Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12 (Tatapan yang Sama)
...Selamat Membaca...
.......
.......
Milana mengambil ponselnya yang disimpan dalam tas. Dia baru selesai berganti pakaian biasa dan hendak pulang saat benda pipih itu berdering sekali. Ternyata itu pesan dari Firsha.
[Milan, maaf aku pulang lebih dulu, karena adikku datang. Kau bisa pulang sendiri, 'kan?]
Milana berdecak kesal setelah membaca isi pesan itu, kemudian memasukkan kembali ponsel ke dalam tas dan berjalan santai ke luar restoran setelah berpamitan pada Rayn.
"Hai!"
Milana terkejut ketika pria yang membuatnya jengah tadi sore, tiba-tiba muncul di dekat restoran. Arga. Pria itu sengaja menunggu Milana di dekat restoran ketika dia pulang kerja.
"Lho! Mas, kok di sini?"
"Menunggumu," jawab Arga seraya tersenyum.
"Menunggu saya? Ada apa ya, Mas?" tanya Milana. Heran.
"Kamu sudah pulang kerja, 'kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Milana, Arga malah balik bertanya. Yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Jadi kamu sudah free?" tanya Arga.
"Milan!"
Panggilan itu membuat Milana dan Arga sama-sama memalingkan kepala ke arah gerbang restoran. Tampak Rayn berjalan mendekat ke arah mereka.
Dahi Milana mengernyit kecil. "Mas Rayn," katanya pelan.
Arga menatap malas ke arah Rayn. 'Pria ini lagi.'
"Ternyata kamu di sini. Kenapa tidak menunggu saya di dalam saja?" tanya Rayn setelah berdiri di dekat Milana dan Arga.
Tadi Rayn masih di ruangannya ketika tanpa sengaja melirik ke layar CCTV dan melihat Arga di depan gerbang restoran. "Pemuda itu ... sedang apa dia di sana?" Rayn melirik layar yang menampilkan Milana sedang berjalan ke arah luar restoran. Lalu tanpa pikir panjang Rayn bergegas keluar. 'Dia pasti mau mengganggu Milana, batinnya.
Dan di sinilah dia sekarang. Menghampiri Milana dan Arga.
Kerutan di dahi Milana semakin dalam. Bingung. "Menunggu, Mas Rayn di dalam?" tanyanya.
Rayn belum menjawab pertanyaan Milana, Arga lebih dulu melontarkan pertanyaan padanya. "Kenapa dia harus menunggumu?"
Rayn melirik Arga seraya berkata, "Kenapa kau di sini ... oh, Apa mau makan malam di restoranku? Sayang sekali kami sudah tutup. Kau bisa kembali besok," katanya, kemudian menarik Milana ke arah halaman restoran.
Arga mendengkus disertasi senyum sinis, lalu berseru, "Bukankah ini sudah jam pulang kerja?"
Membuat Rayn yang sudah berjalan sejauh hampir tiga meter itu menghentikan langkah. Milana yang ditarik Rayn pun ikut menghentikan langkah.
Rayn membawa tangannya menjauh dari lengan Milana. Membalikkan badan menghadap Arga yang berjarak tiga meter dari posisinya dan juga Milana. Menatap datar pria yang tampak seumuran dengannya itu tanpa berkata apapun.
"Kau bilang restoran sudah tutup, 'kan? Lalu kenapa membawanya masuk kembali?" Arga kembali bersuara.
Milana menoleh pada Rayn. "Benar juga. 'Kan sekarang sudah waktunya saya pulang, kenapa saya harus masuk kembali? 'Kan tadi, Mas Rayn menyuruh saya pulang." Gadis itu mulai angkat bicara setelah sejak tadi keheranan dalam diam.
Milana ingat saat tadi dirinya berpamitan, Rayn bilang, "Pulang saja! Dasar lelet! Gara-gara kamu aku pulang terlambat, karena harus menunggumu pulang agar aku bisa mengunci restoran. Besok jangan terlambat!" Padanya.
Pertanyaan itu membuat Rayn menatap sebal pada Milana. 'Gadis ini benar-benar banyak bicara.'
Rayn tidak menggubris pertanyaan Milana. Dia justru melangkah mendekati Arga. Membiarkan Milana berdiri di tempat.
Rayn berdiri tepat di depan Arga. Sedikit mencondongkan kepala mendekat ke arah samping kepala Arga. "Kau tidak ingat? Aku pernah memberi pukulan di wajahmu saat kuliah, dulu," kata Rayn, sedikit berbisik. Kemungkinan hanya Arga dan dirinya sendiri yang bisa mendengar.
Arga mengernyit, sedikit memundurkan kepala. Menoleh dan menatap Rayn dengan tatapan penuh tanya.
Seakan mengerti dengan tatapan Arga, Rayn berujar, "Toilet kampus Universitas Karya Loka ... Di tempat itu aku memukul wajahmu karena berpikiran kotor padanya." Suaranya masih sama lirihnya, seraya menunjuk Milana yang berada di belakangnya menggunakan kepala. Rayn masih mengingat dengan jelas pertemuannya dengan Arga tiga tahun yang lalu.
"Bro, sudah lihat mahasiswi baru dari kelas bisnis yang cantik itu?"
"Belum, Ga. Apa kau punya fotonya?"
"Tentu saja punya. Dia sedang banyak dibicarakan oleh mahasiswa-mahasiswa di sini. Cantik dan katanya juga kaya. Wah ... beruntung sekali jika aku bisa mendekatinya," sahut pemuda yang pertama membuka obrolan.
"Arga ... Arga. Cewek terus yang dipikirin. Siapa nama cewek itu?"
