NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Sang Duda

Terjerat Cinta Sang Duda

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Duda / Tamat
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rasti yulia

Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘


Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.

Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TCSD 13 : Melarikan Diri Lagi

"T-Tuan... Mengapa Tuan melihat saya seperti itu? Apakah Tuan masih mengira bahwa saya ini adalah kuntilanak?"

Pertanyaan Mara membuat Dewa terkesiap. Ia yang sebelumnya tengah larut dalam pikiran sendiri, dan tentang pisang tanduknya yang tiba-tiba turn-on seketika menyadarkan dari lamunannya. Ia kembali menatap wajah gadis di hadapannya ini dengan lekat.

Oh Tuhan, apakah aku bisa menahan gejolak hasrat ini ketika di depanku telah tersaji sebuah hidangan yang begitu lezat? Dan mengapa harus di depan gadis ini milikku memberikan respon? Padahal baru sekali aku bertemu dengannya?

"Tuan... Tuan!!!"

Dewa tersentak seketika. Ia hanya bisa menyembunyikan rasa terkesimanya. "Ahhh tidak. Aku tidak apa-apa." Dewa melihat-lihat sekelilingnya. "Apakah dari sini jauh dari rumah penduduk?"

Mara menggelengkan kepalanya. "Tidak Tuan, ada sebuah desa kecil di arah sana." Sedangkan Dewa hanya menganggukkan kepalanya.

"Lalu, setelah ini apa yang menjadi rencanamu?"

Mara hanya memandang ke sembarang arah dengan tatapan menerawang. "Mungkin esok hari saya akan pergi dari tempat ini, dan akan menuju ke kota."

Dahi Dewa kembali mengernyit. "Ke kota? Naik apa? Aku lihat, kamu tidak membawa uang sepeserpun."

Tanpa malu-malu, Mara merogoh sesuatu yang ia simpan di dalam dadanya. Dewa yang melihat akan hal itu hanya bisa terkesima. Melihat Mara memegang area dadanya, membuat pikiran kotor Dewa berkelana ke mana-mana.

Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan oleh wanita ini? Mengapa ia merogoh-rogoh bagian dada miliknya sendiri? Dan ini.... Astaga, pisangku kembali berdiri lagi.

Dengan santai, Mara seperti sedang mencari-cari sesuatu di dalam dadanya. Tak selang lama, ia mendapatkan sesuatu dari dalam sana. "Saya memiliki beberapa lembar uang, Tuan. Dan saya rasa ini akan cukup untuk pergi ke kota."

Mara menunjukkan beberapa lembar uang seratus ribuan di hadapan Dewa. Hal itulah yang membuat Dewa sedikit bernafas lega, karena wanita di depannya ini berhenti melakukan sesuatu yang absurd, yang sungguh bisa membuatnya berpikiran kotor.

"Memang kamu mau ke kota mana? Dan apa yang akan kamu lakukan di kota itu?"

Entah apa yang terjadi pada Dewa, ia yang biasanya tidak begitu peduli dengan urusan orang lain yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya, kini seakan berbalik seratus delapan puluh derajat. Ia seperti menjadi orang yang begitu ingin tahu tentang rencana gadis belia yang baru saja ia temui ini.

Pikiran Mara kembali menerawang. Ia seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Kata mas Pram, saya harus menuju kota Bogor. Di sana kami bisa bertemu."

Dewa terkesiap. Ada dua poin dari ucapan Mara yang membuatnya sedikit terkejut. Kota Bogor, merupakan kota yang sama dengan tempat tinggalnya. Dan yang kedua mas Pram. Dewa begitu ingin tahu siapa lelaki yang dipanggil gadis di depannya ini dengan sebutan mas Pram.

"Mas Pram? Siapa mas Pram? Apakah dia merupakan kekasihmu?"

"Bukan Tuan. Dia adalah lelaki yang menolong saya dan ayah saya untuk bisa keluar dari jeratan juragan Karta. Sebelum tiba di tempat ini, kami melarikan diri bersama-sama. Namun tatkala sampai di tengah hutan, kami memutuskan untuk berpencar. Pada akhirnya, dia berlari dengan menggendong ayah saya, sedangkan saya berlari sendiri hingga sampai tempat ini."

