NovelToon NovelToon
​Cinta Terlarang di Lantai 32

​Cinta Terlarang di Lantai 32

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / LGBTQ / BXB
Popularitas:6
Nilai: 5
Nama Author: jooaojoga

"Thiago Andrade berjuang mati-matian untuk mendapat tempat di dunia. Di usia 25 tahun, dengan luka-luka akibat penolakan keluarga dan prasangka, ia akhirnya berhasil mendapatkan posisi sebagai asisten pribadi CEO yang paling ditakuti di São Paulo: Gael Ferraz.
Gael, 35 tahun, adalah pria dingin, perfeksionis, dengan kehidupan yang tampak sempurna di samping pacarnya dan reputasi yang tak bercela. Namun, ketika Thiago memasuki rutinitasnya, tatanan hidupnya mulai runtuh.
Di antara tatapan yang membakar, keheningan yang lebih bermakna dari kata-kata, serta hasrat yang tak berani dinamai oleh keduanya, lahirlah sebuah ketegangan yang berbahaya sekaligus memabukkan. Karena cinta — atau apapun nama lainnya — seharusnya tidak terjadi. Bukan di sana. Bukan di bawah lantai 32."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jooaojoga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12

Pada hari Senin, tepat setelah makan siang, bom itu meledak.

Sebuah kontrak jutaan dolar dengan cabang Ferraz Tech di Prancis—khususnya di Bordeaux—berada di ambang kehancuran. Sebuah klausul yang salah ditafsirkan, keterlambatan pengiriman, dan salah satu investor mengancam untuk membatalkan.

Email itu tiba dalam bentuk terenkripsi. Telepon berdering tiga kali. Dan Gael tahu, tanpa menarik napas dalam-dalam, apa yang harus dia lakukan.

Bepergian. Segera.

"Aku sendiri yang akan menyelesaikannya," katanya datar kepada Clarissa. "Tidak ada yang bisa menegosiasikan itu lebih baik dariku."

Clarissa hanya mengangguk. Dia tahu bahwa ketika Gael memasuki mode itu, tidak ada ruang untuk emosi. Hanya pekerjaan. Pertahanan. Kedinginan. CEO mengambil alih tubuh dan membungkam pria itu.

Thiago, ketika tahu, merasakan pukulan di dadanya. Bukan karena Gael pergi. Tapi karena tidak ada peringatan. Tidak ada percakapan. Tidak ada perpisahan.

Hanya keheningan.

Di penghujung sore, dia melihatnya keluar dari ruangan, mengenakan setelan jas tanpa cela, membawa tas kulit di tangan, ponsel menempel di telinga.

Dia melewatinya begitu saja.

Thiago mengikutinya dengan mata sampai dia berhenti di depan lift. Karena dorongan yang bahkan tidak dia mengerti, dia mendekat.

"Semoga perjalananmu menyenangkan."

Gael menatapnya selama sedetik. Hanya satu.

Dan dalam tatapan itu ada semua yang tidak bisa dia katakan di sana, di depan semua orang.

"Terima kasih," jawabnya, dengan suara rendah, hampir tegang.

Dia masuk ke lift.

Pintu-pintu tertutup.

Dan kekosongan yang tertinggal terasa lebih besar dari seluruh lantai.

Pada hari-hari berikutnya, Thiago mencoba menyibukkan pikirannya dengan pekerjaan.

Dia mengatur spreadsheet, menyusun ulang agenda, memajukan laporan. Tetapi semua yang dia lakukan terasa otomatis. Kering.

Kursi Gael, kosong.

Ruangannya, gelap.

Parfumnya, masih menguar di udara.

Kadang-kadang, dia mendapati dirinya menatap pintu seolah menunggu sesuatu yang seharusnya tidak dia inginkan.

Tapi dia menginginkannya.

Dan yang paling sulit dari semuanya adalah mengetahui bahwa keinginan itu tumbuh bahkan tanpa kehadiran.

Dan bahwa, meskipun jarak ...

dia tidak bisa berhenti memikirkan ciuman itu.

Thiago mulai jatuh cinta.

Itu bukan lagi hanya nafsu tersembunyi di lorong-lorong. Itu bukan lagi getaran dalam ciuman terlarang atau permainan tatapan.

Itu adalah kehilangan.

Ketidakhadiran Gael memenuhi seluruh perusahaan.

Keheningannya bergema dalam email yang tidak terkirim, dalam "selamat pagi" yang tidak pernah tiba, dalam pesan yang tidak datang.

Dan yang paling menakutkan adalah menyadari bahwa kekosongan itu menyakitkan.

Dia mendapati dirinya mengingat ciuman itu. Bukan hanya sentuhannya, tetapi cara Gael menatapnya sesudahnya. Seolah-olah ada kebenaran pada saat itu. Seolah-olah seseorang akhirnya mengizinkan dirinya untuk dilihat.

Thiago tidak naif. Dia tahu siapa Gael. Dia tahu betapa dia bersembunyi di balik postur baja.

Tapi, meskipun begitu ... dia menginginkan lebih.

Dan itu membuatnya ketakutan.

"Jika ini bocor ... jika ada yang melihat ... jika itu menjadi skandal ..."

Internet akan menjadi kejam. Pers akan menyerbu.

Dan orang tuanya?

Mereka sudah mengusirnya sekali.

Mereka sudah menyebutnya "aib".

Thiago tahu bahwa, jika hubungan dengan bosnya—pria, berkuasa, tunangan seorang wanita—terungkap, rasa malu mereka akan berubah menjadi kebencian.

Tidak ada pengampunan yang bisa menahan skandal seperti itu.

Pada hari Rabu, Clarissa berkomentar sesuatu dengan suara pelan sambil mengatur dokumen.

"Sepertinya Nyonya Eugênia, ibu Gael, bertanya tentangmu."

Thiago membeku.

"Maksudmu?"

"Tidak langsung. Hanya ... sindiran. Terlalu banyak rasa ingin tahu. Dia selalu seperti itu. Pengontrol. Canggih dalam bentuk, kejam dalam isi."

Thiago merasakan perutnya mual.

Ibu Gael. Suara yang membentuk hidupnya.

Jika dia sudah mendengar rumor, bahkan yang samar ... maka kastil itu bisa mulai runtuh.

Dan pertanyaan yang menghantuinya hanya satu:

"Apakah Gael akan melindungiku ... atau akan meninggalkanku?"

Thiago berbaring malam itu menatap langit-langit studio, mendengarkan suara-suara kota.

Dia tidak tahu mana yang lebih buruk:

Jatuh cinta pada seseorang yang tidak bisa mencintainya di depan umum ...

atau menerima bahwa, pada akhirnya, dia akan sendirian lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!