Rayn melirik sekilas pada dua orang mahasiswa yang sama-sama tengah mencuci tangan di wastafel depan bilik toilet. Hanya sekilas, awalnya dia tidak tertarik sama sekali untuk mendengar obrolan tersebut.
"Namanya, Milana."
Rayn menoleh cepat pada dua orang itu ketika mendengar nama Milana disebut dan membuatnya memasang telinga baik-baik. Menguping.
"Mana fotonya, Ga?" Salah seorang dari pria itu kembali bersuara.
"Ini. Cantik, 'kan?" kata pria yang dipanggil Arga itu.
Rayn masih di posisinya, sengaja berlama-lama di sana, sesekali melirik ke arah dua pria itu. Tanpa bicara apapun, karena dia memang tidak mengenal mereka.
"Wah ... cantik sekali, Bro."
"Jelas. Aku akan dekati dan menjadikannya pacar."
"Ha ha, semoga berhasil, ya. Aku ke kelas dulu."
Tersisa Rayn dan pria bernama Arga di sana.
"Milana ... kau sexy sekali," kata Arga sambil memandangi layar ponselnya.
Rayn menatap tajam Arga dari samping. "Sorry. Milana mana yang kau maksud?" Akhirnya Rayn angkat bicara.
Arga mengalihkan pandangan dari ponsel ke arah Rayn. "Milana anak bisnis. Kenapa? Belum tahu, ya? Ini fotonya." Arga menunjukkan layar ponselnya pada Rayn.
Rayn bisa melihat bahwa itu foto Milana. Gadis yang selama ini dia perhatikan diam-diam.
"Cantik, 'kan? Kalau dia jadi pacarku, akan kuajak dia bercin—" ucapan Arga terputus ketika tiba-tiba pukulan keras dari Rayn mendarat di wajahnya.
"Agh! Ssh ...," Arga mengaduh, memegangi sudut bibirnya yang berdarah dan memar seraya menatap tajam ke arah Rayn. "Kenapa kau memukul? Salahku apa?!" protesnya.
"Sekali lagi kau berpikiran kotor pada Milana, akan kupatahkan rahangmu!" Mata Rayn berkilat marah.
Arga menatap heran pada Rayn. "Memangnya kau siapa? Kenapa kalau aku berpikiran kotor padanya? Apa masalahmu denganku, hah?" sinisnya.
Rayn memegang kuat kerah baju Arga seraya berujar, "Kubilang akan mematahkan rahangmu! Apa otakmu hanya diisi dengan hal-hal seperti itu!" marahnya.
Arga tersenyum sinis. "Aku sangat menyukai gadis itu, fotonya yang menunjukkan tubuh sexy-nya itu membuatku berg—"
Bugh
Arga tersungkur ke lantai ketika Rayn kembali memberinya pukulan keras di wajah. Kemudian Rayn menyambar ponsel milik Arga seraya berdiri.
Prak. Krek.
Rayn melempar ponsel itu ke lantai dan menginjaknya. Lalu mengambil memory card dari sana, menyimpannya dalam kantong celana.
"Kalau kau meminta ganti untuk ponsel yang kurusak. Cari saja aku, Rayn Mahendra dari kelas bisnis," ujarnya seraya melangkah ke arah pintu keluar toilet. Setelah sampai di ambang pintu, Rayn menghentikan langkahnya sejenak seraya berkata, "Ah, ya. Akan kupastikan kau tidak bisa mendekatinya!" Sebelum keluar dari sana.
Kedua alis Arga tersentak ke atas. Terkejut saat ingat kejadian tiga tahun yang lalu itu. Dia sedikit memiringkan bahu demi melihat Milana yang berada beberapa meter di belakang Rayn. "Dia ...."
"Ya. Dia Milana, mahasiswi Fakultas Bisnis Universitas Karya Loka yang membuatmu menerima pukulan dariku, karena berpikiran kotor padanya," kata Rayn.
Kedua alis Arga berubah mengernyit. Mencoba mengingat-ingat. 'Ah, kalau dilihat lagi memang benar itu dia, Milana yang itu.'
"Kalau berpikiran kotor padanya saja sudah membuatku memukulmu. Maka, bayangkan apa yang akan kulakukan padamu jika berani menyentuhnya!"
"Oho! Aku ingat ... Kau Rayn Mahendra yang itu? Wah! Ternyata kau masih menyukainya, sampai sekarang," kata Arga dengan nada meremehkan.
Rayn menatap tajam ke arah Arga. "Aku tidak menyukainya! Hanya saja, aku tidak suka jika ada laki-laki berpikiran kotor sepertimu!" katanya.
Kemudian Rayn berjalan ke arah Milana seraya berseru, "Kau pasti lupa, Milan. Saya bilang 'kan harus ikut belanja kebutuhan resto yang kurang lengkap, malam ini."
Jawaban Rayn malah membuat Milana semakin heran. 'Aku yang lupa, atau pria macam kanebo kering ini yang mulai pikun?' pikirnya.
"Saya tidak inga—" ucapan Milana terpotong dengan sahutan cepat dari Rayn.
"Kamu memang pelupa! Jangan banyak bicara jika tidak ingin pulang lebih larut! Dan kau ...," Rayn menoleh ke arah Arga, "pulang saja! Restoran sudah tutup. Kalau mau, kembali saja besok," katanya. Kemudian memutar tubuh Milana dan mendorong pelan gadis itu ke arah dalam area restoran. Meninggalkan Arga yang masih berdiri di sana.
Arga tersenyum miring. "Tatapanmu masih sama seperti dulu. Sepertinya kau sangat menyukai gadis itu," gumamnya sebelum berlalu masuk ke dalam mobil milik pria itu dan pergi dari sana.
.
.
.
Bersambung ....
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/