NovelToon NovelToon
Takdir Sang Penakluk Hati

Takdir Sang Penakluk Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:618
Nilai: 5
Nama Author: Nocturne_Ink

Lin Chen hanyalah siswa biasa yang ingin hidup tenang di Akademi S-Kelas di Tiongkok. Namun, kedatangan Wei Zhiling, teman masa kecilnya yang cantik dan pewaris keluarga terkenal, membuat hidupnya kacau. Meskipun berusaha menghindar, Lin Chen malah menjadi pusat perhatian gadis-gadis berbakat di akademi. Bisakah ia menjalani kehidupan sekolah normal, atau takdirnya selalu membuatnya terjebak dalam situasi luar biasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Keciduk Sedang Berganti Pakaian

Sekolah Swasta Tiankai Academy.

Sekolah ini merupakan lembaga pendidikan gabungan SMP dan SMA yang didirikan oleh Tiankai Group, sebuah konglomerat besar ternama di China. Baru berdiri sekitar sepuluh tahun, sekolah ini menaruh perhatian besar pada bidang olahraga, pendidikan tinggi, serta seni pertunjukan.

Seberapa serius mereka dalam hal ini?

Akan lebih mudah jika dijelaskan melalui fasilitas klub olahraganya.

Pertama-tama, klub basket, sepak bola, rugby, dan softball, masing-masing memiliki lapangan sendiri. Termasuk lapangan umum, total ada lima lapangan di sekolah ini. Jumlah yang tidak wajar untuk ukuran sekolah. Para siswa dari sekolah lain yang datang bertanding sering kali terdiam dan kagum ketika melihatnya, ini adalah salah satu “pengalaman Tiankai” yang terkenal.

Sekolah ini memiliki empat gedung olahraga (gymnasium). Klub voli, basket, dan tari masing-masing menempati gedung sendiri, sementara satu gedung lagi digunakan secara umum.

Ada juga arena tiga lantai: lantai pertama untuk klub Wushu, lantai kedua untuk Shuai Jiao, dan lantai ketiga untuk Jian Shu.

Selain itu, tersedia pusat pelatihan, kolam renang, serta kafetaria khusus atlet tempat mereka bisa meminum protein sesuka hati. … Yah, jujur saja, aku mulai lelah menjelaskannya. Pokoknya, semua fasilitas itu benar-benar lengkap. Semoga kau mengerti betapa seriusnya upaya mereka dalam membangun sekolah ini. Tentu saja, departemen kebudayaan dan sistem akademiknya pun tak kalah diperhatikan.

Sekarang—

Jumlah siswa SMA Tiankai sekitar 1.200 orang.

Tiap angkatan terdiri atas 10 kelas.

Di setiap kelas, ada sekitar 5 hingga 10 “siswa istimewa.”

Secara keseluruhan, dari 1.200 siswa, sekitar 150 orang atau sedikit lebih dari 10% terdaftar sebagai “siswa spesial” dalam berbagai bidang.

Mereka inilah penguasa sejati sekolah. Para guru dan staf memberi mereka perlakuan istimewa, bahkan kurikulum sekolah dirancang dengan mereka sebagai pusatnya.

Sementara itu, 90% siswa lainnya hanya bisa berusaha mencari muka atau berlindung di bawah bayang-bayang para siswa istimewa itu.

Namun, selama para siswa biasa “berperilaku baik”, hal itu tidak menjadi masalah besar. Jangan melawan yang kuat, jangan terseret masalah, dan hiduplah dengan tenang.

Sebagian besar siswa tampak menerima keadaan itu dengan santai.

Hingga suatu hari di bulan Juni.

Seluruh siswa berkumpul di aula besar di bawah langit mendung, menandakan musim hujan akan segera tiba. Hari itu diadakan upacara bulanan yang rutin digelar setiap Senin pertama.

Di atas panggung berdiri seorang pria tua mengenakan setelan jas.

Rambut peraknya disisir rapi ke belakang, memperlihatkan kesan elegan dan berwibawa. Kumis putihnya menambah karisma, sementara sorot matanya tajam seperti elang yang sedang mencari mangsa.

Dialah Wei Taizhong, ketua besar Tiankai Group dan kakek dari Wei Zhiling.

“Dunia ini tidaklah—setara.”

Ucapannya bergema tegas.

Kalimat itu sudah menjadi pembuka khas setiap pidato yang ia sampaikan.

"Yang kuat akan mendapat ganjaran, yang lemah tidak. Begitulah hukum alam. Yang lemah tampak kuat, dan yang kuat bisa tampak lemah. Namun, yang menang tetaplah pemenang. Kebenaran semacam ini dilarang diucapkan di masyarakat, tapi aku akan mengatakannya. Aku tidak ingin kalian menjadi pecundang. Demi masa depan China, aku akan membesarkan para pemenang. Itulah tugasku, dan itulah misi sekolah ini.”

