"Nada-nada yang awalnya kurangkai dengan riang, kini menjebakku dalam labirin yang gelap. Namun, di ujung sana, lenteramu terlihat seperti melodi yang memanggilku untuk pulang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yvni_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
foto
...Happy reading...
Cely dan Rayna duduk di tengah lautan manusia yang sibuk berpose. Suara riuh rendah obrolan dan bunyi "cekrek" kamera ponsel saling bersahutan, sementara Cely sesekali menguap lebar, tangannya terangkat menutupi mulutnya yang terbuka lebar karena kantuk yang menyerang.
"Ray," rengek Cely dengan suara lirih, matanya sayu menatap Rayna. "Balik, yuk? Ini kan udah selesai juga."
Rayna mendelik tak percaya. "Belum, Cel! Kita tuh belum foto kelas. Lo buru-buru banget balik, emang mau ngapain, sih?" Nada bicaranya terdengar sedikit meninggi.
"Ih, lama banget," keluh Cely lagi, kali ini sambil menyandarkan kepalanya di bahu Rayna. "Gue udah ngantuk banget ini!"
"Sabar, Cel, sab-"
Belum sempat Rayna menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba suara riang seorang teman memecah percakapan mereka.
"Weh, weh, Ray! Cel! Ayo, itu kita dipanggil buat foto kelas!" teriaknya sambil lari ke arah kerumunan orang.
Mata mereka berdua mengikuti arah telunjuk temannya. Di tengah kerumunan itu, beberapa fotografer dengan kamera profesional tampak sibuk mengatur posisi siswa untuk sesi foto kelas.
Cely beranjak dari kursinya, namun matanya aktif menyapu seluruh penjuru ruangan. Sorot matanya tajam, berusaha menemukan sosok pria yang familiar di benaknya.
"Dia di mana sih sebenarnya? Dari tadi nggak keliatan batang hidungnya," gerutu Cely dalam hati, bibirnya sedikit mengerucut karena kesal. "Gue pengen ngajak dia foto bareng, mumpung waktunya tepat"
"Cel, cepetan, mereka udah nungguin!" sahut Rayna sambil menggandeng tangan Cely.
Cely yang berdiri di barisan belakang, sedikit terdesak oleh teman-temannya yang berusaha mencari posisi terbaik. Di depannya, teman-teman sekelasnya yang lain sudah bersimpuh rapi, membentuk barisan depan untuk sesi foto.
"Satu, dua, tiga!"
Kilatan lampu flash dari kamera ponsel pun menyilaukan mata sejenak. Ternyata sesi foto kelas sudah dimulai.
"Lagi-lagi dong! Masa cuma sekali aja fotonya," seru salah seorang anak kelas Cely, diikuti anggukan dan teriakan setuju dari yang lain.
"Ya udah, sekarang atur gaya kalian!" perintah seorang siswa yang tampaknya ditunjuk sebagai fotografer dadakan.
Semua anak kelas mulai bergerak, mencari posisi terbaik dan pose yang menarik. Ada yang membentuk formasi setengah lingkaran, ada yang berjongkok di depan, dan ada pula yang berdiri di belakang sambil melambaikan tangan ke kamera.
Di tengah hiruk-pikuk itu, Cely merasakan sentuhan tiba-tiba di bahunya. Sebuah tangan dengan berani mendarat di sana, membuatnya terlonjak kaget. Spontan ia menoleh ke samping dan mendapati seorang anak laki-laki sekelasnya, Kaito, berdiri tepat di sebelahnya sambil tersenyum lebar.
"Tangan lo! Berani banget nempel di bahu gue!" sembur Cely dengan nada sedikit kesal, namun matanya menunjukkan ekspresi terkejut yang jelas. Ia berusaha menepis tangan Kaito dari bahunya.
"Eh, santai aja kali, Cel. Biar fotonya makin rame," jawabnya.
