Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 11
Beberapa hari berlalu dengan begitu cepat. Aruna sudah kembali sehat setelah beberapa hari sakit. Progress pembangunan toko kue Aruna sudah setengah jalan. Namun, karena sebentar lagi mendekati UTS---pembangunan toko kue dihentikan sejenak. Arjuna memintanya untuk fokus belajar. Sebenarnya, Aruna malas sekali belajar.
Minggu pagi, Arjuna sudah berada di apartemen Aruna---sedang si pemilik apartemen baru saja bangun dan sedang mandi. Tanpa sungkan, Arjuna menyiapkan sarapan dan menaruhnya dalam piring. Selain sarapan, lelaki itu juga membawa jus buah untuk keduanya. Mengingat Aruna malas olahraga dan susah makan sayur, jadi Arjuna sering memberinya jus.
"Berasa diurusin sama suami," Aruna berlari memeluk tubuh Arjuna yang sudah rapi dan wangi.
Lelaki itu tampak tampan dalam balutan celana jeans panjang berwarna hitam dengan kaos putih polos dan jaket jeans berwarna army. Arjuna memang selalu tampan, kapan sih Aruna menatapnya tidak tampan? Tidak pernah.
"Aruna!" Lelaki itu menatap kaget sang kekasih yang menubruk tubuhnya.
"Kan, mau di peluk aja pelit banget!" Gadis mungil tersebut menggerutu kesal.
Lelaki itu memindai penampilan sang kekasih. Celana panjang yang begitu ketat dan membentuk lekuk kakinya dengan atasan tank top bunga-bunga. Penampilan sederhana, namun tentu mengundang pikiran kotor dalam benak Arjuna. Bahu dan lengan gadis itu telanjang dan terlihat. Apalagi ketika Aruna bergerak, pusar gadis itu akan terlihat.
"Pakai baju dulu!" Lelaki itu memerintah. Selalu seperti itu, kali ini Aruna tidak mau menuruti.
"Lihat, celananya udah panjang. Bajunya juga sopan kok, lagian cuma dirumah." Protes Aruna kesal, malas disuruh berganti baju. Tubuhnya masih memeluk tubuh kekar Arjuna dari belakang.
Akhirnya Arjuna tidak lagi berdebat, matanya memperhatikan Aruna yang menatap sarapan di depannya dalam diam. Apa Aruna tidak suka menu sarapan yang dirinya bawakan? Arjuna hanya bertanya dalam hati.
"Mau disuapin!" Gadis mungil tersebut memutar tubuhnya menghadap Arjuna. Tersenyum manis kepada sang kekasih yang mengangguk dan mulai menyuapi.
"Manja!" Arjuna kecup hidung mancung Aruna sekejap.
"Biarin! Pokoknya aku mau manja terus sama kamu!" Aruna mengunyah makanan sambil mengedipkan sebelah matanya. "Salah sendiri, udah bikin aku bergantung sama kamu."
Telapak tangan Arjuna bergerak mengusap surai lembut Aruna. Gadis ini begitu manis jika sedang tidak banyak tingkah dan duduk tenang.
"Nggak masalah, kalau ada apapun bilang ya?" Aruna mengangguk semangat.
"Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat.
"Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna.
Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna.
"Mau ciuman, ayo!" Wajah Arjuna langsung berubah masam.
Meski begitu, lelaki tersebut meneguk ludahnya ketika Aruna berpindah duduk di atas meja dan menyingkirkan piring. Gadis itu benar-benar nekat duduk di depan wajah Arjuna, menarik jaket yang lelaki itu kenakan. Tubuh Arjuna condong tergerak maju, wajahnya persis berhadapan dengan dada sekal sang kekasih.
Cup
Aruna memulai ciuman dengan menunduk sedikit. Gadis itu mencium bibir Arjuna dan melesakkan lidahnya masuk. Seperti tersengat, lelaki itu langsung mengambil alih keadaan. Arjuna bergerak turun dari kursi dan berdiri di depan Aruna. Tubuh besarnya mengukung tubuh sang kekasih.
