Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Benteng Musuh dan Operasi Penyelamatan
Pintu jet pribadi Rommy Ivanov terbuka, memuntahkan udara dingin yang tajam ke wajah Megan. Mereka tidak mendarat di kota yang ramai, melainkan di landasan pacu tersembunyi yang dikelilingi oleh pegunungan Karpatia yang diselimuti salju dan pinus yang membeku. Udara di sini terasa lebih tipis, lebih mematikan.
“Selamat datang di rumah barumu, Megan,” Rommy berbisik di telinganya, mencengkeram sikunya saat mereka menuruni tangga. Di bawah, lusinan pria bersenjata lengkap berbaris dalam formasi kaku, memancarkan disiplin militer yang menakutkan.
Markas itu sendiri tersembunyi. Mereka tidak berjalan ke sebuah bangunan, melainkan ke pintu baja besar yang tersembunyi di lereng gunung. Itu adalah benteng yang nyata, bukan sekadar vila mewah. Megan merasa jantungnya mencelos; ini adalah isolasi total, penjara yang tak terhindarkan.
“Markas ini telah dibangun selama puluhan tahun. Sistem keamanannya tidak tertembus, Megan. Kau dan Axel aman di sini, terlindung dari siapa pun yang ingin mengambil apa yang menjadi milikku,” kata Rommy, menyeringai puas saat pintu baja itu terbuka dengan desisan hidrolik, menampakkan lorong beton yang diterangi cahaya neon.
Axel berjalan di samping Megan, ekspresinya tetap datar, namun tangannya diam-diam meraih tangan Megan. Genggaman itu memberi Megan kekuatan yang ia butuhkan untuk tetap berdiri tegak.
Mereka dibawa melewati labirin koridor, lift berkecepatan tinggi, dan pintu berlapis sidik jari. Akhirnya, mereka tiba di sebuah suite mewah, yang ironisnya, memiliki jendela anti-peluru besar yang menghadap ke pemandangan pegunungan yang indah namun tak dapat dijangkau.
Rommy melepaskan cengkeramannya. “Di sini, kau adalah Ratu. Kau akan mendapatkan segala yang kau butuhkan. Pakaian, perhiasan, makanan terbaik. Kau hanya perlu ingat satu aturan: kau tidak akan meninggalkan kompleks ini, dan kau tidak akan pernah mencoba berkomunikasi dengan dunia luar.”
Megan menatapnya. “Kau tidak akan bisa menahan kami selamanya, Rommy. Orang-orang akan tahu kami menghilang.”
Rommy tertawa, tawa yang dingin dan meremehkan. “Orang-orang? Jose dan Wina sudah diurus. Mereka percaya kau melarikan diri karena rasa bersalah. Dunia luar percaya kau sedang berbulan madu denganku di pulau pribadi yang sangat terpencil. Jejakmu sudah bersih, Megan. Kau hanya ada di sini, bersamaku.”
Ia menoleh pada Axel. “Axel, kau sudah lapar? Di sini ada koki pribadi yang akan memasak apa pun yang kau mau. Aku sudah menyiapkan kejutan untukmu di lantai bawah.”
“Aku ingin melihatnya sekarang,” kata Axel, nadanya terdengar seperti anak manja yang ingin segera melihat mainan barunya. Ini adalah kode: Axel ingin segera mulai bekerja sebagai mata-mata.
“Tentu saja, pewaris kecilku. Kita akan pergi sekarang,” kata Rommy, puas dengan kepatuhan Axel. Ia menoleh ke Megan. “Kau istirahat. Aku akan membawa Axel sebentar. Jangan khawatir, aku akan mengembalikannya sebelum makan malam. Dia akan sangat sibuk, tapi dia harus makan dengan ibunya.”
Megan hanya mengangguk, hatinya dipenuhi teror. Rommy mengambil Axel, membawanya ke inti kekuasaannya, dan kini Megan benar-benar sendirian di dalam sangkar emas ini.
...****************...
Ratusan mil jauhnya, di pusat komando operasional sementara yang baru didirikan Vega di Yunani, suasana tegang terasa nyata. Vega berdiri di depan peta topografi Eropa Timur yang rumit, dikelilingi oleh Zeno dan tim intelijen terbaiknya.
