Kembar, Cinta Dan Pilihan

Seorang petugas keamanan segera membuka pintu gerbang saat melihat mobil Rendra berhenti di depan pintu gerbang utama. Laki-laki yang sudah cukup lama bekerja di rumah keluarga Ananta itu, mempersilahkan Rendera masuk ke halaman rumah.

Lagi-lagi Anna dibuat kagum saat melihat kediaman orang tua Ananta. Mungkin saja, luas kamar di rumah ini, setara dengan luas rumah orang tuanya. Benar-benar gadis beruntung. Walau begitu, gadis itu berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja. Toh, saat ini dirinya adalah putri dari pemilik rumah ini.

Meskipun tidak banyak, ia sudah mengetahui bahwa pemilik rumah ini adalah ayahnya. Yang artinya, sang ibu tiri hanyalah wanita yang dibawa oleh ayahnya untuk tinggal di sini. Yah, meski wanita itu juga merupakan putri seorang pengusaha kaya raya.

Kalau yang ada di dalam sana hanyalah ibu tiri, terus di mana ibu kandung Ananta? Apakah sudah meninggal? Benar-benar sial karena lagi-lagi ia lupa menelpon dan bertanya tentang kedua orang tua gadis itu.

Sepasang suami istri dan seorang gadis sudah berdiri di ambang pintu utama sebelum mereka mengetuk nya. Laki-laki paruh baya yang terlihat begitu hangat, segera mempersilakan mereka masuk. Rendra meraih tangan Anna, dan membawa istrinya itu masuk ke dalam rumah utama.

Anna merasa sedih di dalam hatinya. Walaupun laki-laki paruh baya itu terlihat begitu hangat menyambut kedatangan mereka, tapi masih belum bisa dibandingkan dengan ayahnya. Hatinya tiba-tiba merindukan laki-laki tua yang sudah tiga hari ini ia tinggalkan. Tapi tunggu, laki-laki paruh baya ini terlihat tidak asing di ingatannya. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Di hotel Raksa kah? Ya Tuhan, habislah dia. Benar, dia pernah melihat wajah ini, tapi dia lupa dimana.

Melihat istrinya yang terus diam, Rendra semakin mengerat kan genggaman tangannya. Laki-laki itu sama sekali tidak peduli dengan tatapan tidak suka dari ibu dan adik tiri Ananta. Seperti biasa mereka berkunjung ke rumah ini, walau pun ia tidak mencintai Ananta, ia tetap menjaga agar istrinya ini tidak kehilangan muka di hadapan ibu dan adik tiri nya.

“Sepertinya sudah sedikit terlambat untuk sarapan. Jadi, kita langsung ke dapur saja, Mir.” Ujar laki-laki paruh baya saat mereka memasuki ruang keluarga. “Ayo duduk. Kita semua punya kesibukan, jadi tidak

Mami mengangguk mengiyakan ajakan dari sahabat sekaligus besan nya itu. Apakah rumah milik keluarga Raksa juga seperti ini? Ya Tuhan, beruntung selama ini ia tidak pernah menganggap serius ajakan nikah dari Raksa. Bayangkan saja, bagaimana ia akan percaya diri jika dapur orang kaya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan ruang tamu rumahnya. Dan beruntung, selama ini ia selalu menolak ketika Raksa mengajaknya untuk mengunjung orang tua laki-laki itu.

“Makan, sayang.” Mami meletakkan satu potong daging di atas piring Anna. Mendengar suara dari mertuanya, membuat Anna tersadar dari lamunan.

“Terima kasih, Mami.” Anna tersenyum.

“Lihatlah betapa baiknya ibu mertua dan suami kamu. Jangan jadi wanita yang tidak tahu berterima kasih, dan memilih lari dengan laki-laki lain.” Kalimat sinis tiba-tiba terdengar di ruangan itu.

Ah, sepertinya drama ibu tiri dimulai.