Aku hanya bisa mengangguk dalam hati.

Sekolah yang melahirkan para pemenang… ya, masuk akal. Karena cucumu jelas salah satunya. Gadis itu memelihara rasa angkuhnya setiap hari. Sejak awal, dia memang tidak pernah bisa kalah, kan? Padahal dia sempat dipermalukan oleh pengisi suara baru yang diremehkannya sebagai “bakat murahan”. Tapi selama dia hanya mengingat kemenangannya, dia tetap merasa sebagai pemenang sejati.

“Untuk menumbuhkan kesadaran dan semangat para siswa istimewa, kami akan membagikan ‘lencana siswa spesial’ kepada mereka.”

Suasana tenang di aula sedikit bergetar mendengar “titah” dari sang kaisar sekolah itu.

Namun, para siswa di sekitarku tidak terlalu bereaksi. Hanya beberapa yang bergumam, “Oh begitu.” Tidak ada yang heboh karena hanya sekadar lencana. Sebagian malah menganggapnya keren.

Namun...

'Aku punya firasat buruk tentang ini.'

Entah kenapa, hatiku merasa gelisah. Memang, sejak dulu sudah ada jarak antara siswa biasa dan siswa spesial, tapi kali ini rasanya berbeda. Sesuatu terasa janggal, meski aku belum bisa menjelaskannya secara konkret.

Sang direktur melanjutkan,

“Untuk penjelasan lebih rinci, saya serahkan kepada pengurus OSIS yang mencetuskan ide ini, Wei Zhiling.”

Nama babi itu dipanggil.

Dengan gaya percaya diri, Zhiling melangkah ke podium. Melihat wajah sombongnya, rasa khawatirku semakin kuat.

Kenapa dia yang maju sebagai perwakilan OSIS?

Bagaimana dengan ketua OSIS yang seharusnya?

Sang direktur menyerahkan mikrofon padanya. Tatapan tajamnya yang sebelumnya seperti elang berubah lembut seketika. Benarlah pepatah yang mengatakan: “Ogre pun bisa jadi malaikat di depan cucunya.” Sebagai teman masa kecilnya, aku tahu betul, kakeknya memang penyayang cucu yang parah.

Zhiling mengangkat jari kelingking saat berbicara ke mikrofon.

“Ehem. Aku Wei Zhiling dari OSIS. Seperti yang sudah disampaikan Direktur—eh, Kakek—siswa spesial akan diberikan lencana emas berbentuk lambang sekolah. Mohon selalu dipakai di lingkungan sekolah agar kalian merasa lebih bangga dan bertanggung jawab sebagai siswa istimewa!”

Suaranya lembut, jelas, dan penuh pesona khas seorang idol pengisi suara. Para siswa mendengarkan dengan antusias. Kalau tidak ada guru di sini, mungkin mereka sudah bersorak memanggil “Princess Zhiling!” lagi. Meskipun penampilannya di acara bulan lalu memalukan, popularitasnya ternyata belum surut.

“Selain itu, siswa lain juga akan mendapat lencana perak. Maknanya adalah: ‘Semoga berhasil agar bisa menjadi emas!’ Di Tiankai Academy, ada sistem yang memungkinkan siswa biasa naik menjadi siswa istimewa di tengah tahun. Jadi, berusahalah dalam akademik, klub, dan kegiatan lainnya agar tidak kalah dengan mereka!”

Beberapa siswa tampak mengangguk. Sepertinya mereka menerima ide itu dengan baik, bahkan mungkin termotivasi untuk menjadi siswa spesial.

Sekilas tampak tak ada yang salah. Tapi...

Tidak. Ini buruk.

Sangat buruk.

"Terakhir, ini permintaan dari OSIS. Mohon perlakukan siswa yang mengenakan lencana emas dengan hormat. Mereka adalah aset penting sekolah ini. Beri mereka prioritas dan hormat di mana pun.”

“Tentu saja tidak dipaksa, ya!” Tambahnya sambil tersenyum manis.

Zhiling menyerahkan kembali mikrofon dan turun dari panggung dengan gaya anggun. Tatapannya sempat tertuju padaku. Teman di sebelahku berseru, “Uwah, mataku bertemu dengan Zhiling!” sambil kegirangan. Aku sendiri tetap datar. Melihat reaksiku, Zhiling menatapku dengan senyum kecil penuh makna, lalu mengedipkan mata sambil berkata pelan, “Bacchan☆.”

Hah? Serius? Tolong hentikan, mataku rasanya busuk mendadak.

