NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:854
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Detektif Lain

Reyna segera berdiri, melangkah mundur ke belakang Arthur dan Inspektur Jaxon. Matanya bergetar, menunjukkan rasa takut yang nyata. Pikirannya langsung tertuju pada ‘The Nightingale’, pembunuh berantai yang tengah mereka selidiki. Kemungkinan mengerikan muncul dalam benaknya: apakah pembunuh itu telah menemukan lokasi kantor mereka?

Inspektur Jaxon, tanpa ragu-ragu, mengeluarkan pistol dari sakunya. Ia mengarahkan pistol itu ke arah jendela, siap menghadapi kemungkinan terburuk. Tangannya gemetar sedikit, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan waspada.

Arthur, di sisi lain, berjalan perlahan ke arah jendela. Ia ingin melihat lebih jelas apa yang ada di balik tirai, tetapi ia juga waspada. Saat ia mendekati jendela, bayangan besar itu bergerak menjauh dari jendela, menuju arah pintu kantor. Sebelum Arthur sampai di jendela, mereka mendengarnya—serangkaian ketukan keras di pintu kantor, bergema di ruangan yang sunyi dan gelap. Ketukan itu terdengar berat dan mengancam, menambah rasa tegang yang telah menyelimuti mereka. Ketiganya terdiam, menunggu dengan jantung berdebar-debar.

"Siapa?!" teriak Arthur, suaranya sedikit keras, memecah keheningan mencekam yang tercipta. Namun, tidak ada jawaban dari luar. Ia mengerutkan kening, kemudian berkata lagi, suaranya lebih dingin dan tegas, "Jika kau tidak menjawab, jangan salahkan aku jika aku menembakmu sekarang!" Ia perlahan mengeluarkan pistolnya dari saku, mengarahkannya ke arah pintu. Tangannya sedikit gemetar, namun matanya tajam dan waspada.

Inspektur Jaxon juga berjalan ke arah pintu, pistolnya tetap terarah ke arah pintu. Keduanya bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, tetapi tetap waspada dan hati-hati. Mereka bersiap untuk membuka pintu, siap menghadapi apa pun yang ada di baliknya.

Suara klik dari engsel pintu yang terbuka terdengar. Inspektur Jaxon segera membuka pintu. Arthur dan Inspektur Jaxon langsung mengarahkan pistol mereka ke arah luar, siap menembak siapa pun yang ada di sana. Namun, suara yang familiar terdengar, menghentikan gerakan tangan mereka.

"Hey, hey, tenang… ini aku, Noah."

Sosok yang berdiri di balik pintu itu terlihat samar dalam cahaya hujan yang menerobos celah pintu. Ketika cahaya menerangi wajahnya, Arthur dan inspektur Jaxon terkejut. Orang yang ada di depan pintu bukanlah seorang pembunuh, melainkan Noah, seorang detektif dari divisi yang sama dengan Arthur, juga teman lama Arthur sejak masa kuliah. Ketegangan yang mencekam seketika mereda, diganti oleh rasa lega yang tercampur dengan sedikit kebingungan.

Beberapa detik setelahnya, sebelum Noah sempat mengucapkan sepatah kata pun, Arthur dengan cepat memukulkan pistolnya ke kepala Noah. Bukan tembakan, melainkan pukulan yang cukup keras. Noah langsung meringis kesakitan, mengusap kepalanya yang terasa nyeri.

"Hey… apa maksudnya itu?" protes Noah, suaranya terdengar kesal bercampur heran. Ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

Arthur memasukkan pistolnya kembali ke dalam saku, nada suaranya masih terdengar kesal. "Aku yang seharusnya bertanya," katanya, "Kenapa kau ada di sini? Dan kenapa kau tidak menjawab tadi? Kau membuat kami hampir menembakmu!" Ia masih tampak geram, namun rasa lega karena Noah bukanlah pembunuh berantai itu sedikit meredakan amarahnya. Ia ingin tahu alasan di balik kedatangan Noah yang tiba-tiba dan ketukan keras di pintu.

Noah menggerutu kesal, mengusap-usap bagian belakang kepalanya yang masih terasa sakit. "Kupikir kalian tahu itu aku…" katanya, suaranya masih sedikit kesal. Ia memang dikenal sering datang secara tiba-tiba dan suka membuat kejutan, namun situasi yang menegangkan ini jelas bukan waktu yang tepat untuk itu. Arthur dan Inspektur Jaxon menyadari hal itu, mereka tidak bisa langsung menebak kalau itu Noah.