“Hongaria,” ucap Vega, suaranya seperti gerinda baja. “Rommy membawa mereka ke benteng rahasianya di Pegunungan Karpatia. Lokasi yang sangat terisolasi, digunakan untuk transaksi besar yang tidak boleh bocor.”
Zeno menunjuk ke titik merah di peta. “Kami telah memverifikasi koordinat yang dikirim ‘Hacker Cilik.’ Ini adalah area yang sangat dijaga, Tuan. Satu-satunya cara masuk adalah melalui terowongan akses utama atau udara, dan pertahanan udaranya sangat ketat.”
“Kita tidak akan menyerang secara frontal. Itu akan membahayakan Megan dan Axel,” potong Vega tajam. “Rommy pasti sudah mengantisipasi serangan balasan setelah dia menculik mereka. Dia akan menggunakan mereka sebagai perisai.”
Vega menyandarkan tangannya di meja, mencondongkan tubuh ke depan. “Axel sudah mengirimkan sinyal. Dia di dalam. Dia tidak hanya cerdas, dia juga pemberani. Dia mewarisi keberanian ibunya dan kecerdasan Xylos.”
Zeno tersenyum bangga. “Pesan itu sendiri adalah keajaiban teknis, Tuan. Menyematkan data di frekuensi radio navigasi jet? Di usia tujuh tahun? Ini luar biasa.”
“Dia adalah kunci kita,” tegas Vega. “Kita harus mengaktifkan ‘Protokol Anggrek Hitam.’ Operasi Penyelamatan, bukan Perang. Targetnya adalah infiltrasi diam-diam, menjalin kontak dengan Axel, dan mengekstrak mereka berdua tanpa sepengetahuan Rommy.”
Protokol Anggrek Hitam adalah rencana yang sangat tua, dirancang Vega untuk menyelamatkan aset yang paling penting dari markas musuh yang paling dijaga ketat. Itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk persiapan, tetapi mereka tidak punya kemewahan itu.
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan tim infiltrasi?” tanya Vega.
“Jika kita menggunakan tim khusus dari markas Berlin, dua minggu untuk transisi. Tapi kita harus membuat Rommy lengah. Kita harus mengalihkan perhatiannya dari Hongaria,” jawab Zeno.
Vega mengangguk. “Gunakan pasar saham. Lanjutkan perang finansial yang kita mulai, tetapi jangan sentuh aset Rommy di Eropa Timur. Pukul dia di Amerika Latin. Biarkan dia berpikir kita masih fokus pada uang. Sementara itu, kirim tim awal ke perbatasan Hongaria. Mereka harus bersiap untuk menerima instruksi dari dalam.”
Matanya beralih ke layar. “Hubungi semua kontak lama. Saya butuh intelijen tentang tata letak benteng Hongaria, jalur suplai, shift penjaga. Jika Rommy ingin bermain petak umpet, biarkan. Tapi kali ini, saya yang akan menjadi pemburu, dan saya tahu di mana mangsa saya bersembunyi.”
...****************...
Di dalam benteng Rommy, Axel mengikuti ‘ayah tirinya’ itu ke bawah tanah. Suasana di sini lebih dingin, lebih mekanis. Mereka tiba di sebuah ruangan kaca besar yang dipenuhi server berkedip dan monitor canggih. Ini adalah ‘laboratorium’ yang dijanjikan Rommy.
“Bagaimana menurutmu, Axel?” Rommy bertanya, wajahnya berseri-seri. “Ini adalah pusat saraf kerajaanku. Dan sekarang, ini adalah milikmu. Di sini, kau bisa melakukan apa pun. Kau bisa meretas ke mana pun, menganalisis apa pun.”
Axel berjalan ke meja yang penuh dengan perangkat keras terbaru. “Aku bisa menggunakan ini untuk membantumu memantau saham?” tanyanya, berusaha terdengar bersemangat.
“Tentu saja,” jawab Rommy, menggosok tangannya. “Tapi bukan hanya itu. Aku ingin kau mengamati musuh-musuhku. Terutama, King Xylos.”
Rommy menunjuk ke layar besar yang menampilkan skema keamanan rumit dari markas Vega Xylos yang lama. “Dia memiliki sistem yang sangat kuno. Aku ingin kau menemukan celah. Aku ingin kau menanamkan virus tidur di setiap servernya. Kau bisa melakukannya, bukan?”