“Aku sangat mencintai suamiku. Dan suamiku pun begitu. Meskipun aku dan Rendra dijodohkan, tapi kami saling mencintai, Pah. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk pergi. Lagi pula, sejak kecil sampai sekarang aku hanya jatuh cinta pada satu laki-laki, yaitu Rendra.” Ujar Anna tenang.

Mendengar kalimat istrinya yang begitu tenang, Rendra bahkan menoleh, menatap wajah istrinya itu dari samping. Ini pertama kalinya Ananta menjawab ucapan sinis ibu tiri nya, dengan sangat tenang dan santai. Dan itu terdengar sangat berkelas.

“Benar, Papa. Jangan khawatir, aku dan Ananta saling mencintai. Sebentar lagi pasti akan memberi Papa cucu. Karena Ananta sudah memutuskan untuk mempercayakan perusahaan nya padaku, kami mulai merencanakan program kehamilan.” Rendra ikut menimpali.

Anna tersenyum manis. Gadis itu mengangkat kedua tangannya, dan memberikan dua jempol sekaligus pada suami aktor nya itu. Eh, tapi tunggu. Apakah si Ananta itu benar-benar menyerahkan perusahaan nya pada Rendra? Dasar gadis bodoh. Cih, sepertinya dia harus membicarakan kembali masalah perusahaan ini pada Ananta bodoh itu. Cinta sih cinta, tapi jangan jadi bego juga dong. Nanti kalau Rendra malah menceraikan nya dan menikahi Melisa bagaimana? Mana punya ibu tiri seperti di sinetron pula. Duh, bodoh banget si Ananta ini.

“Aku pikir, Kak Rendra masih menjalani hubungan dengan Kak Melisa. Lagi heboh loh, Kak di sanggar lukis kami. Yah, Kak Mel kan sangat berbakat.” Gadis yang juga ada di sana, ikut menimpali pembicaraan.

“Dek, enggak baik loh ngomong kayak gitu. Jangan memuji gundik. Kamu mau, pas nikah karena dijodohkan terus suami kamu malah jatuh cinta sama gadis miskin seperti si Melmel itu? Bagaimana?” Anna tidak mau kalah. Soal menghina orang, dia memang juara nya. Sayang, dia terlahir sebagai orang tak berpunya. “Papa, beruntung Rendra cepat sadar. Aku bahkan sudah mempercayakan semua yang aku punya padanya. Jiwa raga dan harta benda, semua aku serahkan pada nya. Mana bisa aku kabur lagi.” Kali ini Anna sudah memasang wajah menyedihkan, hingga membuat mami mertua menepuk pelan punggung tangannya yang ada di atas meja makan.

“Tenang aja, Sayang. Kalau Rendra benaran tergoda sama gadis itu, Mami sendiri yang akan mencopot semua harta yang selama ini dia pakai dan akan langsung Mami serahkan padamu.” Mendengar kalimat penuh dukungan dari Mami mertua, membuat Anna semakin tak terkalahkan.

“Dan aku akan tetap tinggal untuk merawat Mami. Aku akan selamanya berada di sisi Mami. Biar Mami aja yang carikan laki-laki baik buat gantikan dia.” Anna menunjuk Rendra. Gadis itu bahkan menatap remeh laki-laki yang hanya bisa terdiam karena terkejut dengan sikap Anna pagi ini.

Rendra berpikir, pagi ini akan sama seperti hari biasanya mereka datang berkunjung. Ananta yang akan selalu di pojok-kan, dan hanya terus diam ketika Ibu dan adik tiri dari istrinya ini membuat drama.

Sedangkan laki-laki paruh baya yang juga ada di sana, ikut tersenyum melihat perubahan putri pertamanya. Melihat Ananta sekarang, mengingatkan pikiran tuanya pada wanita di masa lalu. Wanita yang terus berusaha ia lupakan, walau sebenarnmya itu adalah hal yang mustahil untuk tercapai.

Usai menikmati sarapan, Mami memilih untuk tinggal karena ada beberapa hal yang ingin wanita itu bicarakan dengan besan sekaligus sahabatnya. Sedangkan Rendra sudah berpamitan dan membawa istrinya untuk pulang.