NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

D' Angel: warisan bayangan

"Kemana dia?" gumam Xavier lirih saat matanya kembali menyapu sekeliling sekolah, mencari sosok Calista. Sejak pagi, gadis itu tak tampak hadir dan bahkan tidak meninggalkan keterangan apa pun.

Jam istirahat tiba, Xavier memilih duduk sendirian di warung kantin belakang sekolah. Tempat itu lebih sepi dibanding kantin utama, memberi ruang untuk pikirannya yang kalut. Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, berharap ada balasan dari Calista—meski notifikasi yang ditunggu tak kunjung muncul.

"Lo kenapa, bro?" suara Alvaro terdengar sambil menaruh minuman kaleng di meja. Ia lalu duduk di samping Xavier, menatap sahabatnya yang terlihat lebih muram dari biasanya.

Xavier buru-buru menutup ponsel dan menyimpannya ke dalam saku, berusaha menutupi kegelisahan di hatinya. "Gue gak apa-apa," ucapnya singkat, pandangan lurus ke depan seakan ada sesuatu yang jauh lebih menarik daripada pertanyaan Alvaro.

Alvaro menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu tersenyum miring. Ia sudah cukup lama mengenal Xavier untuk tahu kapan sahabatnya itu sedang menutupi sesuatu.

"Kalau lo ada apa-apa, jangan sungkan cerita ke gue. Ingat, gue bukan sekedar teman lo, bro."

Xavier menghela napas tipis, bibirnya terangkat sedikit tapi matanya tetap datar. "Hmm... gue tahu itu."

Namun di dalam hatinya, bayangan Calista masih memenuhi pikiran—membuat ketenangan yang coba ia tunjukkan terasa semu.

♡♡

Di ruang tamu yang luas namun tetap terasa hangat, Opa Arya duduk dengan tenang di kursi kayu berlapis ukiran. Tangannya menggenggam tongkat, sesekali mengetuk ringan lantai seakan sedang menghitung detik. Wajahnya tuanya terlihat tegas, tapi di balik sorot matanya tersimpan sesuatu yang belum diungkapkan.

Oma Saras duduk di sampingnya, menyandarkan tubuh dengan tenang sambil menggenggam segelas teh hangat. Senyum lembutnya berusaha mencairkan suasana, meski ia tahu sang suami tengah menunggu momen yang tepat untuk berbicara dengan cucunya.

Jam dinding berdetak pelan, menemani keheningan yang sesekali dipatahkan oleh suara dedaunan di luar yang bergesekan tertiup angin. Oma Saras melirik suaminya, lalu berkata pelan, "Xavier pasti sebentar lagi pulang, Mas. Dia tidak akan keluyuran lagi, apalagi sekarang sudah menatap di sini."

Opa Arya hanya mengangguk pelan. "Iya."

Tak lama kemudian, suara deru motor terdengar memasuki halaman rumah. Opa Arya dan Oma Saras spontan saling berpandangan, seolah keduanya tahu siapa yang baru datang. Dengan senyum tipis, mereka mengangguk pelan, menandakan kelegaan sekaligus kesiapan menyambut cucu yang mereka tunggu.

"Oma dan Opa di mana?" tanya Xavier dengan nada datarnya pada salah satu pelayan.

"Di ruang tamu, Tuan muda," jawab pelayan itu cepat sambil menundukkan kepala, tak berani menatap wajah dingin Xavier terlalu lama.

Tanpa menambahkan sepatah kata pun, Xavier melangkah tenang menuju ruang tamu. Begitu tiba, ia mendapati Oma Saras yang langsung berdiri menyambutnya dengan senyum penuh kelembutan.

"Sayang..." ucap Oma Saras pelan, seakan ingin mencairkan hawa dingin yang terbawa bersama langkah cucunya.

Xavier hanya mengangguk singkat lalu duduk di samping Omanya, posturnya tetap tegak dan wajahnya datar seperti biasa.