"Uhhdahh!" Setelah Aruna menepuk bahunya, baru Arjuna melepaskan.
Ciumannya berpindah pada pipi memerah Aruna, bibirnya mengecup leher sang kekasih sekilas. Secara spontan, tangan Aruna mengalung di leher Arjuna. Seolah belum puas, lelaki itu mencium bahu Aruna dan menggigitnya.
"Ah," Lenguhan Aruna membangkitkan sesuatu yang Arjuna tahan mati-matian. Lelaki itu menjauh sejenak, menyandarkan kepalanya pada bahu sang kekasih. Tubuhnya dilingkupi oleh kedua kaki Aruna.
Nafas Arjuna terasa di leher sang kekasih, mengundang getaran-getaran di tubuh Aruna---terutama di bagian sela pahanya. Jemari Arjuna perlahan meremas pinggang ramping Aruna.
"Ma---af, nggak sopan." Gadis itu dibuat menganga dengan ucapan Arjuna. Bisa- bisanya di saat matanya berkabut begini, lelaki itu meminta maaf.
Aruna mendekat dan mencium leher Arjuna, gadis itu meniup dan menjilatinya. Dapat dia rasakan tubuh Arjuna menegang dengan cepat. Dalam hatinya bersorak senang.
"Kamu nggak perlu minta maaf sayang,"
Cup
Ciuman kali ini begitu menggebu-gebu, seolah-olah Arjuna ingin memakan habis bibir Aruna. Gadis itu sampai dibuat kelimpungan oleh tingkah kekasihnya. Jemari Arjuna menyusup masuk perlahan mengusap perut rata Aruna, naik sampai ke dada dan meremasnya dari balik bra.
Bagian bawah tubuhnya, Aruna merasakan berkedut dengan sensasi yang tidak bisa dirinya gambarkan. Jemarinya menyusup di sela-sela rambut Arjuna dan meremasnya. Secara perlahan jemarinya melepas jaket milik Arjuna dan melemparkannya.
"Enghh---" Aruna terengah-engah karena ciuman panjang dan memabukkan Arjuna. Tubuhnya terasa lemas seketika.
Arjuna terdiam sejenak, meredakan kabut gairah yang masih mengambil kewarasannya. Lelaki itu menatap bibir bengkak Aruna dan pakaian gadis itu yang sudah berantakan. Tali tank top tipis sudah lelaki itu lepaskan satu, melorot menampakkan bra berwarna maroon yang begitu cantik dan menggoda.
"Ke kamar aja!" Pinta Aruna merengek memeluk tubuh kekar Arjuna, dengan kedua kakinya merangkap tubuh sang kekasih.
Arjuna berdehem sejenak, mengalihkan tatapannya dari rubah kecil yang menggoda. Sayangnya godaan tersebut susah untuk dirinya tolak. Tidak boleh, ini tidak bisa dirinya teruskan.
"Ayo Juna!" Aruna merengek dan mencium-cium lehernya.
Dengan perlahan lelaki itu berjalan menuju sofa dan menaruh tubuh Aruna disana. Lelaki itu meneguk ludahnya dengan jakun naik-turun ketika Aruna melempar tank top yang gadis itu kenakan, menyisakan bra saja. Arjuna melotot seketika.
"Nakal!" Aruna justru tertawa ketika Arjuna mengecup belahan dadanya yang terlihat. Tubuhnya menggelinjang geli.
Lelaki itu beranjak menuju tempat makan dan mengambil jaketnya, memakaikan di tubuh Aruna. Seketika gadis itu mendesah kecewa. Arjuna beranjak mencuci wajahnya dan duduk jauh dari sang kekasih.
"Padahal punya kamu udah tegang,"
"Aruna!" Kali ini wajah Arjuna terdengar tidak mau dibantah. Lelaki itu menyorotnya dengan tajam.
"Maaf," Arjuna mendekat dan mengecup pelipis kekasihnya dalam.
"Kita belajar di cafe aja ya? Sekalian ajak yang lain kalau kamu bosan."
