapat selang infus yang masih menancap di tangannya.

"Bi, boleh tahu kenapa tubuhku kaku dan tidak bisa digerakkan?"

"Mungkin karena obat bius neng, kan semalam harus dijahit itu pelipis."

Jennie menganggukkan kepalanya pelan pelan. Gadis itu tersenyum.

.

.

"Yakin kau tak tahu alasan mereka ingin mencelakai Jennie?"

"Tidak. Aku bahkan tak mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Tapi yang pasti aku mendengar salah seorang mengatakan akan membawanya ke tebing yang ada di jalur menuju pinggiran kota. Saat aku ikuti memang ke arah sana. Dari itulah aku sempat berkelahi dengan kedua orang itu dan mengambil Jennie."

Rayyan menggulung lengan kaosnya agar lebih tinggi. Nampak sebuah luka dibalut perban di lengan kekarnya.

"Bagaimana rencana kita siang ini? apa kita tunda saja mengingat dirimu sedang cidera begini."

"Tidak perlu!! ini bukan luka yang terlalu parah. Kita lanjutkan saja rencana yang ada."

Vino hanya mengangkat ke dua tangannya tanda menyerah. Dia tak lagi mengucapkan sepatah kata pun setelahnya. Memilih diam sambil menikmati camilan yang Bu Tyo sediakan.

"Apa perlu aku meminta salah satu anak buahku untuk menyelidiki masalah Jennie?" Vino kembali buka suara.

"Nanti saja, kau coba dulu tanyakan padanya. Siapa tahu dia mengenali pelaku atau mungkin dia punya musuh. Tapi aku rasa orang sepertinya memang banyak musuhnya."

"Ckck kau ini, jangan terlalu membencinya. Siapa tahu saja nanti kalian berjodoh kan." Vino manaik turunkan alisnya tak perduli dengan tatapan horor Rayyan yang sudah tertuju padanya.

Siang itu, Rayyan benar-benar berangkat untuk menemui lelaki yang bernama Ardi itu. Masih didampingi oleh Vino, keduanya berjalan masuk ke sebuah cafe tempat yang telah Vino sepakati untuk bertemu dengan Ardi.

"Kau yakin disini?" Rayyan memperhatikan sekitar.

"Hem, hanya ada 1 cafe disini sedangkan 1 lagi berada di sekitaran supermarket. Jadi bisa dipastikan disini tempatnya. Ayo kita masuk saja." Vino berjalan terlebih dahulu diikuti oleh tubuh tegap Rayyan.

"Selamat datang kak, silakan."

"Terimakasih, kami duduk di meja pojok sana. Nanti kalau tuan Ardi datang tolong antarkan ke meja kami ya." Vino berbicara pelan sambil menyematkan senyum tipis di bibirnya.

"Baik, kak. silakan."

Keduanya kembali berjalan menuju meja pojok yang pemandangannya langsung berhadapan dengan hijaunya hutan. Tak begitu rimbun namun cukup sejuk dipandang.

"View disini sangat bagus. Sebenarnya letaknya sangat strategis jika mendirikan sebuah usaha. Akan tetapi semua itu terhalang oleh pemikiran sebagian orang-orang yang tak merelahkan lahan yang mereka garap hingga terkadang menimbulkan sengketa. Padahal jika mau ditelusuri, hutan dan bukit bukit kecil tersebut tak bermilik. Tapi karena mereka sudah menggarapnya dari jaman nenek moyang terjadilah hal itu."

"Aku yakin, dalam permasalahan yang menimpa proyek milik Tuan Raka juga begitu. Bisa saja semua yang sudah deal pada awalnya menjadi kembali panas karena adanya bisikan dari pihak lain."

"Tapi kita tetap tak bisa gegabah. Seperti yang Kak Raka perintahkan, jika masih bisa dengan cara damai untuk apa kita melakukan kekerasan. Kita hanya perlu mencari dalangnya saja tanpa harus menyakiti mereka mereka yang hanya ikut ikutan."

