NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:543
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34: Rambut Panjang di Dalam Makanan

Kirana menjerit kesakitan saat merasakan rambut itu mulai merambat naik ke dalam aliran darahnya, persis seperti firasat buruk tentang adanya Rambut Panjang di Dalam Makanan. Sensasi dingin dan tajam itu merayap di bawah kulit lengannya, menciptakan garis-garis hitam menonjol yang bergerak menuju bahunya.

"Lepaskan toples itu, Kirana! Semakin kau mendekapnya, semakin cepat dia memakanmu!" teriak Nyi Laras sambil berusaha bangkit, meskipun bahunya bersimbah darah akibat serangan sosok di dinding.

"Tidak! Kau takut pada benda ini, kan?" Kirana membalas dengan gigi bergeletuk, menahan perih yang seolah menyayat pembuluh darahnya.

Nyi Laras tertawa parau, wajahnya yang semula cantik kini tampak mulai mengendur, keriput-keriput dalam muncul di sekitar matanya seiring dengan rusaknya ritual di kolam. "Bodoh! Itu bukan sekadar rambut. Itu adalah janin kakakmu yang gagal lahir, yang kukutuk menjadi benalu agar tetap bisa memberiku kekuatan!"

Kirana tersentak mendengarnya. Informasi itu membuatnya mual sekaligus marah luar biasa. Ternyata, Rambut Panjang di Dalam Makanan yang selama ini ia temukan dalam hidangan Ibu bukanlah ketidaksengajaan, melainkan upaya Ibu untuk memasukkan parasit gaib ke dalam rahimnya.

"Kau... kau memberi makan anakmu sendiri kepada anakmu yang lain?" suara Kirana bergetar karena ngeri.

"Hanya dengan begitu darah kalian tetap murni, Kirana! Sekarang, kembalikan toples itu sebelum rambut itu mencapai jantungmu!" Nyi Laras maju selangkah, memberi isyarat kepada dua bidannya untuk mengepung.

Kirana melihat pergelangan tangannya yang kini menghitam. Ia teringat pesan Laksmi tentang air dari sumur tua. Ia harus segera pergi dari sana, atau ia akan menjadi wadah kosong seperti kakak-kakaknya.

"Jauhkan mereka dariku!" Kirana berteriak ke arah langit-langit, berharap sosok yang ia duga sebagai Santi masih memiliki sisa kemanusiaan untuk membantunya.

Sosok tanpa kulit di dinding itu mengeluarkan jeritan melengking yang memekakkan telinga. Ia meluncur turun, mendarat di antara Kirana dan para bidan, menciptakan barikade daging yang mengerikan dengan kuku-kukunya yang terhunus.

"Pergi, Kirana... Lari..." sebuah bisikan halus, hampir tak terdengar, keluar dari mulut sosok itu yang tak lagi memiliki bibir.

Kirana tidak membuang waktu. Ia memutar tubuhnya dan berlari keluar dari ruangan batu, mengabaikan rasa sakit yang kini mulai merambat ke lehernya. Ia harus mencapai dapur, mencari wadah, dan menuju ke halaman depan.

Di koridor yang gelap, ia hampir saja menabrak Dimas. Suaminya berdiri di sana, memegang sebuah obor dengan tatapan mata yang masih kosong dan dingin.

"Kau mau ke mana, Kir?" tanya Dimas datar, tanpa ada rasa khawatir sedikit pun melihat kondisi istrinya yang mengenaskan.

"Dimas, tolong aku! Rambut ini... rambut ini masuk ke kulitku!" Kirana menyodorkan tangannya yang menghitam, berharap setitik nurani masih tersisa di hati pria itu.

Dimas hanya melirik lengan Kirana, lalu menghela napas panjang seolah-olah istrinya hanya sedang mengeluhkan hal sepele. "Ibu bilang itu proses yang normal. Jangan terlalu banyak drama, kita butuh uangnya untuk membayar hutang di kota."

Mendengar itu, Kirana merasa dunianya benar-benar runtuh. Harapan terakhirnya pada Dimas musnah seketika. Dengan penuh amarah, ia menggunakan tangan kanannya yang masih bersih untuk menghantam obor di tangan Dimas hingga jatuh ke lantai kayu.

"Kau monster!" Kirana mendorong Dimas sekuat tenaga dan terus berlari menuju pintu dapur.

Ia berhasil meraih sebuah gayung kayu di dekat tempayan air, namun saat ia berbalik menuju pintu halaman, langkahnya terhenti oleh suara tawa yang tidak asing. Ibu Berbicara Sendiri di ruang tengah, namun suaminya tidak ada di sana; Nyi Laras sedang bercakap-cakap dengan sebuah bayangan besar di dinding.

"Tenanglah, Gusti... wadahnya sedang bersiap. Rambut itu akan membawa sukmanya kepadamu," gumam Nyi Laras dalam kegelapan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!