Savitri Pratomo, bungsu dari Reza Pratomo, generasi ketiga klan Pratomo, adalah seorang guru bimbingan konseling sebuah SMK di kota Solo. Guru nyentrik yang hobi naik motor besar terutama Kawasaki Ninja nya, guru yang dikenal bar-bar oleh para murid-muridnya, bertemu dengan...
Kim Jaehyun, seorang CEO perusahaan tekstil yang berada di Sukoharjo dan Sragen, pria yang paling tidak suka wanita kasar, tomboy dan tukang berantem.
Keduanya bertemu dalam situasi yang konyol tapi berkesan. Bagaimana absurdnya hubungan dua anak manusia yang berbeda karakter dan bagaimana reaksi keluarga besar Savitri?
Kisah generasi ketiga klan Pratomo
Isi hanyalah halunya author
Jangan plagiat karena jiwa gesrek kita berbeda.
Follow my IG @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ghibah Kaum Pria
RS PKU Muhammadiyah Surakarta
Ketiga orang dengan fisik paripurna itu masih menunggu perkembangan Nina dan Jaehyun melirik ke arah Savitri yang tampak cemas.
"Jaehyun..."
Jaehyun menoleh ke arah Abian. "Yes?"
"Bagaimana kamu tahu soal Duncan Blair?"
"Aku pernah menemani appa bertemu dengan Joshua Akandra dan Duncan Blair. Dan Duncan bersama kepala IT nya, Bryan Smith. Meskipun nama belakang 'Smith' itu pasaran tapi karena kamu diperkenalkan oleh Savitri-ya sebagai sepupu kamu, berarti kamu ada hubungan dengan Duncan."
"Make sense." Abian mengangguk.
"Kalau Savitri-ya tidak memperkenalkan kamu sebagai sepupunya, aku kira kalian pacaran" kekeh Jaehyun.
"Hah? Siapa yang pacaran?" Savitri menoleh ke Jaehyun.
"Buat orang yang tidak tahu kan bisa menduga demikian" cengir pria Korea itu. "Ngomong-ngomong kita nungguin apa nih?"
"Muridku sadar. Dia baru saja lolos dari maut" jawab Savitri.
"Memangnya kenapa? Bunuh diri?" Jaehyun menatap guru cantik yang masih memakai gaun pesta.
"Iya. Dia hamil sama rekan guruku. Padahal guru itu sudah menikah dan punya anak. Cowok brengsek benar tuh bajigur!" umpat Savitri.
"Lalu? Kondisi muridmu?"
"Janinnya gugur, dia selamat. Aku penasaran apa yang membuat dia nekad seperti itu!" geram Savitri.
"Guru yang menghamilinya gimana?" tanya Jaehyun.
"Dipecat lah! Efektif bulan depan aku dengar sudah tidak ada pekerjaan di sekolahku dan menunggu SK pemecatan turun."
Abian memeluk adiknya. "Mumpung aku disini, mau nggak kita cari triggernya ?"
"Mas, kita nggak ikutan Ghani kan?" Savitri memicingkan matanya. "Eh tapi aku kemarin juga jadi detektif barengan Sabrina."
"Kamu ngapain?" tanya Jaehyun.
"Jadi detektif Conan!" cengir Savitri.
"Jangan bilang kamu menstalking rekan gurumu itu?" Abian menatap horor ke Savitri yang hanya tersenyum manis. "Astagaaa! Savitri, aku bantu cariin bukan berarti kamu mengangkat dirimu jadi detektif patikelir!"
"Lha mas Abian malah ngajak jadi detektif."
Jaehyun tersenyum mendengar keributan keduanya. "Apakah kalian seperti ini jika bertemu?"
"Lebih parah!" ucap keduanya bersamaan.
"Bu Savitri..." panggil Pak Santo.
"Njih pak..." Savitri pun bangun menghampiri ayah yang sedang kebingungan itu.
"Itu ayahnya?" bisik Jaehyun.
"Iya. Poor him."
Kedua pria tampan itu memperhatikan bagaimana Savitri tampak serius ketika pak Santo menjelaskan kondisi putrinya.
"Bagaimana kamu bisa bertemu Savitri?" tanya Abian.
"Sopirku yang bodoh memotong jalannya dan nyaris motornya menabrak mobilku."
"Yang mana? Saki atau Papa?" kekeh Abian.
"Hah? Papa?" Jaehyun menatap Abian bingung.
"Iya, Savitri memberikan nama ke semua kendaraannya. Kawasaki Ninja nya itu Saki, Vespa pinknya Papa, Mazda CX-5 nya Mas Daaahhh."
Jaehyun tertawa geli. Dasar guru sedeng!
"Saki. Kawasaki Ninja Pinknya."
"Terus gimana?" Abian penasaran.
"Kamu tahu Bian, Savitri memotong mobilku dengan berhenti di depan dan dengan cueknya motor itu diparkir lalu dia turun dan menggebrak kap mobilku. Astagaaa aku baru kali itu diomeli oleh cewek tanpa rem, bahasa kacau balau dan dengan cueknya dia bilang mau beli mobilku."
Abian terbahak. "Dia mah cewek paling rusuh di keluarga kami. Kalau ngomong nggak ada filter, seenaknya dan jangan kaget kalau muncul kata-kata ajaib dari mulutnya."
