Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Bekerja
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Bening merasakan semangat yang berkobar. Semangat itu bahkan membuatnya susah tidur tadi malam. Ia sudah memilih baju, tas, sepatu, dan aksesoris yang akan dipakai besok.
Jam menunjukkan pukul 05.45 WIB. Ia sudah bangun dan bergegas keluar dari kamarnya untuk ke lantai bawah. Bening melihat kamar Segara yang masih tertutup rapat. Ingin mengintip, namun tak ada celah di sana. Sejak makan pagi kemarin, ia belum juga melihat Segara. Pria itu sangat sibuk di kantornya sampai-sampai Bening tidak tahu kapan ia pulang.
Bening memusatkan niat awalnya. Ia melemparkan pandangan dari pintu kamar Segara untuk berjalan lurus ke depan, menuruni anak tangga dengan antusias.
Sesampainya di dapur, Bening membuka kulkas besar dan canggih itu. Ia termenung di depan kulkas karena bimbang harus memasak apa hari ini.
Akhirnya Bening memutuskan memasak makanan rumahan. Ia mengambil beberapa potong dada ayam dan juga telur. Ia melihat keranjang sayuran yang tersedia. Sayuran itu selalu segar karena disiapkan oleh pekerja rumah tangga istri supir pribadinya yang tinggal di belakang mansion mereka. Bening mengambil dua timun, bayam merah, tomat, dan brokoli. Tidak lupa cabe merah meronanya juga.
Lalapan ayam dan sambal penyet olahannya sudah tersedia di meja. Kali pertama meja makan mansion Segara terhidang makanan rumahan sederhana itu. Namun bagi Bening, itu adalah makanan yang membuat nasi lekas habis.
Segara datang dan melongo melihat hasil pekerjaan istrinya. Bening baru menyadari kedatangan Segara lalu segera menyapanya.
“Pak Segara, Bening meminjam dapurmu. Apa Bapak mau makan juga?”
“Tidak, aku akan mengolah sarapan sendiri,” balas Segara.
“Syukurlah, porsinya jadi tidak berkurang,” gumam Bening, membuat Segara hanya mengernyitkan dahi.
Bening menyantap makanannya dengan nikmat, menghiraukan Segara yang sedang memasak. Ia terlalu sibuk mengunyah karena sudah lama tidak makan masakan rumahan seperti itu.
“Pak, pekerja di sini mengapa jarang terlihat? Bahkan sayuran ini sudah berganti segar lagi, namun Bening tidak melihat siapapun di sekitar sini sejak kemarin.”
“Aku tidak suka diganggu. Mereka bekerja ketika aku sedang tidur atau masih tidur,” balas Segara, masih sibuk memasak.
“Oh, jadi itu sebabnya Pak Segara selalu memasak sendiri,” imbuh Bening. Segara menganggukkan kepala.
Segara menyiapkan satu piring berisi omelet dan potongan daging buah alpukat. Melihat menu sarapan suaminya, Bening mengangkat alis.
‘Makan seperti itu apa bisa kenyang sampai jam makan siang? Orang kaya dan punya mindset kaya memang beda. Peduli dengan kesehatan sekali,’ batin Bening menggosip suaminya bersama isi otaknya.
Satu meja makan, namun beda selera. Satu atap, namun beda dunia. Ya, cocok sekali menggambarkan dua pasangan suami istri ini. Memiliki emosional dan mental berbeda, seolah hidup di dimensi yang berbeda.
Bening sudah selesai dengan makanannya. Ia beranjak pergi dan kembali membawa pena serta kertas kecil berwarna biru. Segara menyaksikan kegiatan Bening dengan pandangan heran.
“Karena di rumah ini kita memiliki selera berbeda, maka isi kulkas juga harus ada bahan untuk Bening bereksplorasi dengan makanan rumahan. Pekerja di sini harus menyiapkan tempe, tahu, terong, terasi, oh ya, kubis putih. Kubis putih digoreng enak sekali,” kata Bening asyik bermonolog sambil menulis catatannya.