Keduanya menghentikan perbincangan saat pelayan mengantarkan kopi pesanan mereka.

"Kau tahu, aku sebenarnya ingin mendirikan sebuah pabrik makanan yang hanya khusus memproduksi makanan dari bahan baku hasil kebun para penduduk disini. Jadi selain menyediakan lapangan pekerjaan juga bisa menampung hasil panen mereka tanpa perlu jauh jauh ke ibu kota." Vino menyuarakan isi dikepalanya.

Sejak beberapa tahun lalu dirinya mempunyai keinginan tersebut. Namun dia tak berani mengutarakannya. Selain terbatasnya modal, Vino juga tak memiliki baking kuat sebagai dasar dirinya mendirikan usaha.

"Kau sudah memilih letaknya?"

"Maksudnya?"

"Lahan untuk mendirikan pabrik yang kau maksud itu. Apa kau sudah memilih letaknya akan dibangun dimana?"

"Kau bercanda, meskipun aku punya keinginan tersebut mana mungkin aku mampu mewujudkannya. Kau sendiri tahu bagaimana pekerjaanku selama ini." Vino menyeruput kopinya pelan.

"Kita bicarakan lagi nanti, sekarang kita harus fokus pada masalah Kak Raka. Semakin cepat terungkap maka akan semakin baik untuk kita ke depannya." Rayyan melepas kacamata hitam yang sejak tadi masih bertengger di hidungnya. Pemuda itu menoleh ke arah pintu masuk cafe dimana terlihat dua orang yang baru saja masuk dan berbicara dengan pelayan cafe.

1
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣💣⃟ ⃟ᵉˡˡˢ👙
hmmm lagi manis" nya udahan 😫😫😫
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
dari dulu mah wajah Rayyan tanpa ekspresi deeh
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
meski telah melewati masa kritis tapi hingga saat ini Rico masih juga belum sadar juga
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
huuuuuuffttttt syukurlah jika Rico berhasil melewati masa kritis karena Rico telah memakai rompi anti peluru
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
rasa sayang Rayyan pada Rico dan Javier tentulah berbeda lah
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
gak usa di gubris apa kata orang lah Lin...
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
waaah keren juga tuh Rico....
koneksinya gak main-main seeeh
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
kamu uda lapar banget ya Ric...ampe pengen buru-buru masuk supaya bisa langsung makan 😂😂😂
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩRᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝༄⃞⃟⚡
saya juga suka neeeh gethuk 😍😍😍
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
akhirnya kelar juga malam pertama nya 🤭🤭🤭
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
hais dasar orang tua taunya minta cucu aja.. belom unboxing mereka loh, rayyan dan jennie blom tau nikmatnya surga dunia, yg tau hanya othornya aja 🏃‍♀️🏃‍♀️
ㅤㅤ💥爱你的钥匙 Serra࿐: Aish buka kartu malahan wkwkwkw 🤣
total 3 replies
Yhanie Shalue
sudah dibilangin jen terkadang orang yg kita anggap baik dan dekat sama kita justru dia adalah musuh kita sendiri
☠ᵏᵋᶜᶟ ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ 🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
ot ke novel baru deh
☠@AngguN
akhirnya hapy ending
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Akhirnya 💕💕💕
☠ᵏᵋᶜᶟ ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ 🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
met bahagia Ray dan jejen,, semoga segera dikasih keturunan, biar oara ima opa seta kakeknya seneng
☠ᵏᵋᶜᶟ ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ 🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
bikin cucu seng akeh biar bisa bikin club bola.sekalian😄
☠ᵏᵋᶜᶟ ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ 🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
emang rena kan ngerhain juga ke kak ray nya yg kaya tembok😄
☠ᵏᵋᶜᶟ ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ 🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
anuuu dalam berbagai ekspektasi dan penerjemahan masing2😄
☠ᵏᵋᶜᶟ ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ 🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
sabar sabar yah sabaaaar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!