"Jadi uang itu dari lelaki bernama Pram itu? Dan mengapa ayah kamu harus digendong oleh Pram? Dan tidak berlari sendiri?"

Raut wajah Mara seketika berubah menjadi sendu. Ia teringat dengan kondisi sang ayah yang tengah mengalami stroke. Tanpa sadar satu bulir bening dari sudut mata Mara, jatuh begitu saja.

Dewa sedikit tersentak. Melihat ada seseorang yang menangis di hadapannya, membuat hati Dewa sedikit tercubit. "Apakah ada kata-kata dariku yang menyinggung perasaanmu? Jika ada, aku minta maaf."

Mara menggelengkan kepalanya sembari mengusap air matanya. "Tidak Tuan. Saya hanya teringat tentang kondisi ayah saya yang saat ini tengah sakit. Rasa-rasanya saya tidak sampai hati jika melihat ayah saya kesusahan hanya untuk memberikan satu kebahagiaan untuk saya."

"Sudahlah, kamu jangan bersedih lagi. Aku bisa membantumu."'

Mara menatap lekat wajah Dewa dengan dahi sedikit mengerut. "Membantu saya? Maksud Tuan?"

Dewa menghela nafas dalam kemudian perlahan ia hembuskan. "Aku berasal dari kota Bogor. Kamu bisa ikut bersamaku menuju kota itu. Itupun kalau kamu tidak keberatan menunggu sampai mobilku kembali seperti semula dan sampai beberapa hari ke depan. Karena pada dasarnya, aku pergi ke kota ini karena ingin sejenak menepikan diri."

Wajah Mara berubah seketika. Ia yang sebelumnya terlihat begitu sendu, kini binar-binar kebahagiaan itu nampak terpancar di raut wajahnya. "Benarkah seperti itu Tuan? Apakah saya bisa ikut menumpang mobil Tuan untuk sampai ke kota Bogor?"

Dewa menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Aku bisa membantumu. Karena memang tujuan kota yang akan menjadi masa depanmu sama dengan kota asalku."

Mara mengulurkan lembaran uang yang ia pegang ke arah Dewa. "Ini untuk Tuan!"

Dewa terkesiap. "Apa ini? Maksudku untuk apa uang ini?"

"Ini ongkos untuk Tuan, karena Tuan sudah memberi saya tumpangan untuk bisa sampai ke kota Bogor."

Dewa berdecak. "Ckkck... Kamu pikir mobilku itu bus antar kota? Yang memasang tarif? Simpan saja uang kamu itu."

"T-Tapi saya merasa tidak enak hati jika menerima bantuan dari Tuan secara cuma-cuma. Tuan bisa menganggap uang ini sebagai ucapan terimakasih saya kepada Tuan."

Dewa menatap lekat netra wanita yang ada di hadapannya ini. Dari sorot mata Mara, Dewa bisa menilai jika gadis ini merupakan salah satu gadis yang penuh cinta kasih dan tulus. "Kamu tidak perlu berterimakasih dengan memberikan uang itu kepadaku. Namun, jika kamu ingin berterimakasih, kamu bisa melakukan satu hal untukku. Itupun kalau kamu tidak keberatan."

"Apa itu Tuan?"

"Aku ingin kamu me......"

Ucapan Dewa terpangkas tatkala sayup-sayup terdengar suara banyak orang yang menuju ke arah mereka tengah berbincang saat ini. Keduanya saling melempar pandangan. Karena semakin lama suara itu semakin terdengar jelas.

"T-Tuan... Sepertinya mereka akan kembali ke sini. S-saya harus bagaimana?"

Mendadak wajah Mara terlihat begitu pias. Ia benar-benar tidak ingin jika tertangkap oleh anak buah juragan Karta. Dewa yang melihat kepanikan Mara hanya bisa menatapnya dengan tatapan iba.