Tanpa suara, Segara hanya memperhatikannya sambil tersenyum kecil. Ia memang tidak pernah menyuruh pekerja rumah menyiapkan bahan makanan yang disebut Bening. Selain jarang pulang, ia juga tidak berniat memasak dengan bahan-bahan itu.
Bening menyelesaikan catatannya dan menempelkannya di atas meja agar dapat dibaca oleh pekerja mansion yang akan datang nanti.
“Baiklah, Bening ingin siap-siap untuk bekerja. Duluan, Pak,” kata Bening lalu melengos pergi.
“Apa aku setua itu?” gumam Segara kemudian.
...🌽🌽🌽...
Bening sudah sampai di kantor tempatnya memulai aktivitas barunya. Menjadi jurnalis seperti yang dicita-citakannya sejak dulu: hasrat mencari kebenaran, keinginan berbagi informasi, dan tantangan dalam profesi dinamis. Hal itu membuat Bening memperjuangkan cita-citanya.
Dengan setelan baju berwarna ungu pastel, ia berjalan penuh percaya diri dan menyapa semua orang yang baru dikenalnya di sana. Bening memasuki ruang redaktur.
“Halo, saya bisa memanggilmu apa?” tanya seorang redaktur wanita berusia sekitar 30 tahun, sepertinya berketurunan Chinese.
“Halo, Ibu bisa memanggil saya Bening saja,” jawab Bening.
“Baik, Bening. Saya selaku redaktur, nama saya Cheng Li. Hari ini kamu resmi menjadi pegawai perusahaan Citra Media. Saya harap kamu bisa memberikan kontribusi baik bagi perusahaan. Saya belum bisa banyak berharap dengan kemampuanmu yang datang tanpa pengalaman ini, jadi saya akan memberikan tugas untuk mengembangkan keterampilan dasar. Kamu bisa mulai menulis berita singkat mengenai peristiwa lokal atau yang sedang hangat dibicarakan,” jelas Cheng Li.
“Baik, Bu,” balas Bening sambil mengangguk.
“Jika tidak ada pertanyaan lagi, kamu bisa mulai bekerja.”
“Sudah cukup jelas, saya akan memulai pekerjaan dengan baik,” ujar Bening.
“Baik, silakan.”
Bening meninggalkan ruang redaktur dengan hati sedikit ciut. Namun melihat orang-orang di sana yang memperhatikannya dengan senyuman manis, membuatnya lupa permasalahan tadi.
“Hey, lo yang namanya Bening, kan?” tanya seorang wanita sebaya Bening.
“Iya,” balas Bening.
Wanita itu berdiri berbalik di hadapan rekan-rekan di sana. Ia menarik lengan Bening untuk berdiri di sampingnya.
“Guys, kenalin ini rekan baru kita,” katanya memperkenalkan Bening yang tersipu saat dilihat seluruh rekan kerja.
“Hai, namaku Laut Bening Xhabiru, kalian bisa memanggilku Bening,” kata Bening.
“Hai Bening,” ujar semua orang menyapanya.
“Ini tempat dudukmu,” arah wanita itu lagi.
“Oh, terima kasih.” Bening segera duduk di kursi.
“Kenalin, nama gue Fola,” ucap Fola memperkenalkan diri.
“Oh iya, terima kasih, Fola,” kata Bening.
“Kalau ada apa-apa, lo bisa tanya ke gue,” kata Fola.
“Terima kasih,” balas Bening lagi.
Bening menatap komputer, mengingat ucapan redaktur membuatnya sedikit goyah dengan semangatnya. Memang benar ia baru lulus kuliah dan belum memiliki pengalaman sebagai jurnalis.
‘Tapi gue nggak boleh ciut. Gue harus buktikan kalau gue juga bisa jadi jurnalis hebat,’ batinnya sebelum mantap menyalakan komputer.
...🥝🥝🥝...
bab ini sangat pendek sedikit😁
ok thax u🙏
karya mu sangat bagus thor,
ga gersang
bening²😆
berani negur segara langsung😅
tapi segara masih cuek guys😂
thx u thor 🙏