Aruna mengangguk patuh. Dalam hati Arjuna mengangguk syukur, untung tidak kebablasan.
"Kalau gitu kamu bisa ajak Sisil sama Raka sekalian,"
"Nggak perlu." Jawabnya dengan singkat. "Kamu pakai baju yang sopan ya sayang, kita mau keluar." Lelaki itu mengusap- usap bahu Aruna dengan lembut, mencoba memberi pengertian tanpa membuat kekasihnya merasa terkekang.
Gadis itu mengangguk singkat dan merentangkan kedua tangannya. "Gendong ke kamar!" Lelaki itu setuju, membawa tubuh Aruna ke kamar dan langsung melenggang keluar.
" Saat hendak menutup, Aruna mencegah dan memegang lengannya. "Kamu pilihin dong bajunya, daripada nanti salah lagi.' Lelaki itu mengerutkan dahi bingung, namun akhirnya berjalan masuk kamar.
Jebakan... Batin Aruna bersorak senang. Gadis itu menutup pintu dan berjalan di belakang Arjuna menuju lemari bajunya.
"Ini celana dalamku basah, sekalian diganti nggak? Kalau bra bagusnya yang warna apa?" Arjuna melotot horor.
"Jangan main-main, Aruna!"
"Ih gitu aja marah!" Gadis itu mencolek dagu Arjuna. Lelaki itu menunjuk sebuah dress sederhana dan cantik. "Yaudah, tolong dong bantu lepasin bra, soalnya sesak banget."
Arjuna menutup pintu lemari Aruna dengan sedikit kencang, lelaki itu bergerak keluar kamar. Aruna sampai tersentak kaget dan tersenyum geli.
"Untung cowok gue!" Aruna menghembuskan nafas lega dan tersenyum.
Setelah berganti baju, dirinya menemukan Arjuna yang sedang minum dan memainkan ponsel. Ketika dirinya datang, Arjuna memasukkan ponsel dalam saku celana.
"Nggak marah kan?" Lelaki itu menggeleng singkat. Membawa jemari Aruna untuk dirinya gandeng. Dalam tasnya, sudah dia masukkan buku milik Aruna. Jadi, gadis itu hanya membawa tas kecil berisi dompet, ponsel, lip cream dan parfum mini.
Cafe yang mereka kunjungi dekat dengan rumah Misel dan Karin, jadi memakan waktu beberapa menit dari apartemen Aruna. Sampai disana sudah ada temannya, Aruna menyapa dengan ceria.
"Bibir lo kaya habis di cipok, Run?" Misel bertanya penasaran.
Ethan memicingkan matanya pada Misel. "Lo pernah cipokan sama siapa? Sampai tahu kalau bibir bengkak Aruna bekas di cipok!" Wajahnya tampak tidak suka.
Aruna menggaruk belakang kepalanya, malu. Arjuna berdehem singkat dan duduk dengan cuek, membuka buku menu.
"Kok lo sewot banget sih? Lo cemburu ya?" Tuding Misel.
"Kalau iya, emang kenapa?" Tantang lelaki itu balik.
Misel menghembuskan nafasnya pelan.
"Nggak boleh gitu Tan, Aruna itu pacarnya Arjuna! Lo berani banget ngomong cemburu di depan pacarnya,"
Arjuna, Aruna dan Karin sontak menoleh heran. Mereka saja paham maksud Ethan yang cemburu pada Misel. Aruna menutup mulutnya, menahan senyum geli.
"Jangan berantem, kita kesini buat belajar. Luruskan niat kita teman-teman, jangan mudah goyah!" Aruna menengahi dengan bijak dan duduk di samping Arjuna.
Lelaki itu meliriknya dalam diam, merasa lucu dengan ucapan Aruna yang sok bijak di depan teman-temannya. Arjuna ingin tertawa, mengingat betapa agresif tingkah kekasihnya. Luruskan niat? Arjuna sendiri tidak yakin dengan ucapan absurd kekasihnya.