NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

"Ai, sudah nyampek." Zian merasa perlu untuk memberitahukan Aira, saat mobil sudah berhenti di depan halaman rumah kost--yang ditempati Aira bersama Yumna-- karena wanita berparas ayu itu sibuk dengan gawainya selama dalam mobil. Tepatnya setelah mengantar Diandra ke kafe.

Zian tak mengusiknya sama sekali, tak mengajaknya bicara apalagi bertanya ia sedang berbalas pesan dengan siapa.

Lelaki itu sangat menghargai privasi orang lain. Apalagi sahabatnya sendiri.

"Iya." Aira sadar kalau mobil sudah berhenti. Namun, ia masih menyelesaikan ketikannya. Membalas cat dari Prima.

"Makasih ya, udah antar aku sampai rumah," ujarnya sambil mengulas senyum.

"Kalau belum selesai, kelarin aja dulu. Gue tunggu," kata Zian, melihat Aira yang bicara sambil sesekali melihat layar ponsel.

"Udah kok. Dan bukan hal yang urgen juga. Ini chat dari Prima," katanya. Ia memberitahukan tanpa diminta.

"Gue tau," ujar Zian cepat. Dengan ujung matanya, Zian bisa melihat dengan jelas nama Prima di layar ponsel Aira. Bisa dipastikan kalau lelaki itulah yang sedang berbalas pesan dengan gadis ayu tersebut.

Aira tersenyum kecil sambil membuka seatbeltnya.

"Tunggu, Kak." Zian bergegas turun lebih dulu, tentu saja untuk membukakan pintu.

"Aku bisa sendiri kok, Zian. Lain kali gak usah kayak gini," ujar Aira halus. Ia ucapkan hal itu setelah turun dari mobil dan berdiri di dekat Zian.

Aira bukan merasa risih dengan perlakuan manis dari Zian. Justru dia sangat merasa tersanjung, seakan dihargai begitu tinggi. Hanya saja ia takut ketagihan, dan merasa kehilangan saat hal itu tak lagi bisa didapatkan. Bagaimana pun hubungan mereka saat ini hanyalah sekedar persahabatan.

Penting untuk tetap diingat. Hanya sekedar sahabat.

Zian hanya diam, tak mengiyakan juga tak menyatakan penolakan. Bahkan,

"Ada tamu ya." Tatapan lelaki itu mengarah pada mobil lain yang terparkir di halaman.

Aira juga melihat ada seorang pria yang sedang duduk di teras rumahnya seorang diri.

"Iya."

"Siapa? Prima?" tebak Zian.

"Gak tau. Tapi, kayaknya bukan. Prima gak tau alamat rumah ini."

"Oh kirain udah saling mengunjungi," cibir Zian, yang hanya ditanggapi oleh Aira dengan senyuman tipis.

"Yuk masuk, gue temenin."

Tanpa persetujuan Aira, Zian mengayun langkahnya lebih dulu ke teras rumah. Aira mengekor di belakangnya.

Duduk di teras seorang lelaki tampan, postur tubuhnya gagah, tatapannya tajam. Ia segera berdiri begitu melihat ada orang datang.

"Cari siapa, Mas?" tanya Zian setelah sempat menatap Aira, dan gadis itu menampakkan ekspresi tidak kenal.

Belum sempat lelaki itu menjawab, dari dalam rumah keluar seorang gadis manis menyapa," Zian, kak Aira!"

"Dira."

"Iya. Aku dapat kunci rumahnya dari Yumna. Katanya disuruh langsung masuk aja."

"Oh iya. Gak papa." Aira tersenyum lalu memberi isyarat pada Dira tentang lelaki di depannya.

"Ini Aga. Dia..."

Dira tak melanjutkan penjelasannya.

"Saya supirnya." Aga sendiri yang menjelaskan. Melihat Dira yang sepertinya tak enak hati untuk memberitahukan.

"Supir." Zian tampak tak begitu percaya. Lelaki itu masih muda, gagah. Mungkin sepantaran Dira. Meski tampilannya casual, tapi rasanya kurang pantas untuk disebut supir saja.

"Sebenarnya, Aga teman kuliahku dulu, Zian."

"Iya. Tapi sekarang saya mendapat pekerjaan dari ayahnya mbak Dira untuk jadi supirnya." Aga melengkapi keterangan Dira. Sepertinya dia type lelaki yang jujur dan apa adanya.

Dira memang anak tunggal. Berasal dari keluarga kaya. Ayahnya pengusaha mebel yang cukup terkenal di kota ini. Wajar saja jika ia menunjuk seorang yang dipercaya sebagai supir pribadi untuk putrinya.

"Masuk saja, Mas. Tunggu di dalam. Nona majikanmu kalau bertamu ke sini pasti lama," kata Aira pada Aga.

"Biasanya edisi curhat," celetuk Zian.

"Kamu memang paling tahu aku, Zian," ucap Dira dengan seutas senyum menawan.