Ia tidak menghiraukan keterkejutan Cely dan tetap mempertahankan tangannya di bahu gadis itu. Senyum di wajahnya tidak luntur sedikit pun, seolah tidak ada yang salah dengan tindakannya. Di sisi lain, Cely merasa sedikit tidak nyaman dengan sentuhan tersebut, namun ia juga tidak ingin membuat keributan di depan teman-teman kelasnya, apalagi di momen foto bersama ini.
Cely masih saja memicingkan matanya, berusaha menahan rasa risih. Namun, tepat sebelum suara aba-aba foto kembali terdengar, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Tiba-tiba saja, seorang laki-laki muncul dari arah belakang, dengan gerakan cepat melepaskan tangan Kaito dari bahu Cely. Laki-laki itu kemudian langsung mengambil posisi berdiri tepat di antara Cely dan Kaito.
Cely terkejut dan refleks menoleh ke arah laki-laki di sebelahnya itu.
"Leo?" ucap Cely dengan nada sedikit bertanya, matanya membulat karena kaget sekaligus senang.
Kaito, yang merasa terusik dan posisinya direbut, langsung menatap tajam ke arah laki-laki yang berani mengintervensi.
"Eh, lo siapa anjir, tiba-tiba dateng nyerobot barisan?" protes Kaito dengan nada ketus.
"Ini khusus kelas kami, kelas lo noh, di sana," lanjutnya sambil menunjuk dengan dagunya ke arah gerombolan siswa lain yang tampaknya adalah kelas Leo.
Leo, dengan tenang dan tanpa gentar, membalas tatapan Kaito. "Celynya ga nyaman kamu rangkul!" ketus Leo.
"Lagi pula, di depan juga ada anak kelas saya tuh, terus, anak kelas kalian juga ada yang ikut foto di kelas kami. Masa saya nggak boleh ikut di sini?" Leo kembali menunjuk ke arah barisan depan untuk memperkuat argumennya, menunjukkan bahwa suasana sudah bercampur antar kelas dan kehadirannya tidaklah aneh.
Beberapa anak perempuan lain mulai kehilangan kesabaran melihat keributan kecil yang terjadi.
"Eh, cepetan dong! Jangan malah berantem di sini," seru salah seorang dari mereka dengan nada jengkel.
"Tau tuh!" timpal yang lainnya.
Cely, merasa tidak enak karena menjadi pusat perhatian dan tidak ingin memperpanjang masalah, menyikut lengan Leo pelan.
"Leo, udah!" bisik Cely lirih, mencoba menenangkan situasi. Ia memberikan isyarat dengan matanya agar Leo tidak meneruskan perdebatan dan segera menyelesaikan sesi foto.
"Oke, semua udah siap ya! Satu, dua, tiga!" aba-aba dari fotografer kembali terdengar.
Cekrekk!
Suara rana kamera kembali berbunyi.
"Nahhh, selesai!" seru fotografer dengan lega, disambut sorak sorai gembira dari seluruh anak kelas.
"Mana, mana, mau lihat dong!" seru salah seorang anak perempuan dengan antusias, berusaha mendekat ke arah fotografer untuk melihat hasil foto yang baru saja diambil.
Anak perempuan yang bertindak sebagai fotografer dadakan itu pun dengan senang hati memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan hasil foto kelas.
Mata anak-anak kelas langsung tertuju pada layar ponsel, mereka berkerumun untuk melihat hasil karya foto bersama mereka. Suara riuh rendah terdengar, saling bersahutan mengomentari hasil foto. Namun, tiba-tiba suara seorang anak perempuan terdengar lebih keras.
"Wuidihhh anjay ... kapal Celle berlayar nih!" sahutnya sambil melirik lirik ke arah Cely dan Leo. Yang dimaksud Celle adalah singkatan dari nama Cely dan Leo.
Ucapan anak perempuan itu langsung disambut dengan sorakan dan tawa dari anak-anak kelas yang lain. Mereka semua ikut melihat kembali foto tersebut, dan menyadari maksud dari perkataan temannya.
Di dalam foto itu, memang terlihat jelas Leo yang menolehkan kepalanya ke arah Cely, tatapannya tidak fokus ke kamera melainkan tertuju pada gadis di sebelahnya.
...___________...