"Ayo kita lari dari sini!"

"T-Tapi lari kemana Tuan? Kalau kita berbalik arah pasti akan tertangkap!"

"Kita ke arah sana!" Dewa mulai memasang badan dan jongkok di hadapan Mara. "Naiklah ke punggungku! Aku akan menggendongmu!"

Mara terkesiap. Ia begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh lelaki yang baru saja ia temui ini. "T-Tapi Tuan..."

"Sudah jangan terlalu banyak bicara! Aku lihat kamu begitu kelelahan dan sudah tidak memiliki banyak energi untuk berlari. Apakah kamu mau jika sampai tertangkap oleh anak buah juragan Karta?"

Cepat-cepat Mara menggelengkan kepalanya. "Tidak Tuan, saya tidak mau."

"Maka dari itu, ayo lekas naik ke punggungku!"

Pada akhirnya Mara menurut. Ia bangkit dari posisinya dan perlahan mulai naik ke punggung Dewa. Mara mengeratkan pegangan tangannya di leher Dewa, bermaksud agar tidak terjatu, sembari ia letakkan kepalanya di ceruk leher Dewa.

Sekuat tenaga Dewa menahan sesuatu yang muncul begitu saja tatkala merasakan hembusan nafas gadis ini di lehernya. Tentunya sesuatu yang membuat bulu kuduknya sedikit meremang. Ternyata kehadiran hasrat yang menggelora jauh lebih menakutkan untuk Dewa daripada kehadiran makhluk tak kasat mata. Ia teramat takut jika tidak bisa menahannya. Menahan untuk tidak menerkam gadis ini.

Tanpa perlu memperdulikan apa yang ia rasakan, Dewa mulai berlari menembus malam dan mencoba untuk lari dari tempat ini. Pastinya dengan menggendong tubuh gadis yang ia anggap sebagai kuntilanak yang tersangkut di atas pohon, namun ternyata dia adalah seorang wanita yang kecantikannya layaknya bidadari yang jatuh dari khayangan.

.

.

. bersambung....

Hayo kira-kira apa yang diinginkan Dewa dari Mara sebagai ucapan terimakasih gadis itu? Hehe tunggu episode selanjutnya ya kak 😘 😘

1
Deistya Nur
semangat terus ka, ditunggu karya terbarunya
marti 123
Biasa
marti 123
Kecewa
Masamba Kota
rasain...🤣🤣🤣
Masamba Kota
alah.....Dewa itu bego' ternyata
mengecewakan😡
💗vanilla💗🎶
semangat oma
💗vanilla💗🎶
sedihhh.. 😥
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor /Smile/
Esih Mulyasih
Luar biasa
ganteng gaming
bagus
Hasbi Hasidiqi
ternyata cinta damar tulus ke dita bukan hanya sekedar nafsu aza....semoga setelah bebas dita bisa berubah dan hidup bahagia.....karna dita berhak mendapat kesempatan kedua.....
bintang
👍👍👍👍👍
Elisanoor
ah loncat cerita Wisnu, penasaran aku 😂
Elisanoor
sumpah sumpah makin rame, sepanjang ku baca novel biasa nya diakhr cerita makin biasa aja, ini makin rame aja konflik nya juga nyambung bgt,keren Authorrrr 😘😘😘😘
Elisanoor
sy mau baca kisah Wisnu juga abis tamat ini
Elisanoor
jiah keburu peot luh Damar nungguin si Ditta 🤣
Elisanoor
Hahahhhh ,pinter si Mara 🤣🤣🤣
Elisanoor
Betul sekali Authot, Tulisanmu apik,bagus sekali sy suka 💗💗💗
Elisanoor
cie, seneng duh cerita si krisna, ini ada lanjutan nya cerita si Krisna Thorrr 😅😅😅😅
Elisanoor
Pernah di bully pas kls 1 SMA sama yg namanya Puspa, killer bgt ,ngebully gegara ngerasa senior lah gitu, eh ga selang lama dia Hamidun ampe di arak ke tiap kelas ngeri bgt .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!