Noah mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya. Itu adalah sebuah amplop tebal, berisi lembaran-lembaran kertas. Ia menyerahkan amplop tersebut kepada Arthur. "Ini informasi yang baru kudapatkan dari rumah sakit tempat mayat itu dibawa," kata Noah. "Hasil autopsi menunjukkan bahwa sayatan di tubuh korban berasal dari pisau bedah, sama seperti kasus sebelumnya di Oakhaven." Ia berhenti sejenak, menunggu reaksi Arthur dan Inspektur Jaxon. "Tapi… mereka tidak pernah menemukan pisau yang digunakan sebagai barang bukti." Informasi ini menambah misteri kasus tersebut. Kemiripan metode pembunuhan menggunakan pisau bedah dan hilangnya pisau sebagai barang bukti semakin memperkuat dugaan bahwa kedua kasus tersebut dilakukan oleh pelaku yang sama, 'The Nightingale'. Namun, keberadaan pisau yang selalu hilang menjadi teka-teki baru yang harus mereka pecahkan.

"Jelas pembunuh itu ingin mempermainkan kita…" gerutu Arthur, suaranya penuh kekecewaan. Ia menyerahkan amplop berisi informasi dari rumah sakit kepada Inspektur Jaxon. Ia merasa frustrasi karena ‘The Nightingale’ tampak selalu selangkah lebih maju.

"Memangnya kalian tidak pernah menemukan pisau di tempat kejadian?" tanya Noah, menunjukkan rasa ingin tahunya.

Arthur menghela napas panjang, kemudian menjawab, "Tidak, tidak sama sekali. Sama sekali tidak ada jejak pisau di tempat kejadian, baik di Willow Creek maupun Oakhaven. Aneh, bukan? Seakan-akan pisau itu lenyap begitu saja setelah digunakan." Ia menggelengkan kepalanya, masih mencoba mencerna informasi yang ada. Hilangnya pisau itu menjadi sebuah misteri yang semakin mempersulit penyelidikan mereka. 'The Nightingale' terlalu cerdik, ia mampu menghapus semua jejak keberadaannya dengan sempurna.

"Oh iya, omong-omong, apa kalian tahu? Mati lampu ini karena ada pohon tumbang menimpa tiang listrik," kata Noah sambil berjalan masuk ke ruangan, menutup pintu di belakangnya. Ruangan masih gelap gulita, hanya cahaya senter Inspektur Jaxon yang menerangi sebagian kecil ruangan tersebut.

"Pohon tumbang? Pohon tumbang yang itu—" kata-kata Arthur terpotong oleh Noah.

"Bukan, bukan yang itu," potong Noah cepat, "Kali ini baru saja terjadi, kurasa karena angin kencang."

Arthur kembali menggerutu, kekesalannya semakin memuncak. Situasi yang sudah rumit, kini semakin diperburuk oleh pemadaman listrik yang disebabkan pohon tumbang. Ia merasa semuanya semakin membingungkan.

Di sisi lain, Inspektur Jaxon masih memegang senternya. Cahaya senter itu terus bergerak, menjelajahi setiap sudut ruangan yang gelap. Cahaya senter tersebut akhirnya berhenti pada sosok Noah. Noah terlihat sedikit basah kuyup karena hujan, rambutnya yang berwarna cokelat agak berantakan karena tertiup angin, menambah kesan sedikit berantakan. Ia mengenakan jaket kulit hitam yang tampak sedikit usang, di bawahnya terlihat sebuah kemeja flanel berwarna biru tua. Ekspresi wajahnya tampak sedikit lelah, namun matanya masih tajam dan jeli, menunjukkan karakternya sebagai seorang detektif yang handal. Ia terlihat sedikit lebih tinggi dan lebih kurus daripada Arthur, namun postur tubuhnya tegap dan menunjukkan bahwa ia adalah orang yang cukup aktif. Secara keseluruhan, penampilan Noah mencerminkan sosok detektif yang tangguh, namun tetap terlihat santai dan ramah.

"Ah, Inspektur… itu menyilaukan," kata Noah sambil berusaha menghalangi cahaya senter dengan tangannya. Cahaya senter yang terlalu terang langsung mengenai matanya, membuatnya sedikit terganggu. Ia mengerutkan dahi karena silau.

Inspektur Jaxon, tanpa berkomentar, kembali mengarahkan cahaya senter ke sekeliling ruangan. Ia memeriksa setiap sudut ruangan, memastikan tidak ada sesuatu yang mencurigakan atau tersembunyi dalam kegelapan. Gerakannya sistematis dan teliti, menunjukkan pengalamannya sebagai seorang polisi yang berpengalaman. Ia mencari kemungkinan adanya jejak-jejak lain yang mungkin tertinggal, sesuatu yang mungkin terlewatkan saat ruangan masih terang. Suasana tegang masih terasa, meski keberadaan Noah telah sedikit meredakan ketegangan.

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!