Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.
Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.
Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.
Siapakah pria itu?
Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.
Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Niat Jodi Yang Sebenarnya
"Ay, kamu lupa ini rumah siapa, hah? Aku nggak akan ganggu, sebelum kamu cium aku."
Ayana sangat geram mendengar permintaan Elang. Dia mendengus serta menatap tajam.
Namun, wajah kesal Ayana, tak dipedulikan oleh Elang. Bahkan pemuda itu malah cengengesan sambil memajukan wajah siap menerima ciuman dari Ayana.
"Jangan harap aku mau mencium kamu, Lang! Sudah pergi sana!"
Sekuat tenaga, Ayana mendorong dada Elang tapi tepat saat itu juga Elang menarik tangan Ayana yang berhasil membuat Ayana jatuh ke dalam dekapannya.
Cup.
Secepat mungkin bibir Elang langsung menyambar bibir Ayana dan mengecupnya cukup lama. Tinggi badan mereka yang sama, menjadikan Elang tak perlu berjinjit untuk bisa mencicipi bibir Ayana.
Kemudian, tangan Elang bergerak menahan tengkuk Ayana agar wanita itu tak dapat melepaskan ciuman.
Ayana memberontak dengan cara mendorong dada Elang. Namun, Elang pun tidak tinggal diam. Tangan Elang yang satu lagi mempererat pelukan di pinggang.
Tak lama, Elang melepas tautan bibir karena Ayana menginjak kakinya dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam.
"Aw aw Ay, sakit," Elang meringis merasakan sakit luar biasa di ujung kaki kanannya.
"Siapa suruh berani kurang ajar sama guru kamu sendiri?" ketus Ayana setelah puas menginjak kaki Elang.
Elang berdecak dan memandang wajah Ayana yang kini mengulum senyum senang.
"Iya deh, maaf, Bu Guru. Yang penting kamu jangan marah lagi ya?" ucap Elang mengusap puncak kepala Ayana penuh kelembutan lalu berbalik badan dan berjalan terseok-seok.
Begitu Elang melewati pintu, Ayana segera menutup rapat-rapat.
Lalu dia menyandarkan punggung di daun pintu dan tanpa sadar bibirnya merekahkan senyum saat mengingat kembali ciumannya bersama Elang.
Menggunakan ujung jarinya, Ayana mengusap lembut bibir yang beberapa menit lalu bersentuhan dengan bibir Elang.
Namun, ketika tersadar, Ayana langsung berdecak kesal dan menggelengkan kepala mengusir perasaan aneh yang bersemayam di dalam hati.
"Aku mikirin apa sih? Ayolah Ayana, dia itu bocah tengil yang masih duduk di bangku SMA," gumam Ayana pada dirinya sendiri.
Kemudian, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang mencoba untuk melupakan Elang dengan cara tidur.
*
*
*
Di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah mewah tampak dua orang penghuninya sedang beradu mulut. Si wanita yang wajahnya memancarkan aura kemarahan, memasukan beberapa pakaian ke dalam tas besar.
Sedangkan si pria berusaha untuk mencegah tindakan si wanita.
Merekalah Samsul dan Lilis yang sedang bertengkar hebat setelah Samsul kedapatan menikah dengan wanita lain tanpa sepengetahuan Lilis.
"Sayang, mau dibawa kemana barang-barang aku? Kamu mau mengusirku dari rumah ini?" tanya Samsul dengan suara penuh penyesalan.
Sayang seribu sayang, Lilis yang sudah diselimuti oleh rasa kecewa dan marah, tak menggubris ocehan Samsul. Malah semakin menjadikan Lilis geram pada suaminya itu.
Lilis mengambil sepatu Samsul lalu menjejalkannya ke dalam tas bersama beberapa helai pakaian. Setelah itu dia menutup resleting tas yang kini sudah menggembung.
Lilis menatap tajam dan melempar tas jinjing yang langsung ditangkap oleh Samsul.