"Kamu sudah makan, Nak?" tanya Oma Saras dengan penuh perhatian, menatap cucunya seolah ingin memastikan segalanya baik-baik saja.

"Sudah, Oma," jawab Xavier singkat.

Opa Arya menghela napas pelan, kedua tangannya bertumpu pada tongkat kayu yang selalu setia menantinya. "Ada sesuatu yang harus kamu tahu. Sesuatu yang selama ini kami simpan rapat demi kebaikanmu."

Xavier menoleh, matanya menyipit sedikit. Ia tidak terbiasa mendengar nada suara Opa seperti itu—penuh kehati-hatian, seolah kalimat berikutnya akan mengubah banyak hal.

"Kamu sudah cukup dewasa untuk mendengarnya," lanjut Opa Arya. "Dan cepat atau lambat, rahasia ini akan sampai ke telingamu juga."

Suasana ruang tamu mendadak terasa lebih berat. Detik jam di dinding terdengar begitu jelas, seakan menegaskan momen ini bukan momen biasa. Xavier menggenggam tangannya sendiri, bersiap mendengar sesuatu yang bisa saja mengguncang hidupnya.

"Opa adalah ketua mafia D'Angel, dan Mommy kamu adalah penerus setelah Opa. Dialah yang mengambil alih posisi ini."

Deg!

Ucapan Opa Arya membuat Xavier membeku di tempat. Jantungnya serasa berhenti berdetak sesaat, tidak pernah sekalipun ia menyangka akan mendengar pengakuan sebesar itu dari sang Opa.

"Mafia D'Angel?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

"Iya, Nak," jawab Opa Arya tenang. "Pasti kamu sudah tidak asing dengan nama itu, kan?"

Xavier hanya mengangguk pelan. Siapa yang tidak mengenal D'Angel? Mafia paling ditakuti di dunia bawah, yang selama ini identitas ketuanya selalu misterius. Mereka bergerak seperti bayangan, mengendalikan kekuatan dari balik layar.

"Opa adalah penerus kedua dari Eyang kamu. Setelah itu Mommy kamu yang mengambil alih... tapi sejak Mommymu tiada, Opa ingin kamu yang melanjutkan."

Xavier terdiam. Kepalanya penuh pertanyaan. "Tapi, Opa... Xavier tidak tahu bagaimana caranya pemimpin. Bahkan tidak pernah terpikirkan..."

Opa Arya tersenyum tipis, seolah dejavu. "Jawabanmu sama persis dengan Mommy kamu ketika Opa dulu mengatakan hal yang sama. Tenang saja, Nak. Opa akan membimbingmu. Mommy kamu juga dulu sama, tidak tahu apa-apa. Tapi lihatlah, dia berhasil."

"Apa Xavier bisa...? D'Angel bukan organisasi sembarangan. Dia sudah terkenal di kalangan dunia bawah," ucap Xavier lirih dengan keraguan.

Oma Saras langsung menggenggam tangan cucunya erat, memberi kekuatan. "Kamu pasti bisa, Nak. Oma yakin darah yang mengalir di tubuhmu adalah darah pemimpin."

"Benar kata Oma kamu," tambah Opa Arya dengan tatapan tajam penuh wibawa. "Opa akan melatihmu sendiri. Jadi, apakah kamu siap menggantikan Mommy kamu?"

"Oma yakin banyak pertanyaan yang ingin kamu tanyakan. Kamu akan menjawab semuanya, tapi kamu juga harus menjawab pertanyaan dari Opa," ucap Oma Saras, menatap Xavier yang terlihat kebingungan.

Xavier kembali terdiam. Napasnya berat, seakan menimbang nasib yang tiba-tiba dibebankan ke pundaknya. Lalu, dengan suara pelan namun tegas, ia menjawab, "Baiklah... Xavier siap, Opa."

Opa Arya dan Oma Saras tersenyum lega.