"P-Princess Zhiling mengedip padaku…”

Temanku bahkan jatuh berlutut karena terlalu bahagia. Sementara aku merasa mual.

Aku perlu ke ruang UKS setelah ini…

Setelah upacara selesai, para siswa mulai keluar dari aula.

Aku meninggalkan barisan kelas 1 dan berjalan ke UKS tanpa menunggu wali kelasku yang botak itu. Ia tidak berkata apa pun, mungkin memang tidak peduli.

Lorong sekolah terasa sepi.

Hanya terdengar suara langkah kakiku menapak lantai. Suara itu entah kenapa terasa menenangkan, membuat suasana hatiku sedikit membaik.

Aku mengetuk pelan pintu UKS dan membukanya.

Dan di sana...

“Kyaa!”

Sebuah teriakan kecil terdengar, disertai pemandangan yang membuat jantung berhenti sejenak.

Hitam.

Pakaian dalam berwarna hitam.

Lace hitam membungkus lekuk tubuhnya yang menonjol sempurna, dengan sulaman halus berpola kupu-kupu yang tampak menari di bawah sinar matahari yang menembus tirai. Pemandangan yang terasa begitu indah… dan terlalu nyata untuk ruangan yang beraroma obat-obatan.

Seorang gadis sedang berganti pakaian.

Dia bukan guru UKS, tapi seorang siswi, masih mengenakan rok seragam dan tights, sepertinya sedang hendak memakai blusnya ketika aku membuka pintu.

Dengan cepat, ia menutupi dadanya dan menatap tajam ke arahku.

"Balikkan badanmu.”

Suaranya tegas. Ia tak tampak panik meski baru saja dilihat orang lain saat berganti baju. Hanya saja ujung suaranya sedikit bergetar, ada kelemahan yang ia sembunyikan di balik keberaniannya.

"Maaf.”

Aku langsung menunduk dan membalikkan badan. Terdengar suara kain bergesekan, dan aku berpikir apakah sebaiknya aku langsung pergi. Tapi kalau pergi begitu saja, bukankah akan menimbulkan salah paham? Mungkin itu juga alasan kenapa dia tidak menyuruhku keluar.

Tak lama kemudian, suara gesekan berhenti.

“Sudah. Kau boleh menoleh.”

Aku menatapnya, kini ia sudah mengenakan seragam lengkap dengan blazer rapi.

Warna pita di dadanya menandakan bahwa ia siswa kelas tiga. Tapi aku tahu siapa dia. Hampir semua orang di sekolah ini mengenalnya, ia adalah siswi paling terkenal setelah Zhiling.

Gadis berdarah campuran Skandinavia dengan rambut perak panjang dan mata biru jernih.

Ia masuk sekolah dengan nilai tertinggi dan tetap berada di puncak hingga kini. Bahkan, di luar sekolah, ia sudah mendirikan bisnisnya sendiri.

Dialah Su Qingya.

Presiden OSIS Tiankai Academy dan salah satu jenius sejati di sekolah ini.

“Kau dikeluarkan,”

ucapnya datar, sejuk seperti namanya.

“Kau pikir bisa lolos begitu saja setelah melihat kulitku?”

“…”

Hei, tunggu.

Aku khawatirkan sistem lencana tadi, tapi sekarang malah terancam kehilangan status siswa—!?

[BERSAMBUNG]

1
🟡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ 【≛PATRICK>⃟🌐】
Hati-hati kalo keseringan pake "—" di kira AI/Blackmoon//Pray/
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Yups. Sering banget di ingetin begini. Memang lebih baik menggunakan tanda baca seperti (.) (,) (:) (;)
total 1 replies
🟡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ 【≛PATRICK>⃟🌐】
Nak bikin novel juga, tapi mager banget pas nulis/Scream/
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Penyakit itu mah klo mager 🙂‍↔️
total 5 replies
my story
betul tuh,harta mu harta ku,uang mu uang ku ibaratnya kan gitu
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Salah dong kak. Kan mereka hanya sebatas teman masa kecil aja. Bukan pasangan juga mereka.
total 1 replies
my story
lah baru aja baca udah ada kata aku benci🤣🤣🤭
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Aseekk, ada dua orang yang bilang begitu 🤣🤣
total 1 replies
𝗔𝗹𝘄𝗮𝘆𝘀 𝗬𝗼𝘂'𝗛 <𝟯
my kisah/Doge/
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Sama-sama kak. Mari semangat 💪
total 9 replies
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS)
mau dirundungkah?
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Mencoba percaya diri uy
total 1 replies
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS)
maksa kau dekkk😡
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Namanya juga cewek 🤭
total 1 replies
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS)
baru masuk dah saling benci ga tuh🗿
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Tau mahkluk bernama cewek? Kalau tau pasti ngerti 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!