"Apa dia sudah punya pacar?" Jaehyun menatap Abian.
"Savitri? Belum. Katanya belum mendapatkan pria yang ..."
"Membagongkan" potong Jaehyun sambil tersenyum. "Terkadang aku bingung yang seperti apa sih maunya Savitri-ya itu."
"Tidak usah kamu yang notabene baru bertemu sebentar, kami saja yang saudaranya juga bingung."
Savitri sudah selesai berbicara dengan pak Santo dan menghampiri dua cogan yang asyik ghibah gadis cantik itu.
"Hidungku kenapa gatel terus dari tadi sampai mau bersin - bersin. Kalian ghibahin aku ya?" pendelik Savitri sambil berkacak pinggang.
"Memang kita ghibahin kamu. Soalnya topik paling enak" kekeh Abian.
"Oppa? Kamu nggak pulang?" Savitri menatap Jaehyun.
"Aku kan lagi nganggur jadi nikmati hari lah bersama kamu dan Abian." Jaehyun menatap jahil ke Savitri. "Lagian kapan lagi aku dapat info soal kamu kalau bukan dari kakakmu."
"Mas Abian cerita apa ajah?" Savitri pun manyun.
"Cerita Saki dan Papa sama Mas Daaahhh."
"Oooh..."
"Sama kamu marahin Jaehyun di tengah jalan..."
"Oooohhh... Haaaaahhh? Aduuuhh itu kan peristiwa yang nggak malu-maluin!" protes Savitri.
"Malu-maluin, Sav!" ralat Abian.
"Ayahnya murid kamu ngomong apa saja?" Jaehyun berusaha kembali ke topik.
"Nina ingin bertemu denganku."
"Sekarang?" tanya Abian. Savitri mengangguk.
"Aku ke dalam dulu ya. Kalian lanjutkan ghibahnya." Savitri pun berjalan menuju ruang rawat Nina.
***
"Maaf Bu Savitri, tadi kokoh itu siapa?" tanya pak Santo penasaran.
"Kokoh?" Savitri menatap bingung.
"Tadi orang Chinese kan?"
"Oh bukan pak. Mr Kim orang Korea. Dia kenalan saya dan kakak sepupu saya tadi. Dengar mas Abian ke Solo, jadi ingin ketemu."
"Oh, kirain dia orang Chinese. Apa dia kekasih Bu Savitri?"
"Pak Santo..." Savitri mengucapkan penuh penekanan.
"Ya Bu Savitri?"
"Don't be so kepo!"
Pak Santo pun terdiam dan keduanya tiba di ruang rawat Nina.
Tampak gadis itu masih lemah namun tersenyum saat melihat guru bimbingan konseling nya datang.
"Bu...Savi...tri.." Nina berusaha bangun tapi langsung dicegah Savitri.
"Eits ... Ojo tangi sek ( Jangan bangun dulu )!" Savitri bergegas menuju pingir tempat tidur Nina.
"Bu... Aku...mau ngobrol sama ... Bu Savitri... Ibu keluar...dulu ya..." Nina menatap ibunya.
"Ibu sama bapak keluar dulu." Bu Santo tersenyum ke Savitri. "Titip Nina ya Bu."
"Njih Bu."
Setelah kedua orang tua Nina itu keluar, Savitri duduk di kursi yang sebelumnya dipakai Bu Santo.
"Kowe kiiee kepriben tho ( kamu itu gimana sih ), kok ya nekad banget! Untung iso selamat nyawamu nduk!" ucap Savitri lembut sambil mengusap rambut Nina.
"Saya... khilaf Bu..."
"Ta kandyani ya nduk... Kowe Wis dosa berzinah, ketambahan meh bunuh diri...Malaikat pusing nyatetin tahu nggak? Mau dikategorikan apa? Sekarang cerita sama ibu, lah opo kowe nganti kayak ngunu ( kok bisa kamu sampai seperti itu )."
Nina hanya menatap langit-langit. "Bu ..."
"Ya?"
"Apa saya bisa kembali ke sekolah ibu? Kan saya sudah tidak hamil..."
Savitri tertegun mendengar ucapan Nina. "Kalau itu sekolah ibu, mungkin bisa ibu usahakan. Tapi masalahnya adalah, sudah peraturan di SMK Negeri 11 Surakarta atau di sekolah manapun di Indonesia, akan sulit kecuali kamu sekolah di swasta setelah ini dengan catatan tanpa ada yang tahu masa lalu kamu. Kan tahu sendiri kalau bangsa +62 super duper Julid?"
Nina tersenyum mendengar ucapan guru BK favoritnya.
"Mungkin sekolah swasta saja ya Bu, amannya."
"Kalau kamu memang ingin kembali ke bangku sekolah, insyaallah ibu akan bantu dengan catatan kamu serius mau sekolah."
"Saya...mau Bu."
"Semester depan pas tahun ajaran baru ya?"
"Njih Bu..."
"Sekarang, kamu cerita sama ibu. Apa yang terjadi?" Savitri menatap Nina serius.
Nina menghela nafas panjang...
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote gift and comment
Tararengkyu ❤️🙂❤️