"Gak apa-apa, Mbak, saya tunggu di sini." Aga sepertinya lebih nyaman menunggu di teras.

"Gue balik kantor, Kak," pamit Zian.

"Buru-buru amat, Zian. Gak ngobrol dulu?" Dira yang menawarkan.

"Gue ada janji sama bapak mertua," kata Zian sambil tergelak. Setengah jam lagi dia memang diminta untuk menemui Handoko ke ruang kerjanya. Lelaki itu harus berburu waktu jangan sampai terlambat.

"Iya, Makasih ya, Hati-hati di jalan," ucap Aira pada Zian.

"Iyak." Usai menjawab singkat lelaki itu berbalik dan kembali ke mobil dengan langkah cepat.

****

"Tebakan Zian benar 'kan?" Aira duduk di samping Dira yang sedang tiduran santai di sofa. Gadis manis legit yang seperti kue lapis itu terlihat membuka-buka majalah dengan enggan. Jelas kalau ia tak sedang ingin membaca.

"Tebakan yang mana?"

"Kamu kesini mau curhat."

Dira diam sejenak.

"Buka usaha bareng yuk, kak." Gadis manis itu lalu duduk. Sekilas tatapannya memancarkan semangat, seusai redup seperti lampu kehilangan daya.

"Usaha apa?"

"Butik."

Aira terdiam, tak segera menjawab. Gadis itu memang selain punya kemampuan menulis, juga bisa mendesain dan membuat baju-baju muslimah yang cantik. Hanya saja untuk saat ini, kemampuan menulis lah yang lebih ia kembangkan.

"Kenapa tiba-tiba terpikir pingin buka usaha?"

Aira tahu, selama ini Dira dilarang bekerja oleh ayahnya. Gadis manis itu disuruh duduk-duduk santai saja sambil menghabiskan uang sang ayah. Enak banget bukan menjadi seorang Nadira Ayu.

"Biar lebih banyak sibuk di luar. Malas ketemu ayah dan ibu."

"Tumben." Aira tergelak.

Ayah dan ibu Dira adalah sepasang suami istri yang baik, ramah dan pengertian menurut Aira. Mereka sangat menyayangi putri tunggalnya. Begitu pun Dira.

"Cerita aja ada apa?"

Aira menatap serius.

"Masa mereka mau menjodohkan aku, kak."

"Dengan siapa?"

"Dengan pilihan mereka. Dan aku gak suka."

"Udah kenal pada laki-laki pilihan mereka?"

"Ya belum sih. Tapi aku gak mau dijodoh-jodohin. Aku sudah punya pilihan sendiri."

"Kamu tinggal bilang hal itu pada mereka," saran Aira dengan raut serius.

"Iya, kalau mereka mengerti," gerutu Dira dengan bibir dimajukan satu setengah centi.

"Kan belum dicoba, kok udah suudzon saja pada ayah dan ibu."

Dira terdiam, seperti baru tercerahkan. Dan akhirnya mengangguk, menyetujui saran Aira.

"Tapi, perkara buka usaha bersama aku serius, kak. Aku capek cuma diam terus di rumah."

"Kalau kamu serius, kita bicarakan lebih lanjut. Tapi sekarang aku mau bersiap dulu."

"Ke acara talk show ustadz Raizan Khalif?"

"Hmmm." Aira tersenyum seraya bangkit.

"Ustadz Raizan itu cocok banget lho sama kak Aira."

"Cocok apanya?"

"Jadi pasangan."

"Ngaco." Aira mengibaskan tangannya lembut.

"Serius. Yumna juga bilang begitu. Dia malah bilang berdebar saat liat ustadz Raizan pertama kali. Tapi, sosok seindah itu katanya lebih cocok dengan kak Aira yang lembut dan kalem. Pas untuk seorang figur ustadzah."

"Ada-ada saja kalian ini." Aira menanggapi dengan santai.

"Loh ini serius, Kak."

Aira hanya tersenyum dan terus masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Waktunya masih kurang dua jam. Tapi, gadis itu merasa harus menyiapkan semuanya lebih awal.

1
Ria Diana Santi
Mengapa begini? Kirain lah lah...
Ria Diana Santi
Anakku ikut ambil peran juga ternyata
Ria Diana Santi
Ihhh buntut banget ini mah penampakan begitu...
Ria Diana Santi
Ngakak parah ihhh dasar Yumna. Kak Nofi banget ini mah
Ria Diana Santi
Ca ilehhh ini mah kak Ay banget dialognya... menurut ku sih
Ria Diana Santi
Cie perhatian banget si Aga ini... so sweet
Ria Diana Santi
Ca ilehhh kembang kempis tuh kumisnya Zian yang asli...
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
Ayuwidia
apa tuch yang bikin seneng?
Najwa Aini: Makan bareng
total 1 replies
Ayuwidia
Jangan-jangan yg dijodohkan sama Zian adalah Aira. Kalau benar bakal so sweet banget
Ayuwidia: Hiyaaaaaa
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!