"Syukurlah, kamu tidak mengecewakan Opa, Oma, maupun Mommymu," ujar Opa Arya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Oma Saras lembut.

Xavier menatap Opa dan Omanya secara bergantian dengan wajah datar. "Apakah Daddy tahu kalau Mommy seorang ketua mafia?"

Senyum miring terlukis di wajah Opa Arya. "Opa sudah menduga itu akan jadi pertanyaan pertamamu. Jawabannya... tidak. Daddy kamu tidak pernah tahu. Dari awal Opa memang menyarankan Mommy untuk merahasiakan hal ini darinya. Opa sudah punya firasat buruk tentang Daddy kamu. Dan lihat sekarang... benar kan? Sifatnya seperti apa." Tatapan Opa Arya mengeras. "Dia pikir Mommy kamu hanya berasal dari keluarga sederhana. Sama halnya dengan perusahaan Opa. Hanya kita dan keluarga Alvaro, dan kamu yang tahu siapa pemilik sesungguhnya."

"Jadi... Daddy benar-benar tidak tahu sampai sekarang?"

"Tidak!" tegas Opa Arya. "Dan Opa justru bersyukur Mommymu tidak pernah membocorkannya. Semua aset milik Opa jatuh ke Mommy kamu, dan kelak akan diwariskan kepadamu."

Xavier akhirnya paham, alasan Mommy selalu menyuruhnya diam dan tidak banyak bertanya. Untung saja selama ini ia nurut, meski rasa penasarannya besar.

"Pertanyaan berikutnya?" tanya Oma Saras lembut.

"D'Angelo?" Xavier bertanya, suaranya terdengar sedikit ragu.

"Oke, Xavier Alaric D'Angelo. Itu adalah nama lengkapmu, tapi di mata publik, kamu hanya dikenal sebagai Xavier Alaric. Nama itu diberikan oleh Mommy-mu untuk putranya yang kelak akan meneruskan garis D'Angelo. Opa sengaja memberikan marga D'Angelo kepadamu karena kamu laki-laki. Mommy-mu merahasiakan nama lengkapmu dari Daddy-mu, mungkin dia sudah tahu apa yang akan terjadi di masa depan," jelas Opa Arya dengan nada tenang namun tegas.

"Pertanyaan berikutnya nanti saja. Yang penting sekarang kamu sudah tahu. Setelah ujianmu selesai, kita akan mulai berlatih menjadi pemimpin. Opa sendiri yang akan melatihmu," ucapnya tegas.

"Baik, Opa," jawab Xavier mantap.

1
kaylla salsabella
la kenapa nenek rose ada di sini
kalea rizuky
entah benci cwek lemah meski penyakitan seenggaknya gk oon
kalea rizuky
moga g sad ending ya Thor benci q novel sad
kaylla salsabella
kok cuman 1 part thor😁😁
Nona Jmn: Aamin! Makasih🫶🥰
total 3 replies
lovly
berharap untuk akhir yang bahagia thor, semangat💪
Nii
👍
kaylla salsabella
lanjut thor
Lisa
wah hebat nih Xavier ntar lg jdi ketuanya mafia D'Angel
Lisa
Nenek koq jahat banget sama cucunya
kaylla salsabella
terimakasih update nya thor😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama kakak🥰🫰
total 1 replies
kaylla salsabella
ayo vier cari tahu calista kenapa gak sekolah
kaylla salsabella
kira papa nathan ada masalah apa
kaylla salsabella
ooo si nenek belum tahu berhadapan sama Xavier🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
Lisa: Amin..
total 1 replies
kaylla salsabella
terimakasih update 3 part😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama☺️ Jangan lupa Vote ya kakak☺️🫰🫶🥰
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut thor
kaylla salsabella
ayo vier datang kasihan calista
kaylla salsabella
alhamdulillah vier mau berubah
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
kaylla salsabella
lanjut thor
Nona Jmn: Sama-sama kak, makasih juga sudah sering baca novel aku☺️🥰🫶🫰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!