Axel menoleh, matanya setajam elang, menatap Rommy. “Ya, Ayah. Aku bisa melakukannya. Tapi aku butuh akses penuh ke jaringanmu. Aku harus mempelajari sistem pertahananmu dulu, agar tidak terjadi kesalahan saat aku meretas yang lain.”
Rommy tertawa bangga. “Tentu saja. Akses penuh. Kau adalah satu-satunya yang kupercaya dengan kunci-kunci ini, Axel. Tapi ingat, setiap data yang kau ambil, setiap kode yang kau tulis, akan dipantau olehku. Loyalitasmu adalah segalanya.”
Axel mengangguk, senyum tipis terukir di bibirnya. Rommy baru saja memberinya kunci ke seluruh benteng, memberinya akses ke sistem yang harus ia serang. Ini jauh lebih mudah dari yang ia duga.
“Aku akan mulai sekarang, Ayah,” kata Axel.
Rommy menepuk bahu Axel dengan kekuatan yang berlebihan. “Itu anakku. Bekerjalah dengan baik. Ingat, masa depanmu dan ibumu bergantung pada kemenangan kita atas Vega Xylos.”
Setelah Rommy pergi, Axel duduk di depan konsol utama. Tangannya yang kecil bergerak cepat di atas keyboard. Pertama, dia harus membersihkan jejak digital yang baru saja dia kirim ke Vega, memastikan Rommy tidak pernah menemukan kartu memori nano itu. Kedua, dia harus menemukan sistem komunikasi yang aman, tersembunyi jauh di dalam labirin server ini, untuk menghubungi Vega lagi.
Axel memejamkan mata sejenak, merasakan getaran kekuasaan di sekitarnya. Dia berada di sarang musuh, tetapi dia tidak takut. Dia memiliki misi yang harus diselesaikan.
...****************...
Malam itu, Megan terbaring di tempat tidur mewahnya, memeluk Axel yang pura-pura tidur. Cahaya bulan masuk melalui jendela anti-peluru.
“Axel, apakah kau baik-baik saja?” bisik Megan, air mata menggenang di matanya.
Axel membuka matanya sedikit. “Aku aman, Mama. Rommy memberiku semua yang aku butuhkan untuk ‘membantunya.’ Dia tidak tahu dia baru saja memberiku akses untuk menghancurkannya.”
Megan terkejut dengan nada percaya diri putranya. “Bagaimana dengan… pesanmu?”
“Tanda tangan itu sudah dikirimkan dan dibaca, Mama. Aku yakin itu. Sekarang, tugas kita adalah menunggu,” jawab Axel. Ia menarik napas dalam-dalam. “Aku sudah menemukan peta digital benteng ini. Aku butuh waktu untuk mempelajari celah keamanannya. Aku akan menjadi mata King Xylos di dalam sini.”
Megan menahan napas. Putranya, yang seharusnya bermain dengan mainan, kini menjadi mata-mata dalam perang mafia yang brutal. Dia adalah kepingan catur terpenting dalam permainan mematikan ini.
“Tapi jika Rommy tahu kau menghubungi dia…” Megan tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
Axel menyandarkan kepalanya ke dada ibunya. “Dia tidak akan tahu. Aku akan menggunakan sistem yang sama yang dia gunakan untuk memata-matai King Xylos. Aku akan membalikkan kejeniusannya melawan dirinya sendiri. Sekarang, Mama, kau harus kuat. Kau harus berpura-pura jatuh cinta pada sangkar emas ini. Kau harus meyakinkan Rommy bahwa kau telah pasrah. Itu akan membuat King Xylos punya waktu untuk datang menjemput kita.”
Megan memeluk putranya erat-erat. Ia telah kehilangan kebebasannya, tetapi ia mendapatkan kembali semangat juangnya, berkat seorang bocah tujuh tahun yang baru saja menjadi pewaris sejati King Mafia.
Di markas Vega, sebuah pesan terenkripsi tingkat tinggi baru saja diterima. Isinya hanya dua kata, dikirim melalui saluran yang sama yang digunakan Axel:
"Aku siaga."
Vega memandang pesan itu. “Zeno, berikan kode respons ‘Anggrek Hitam: Fase Satu.’ Perburuan dimulai.”