"Mulai hari ini kita pisah rumah," bentak Lilis yang dadanya naik turun dengan deru nafas cepat.
"Tapi aku bakal tinggal di mana, Lis? Aku janji aku akan menceraikan kedua istriku yang lain, asalkan kamu jangan mengusirku, Lis," rengek Samsul berlutut masih dalam keadaan memeluk tas.
Lilis memalingkan wajah, tak sudi dia melihat wajah pria yang telah mengkhianatinya.
Padahal menurut Lilis, dia sudah memberikan segalanya pada Samsul. Dia telah memberikan dua orang putra dan bahkan sebagian harta warisan Lilis sudah dipercayakan pada Samsul untuk digunakan sebagai modal usaha.
Namun nyatanya, Lilis mendapati Samsul berkhianat dengan cara menikahi wanita lain.
"Nggak usah pura-pura menderita deh, Mas. Kamu kan masih punya dua istri, terus kenapa juga kamu masih bingung mau tinggal di mana?"
"Tapi, Lis. Dua istriku itu tinggal bareng sama orang tua. Masa iya sih aku harus numpang sama mertua?"
Lilis tertawa sumbang mendengarkan ucapan Samsul.
"Lho bukannya dulu kamu juga menumpang tinggal di rumah orang tua aku, Mas. Kenapa sekarang harus malu tinggal di rumah mertua dari istri-istri kamu yang lain?" sindir Lilis melipat tangan di depan dada.
"Tapi, Lis…"
"Cukup, Mas!" hardik Lilis cukup membuat Samsul terlonjak. "Aku nggak peduli Mas mau tinggal di mana. Pokoknya kamu angkat kaki dari rumahku!"
Lilis berjalan ke luar kamar memanggil satpam untuk mengusir Samsul dari rumah.
Dua pria bertubuh tegap yang bekerja menjadi satpam rumah berlari tergopoh-gopoh menghampiri nyonya mereka. Sesuai perintah, mereka pun menyeret kedua lengan Samsul masing-masing di sisi kanan dan kiri.
Mendengar ada keributan, dua anak Samsul pula ikut keluar dari kamar. Dua bocah laki-laki itu menangis melihat ibu dan ayah mereka bertengkar.
Namun, tangisan sang anak tak menggoyahkan hati Lilis untuk memaafkan Samsul. Setelah memastikan Samsul berada di luar gerbang, barulah Lilis mengajak dua putranya masuk ke dalam rumah.
Samsul menggeram marah. Percuma dia memohon pada Lilis yang sedang dibutakan oleh amarah.
Sehingga Samsul pun menghentikan taksi yang kebetulan lewat di depannya. Dia masuk ke dalam taksi dan memberitahu sang sopir alamat rumah orang tua Ayana.
Ya, Samsul memilih untuk datang ke rumah Jodi terlebih dahulu sebab Samsul akan membuat perhitungan dengan Ayana yang telah berhasil membocorkan rahasia sekaligus merusak rumah tangga Samsul dan Lilis.
Kurang lebih lima belas menit dalam perjalanan, Samsul akhirnya sampai di depan kediaman ayah Ayana.
Dia langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan berteriak memanggil Jodi.
"Samsul? Ada apa ini?" Jodi yang baru saja keluar kamar bertanya penuh keheranan.
"Ini semua gara-gara anak kamu, Jodi," teriak Samsul menggelegar ke penjuru ruangan.
Asih yang ada di dapur pun berjalan menghampiri dengan tangan yang masih menggenggam spatula. Kening Asih mengerut bingung mendapati Samsul datang ke rumah seperti orang kesetanan.
"Maksud kamu Ayana? Kenapa dengan Ayana?" tanya Asih bernada cemas.
Tentu saja sebagai orang ibu, Asih merasa cemas pada putri satu-satunya yang kini tak lagi tinggal bersamanya.
Andai saja diperbolehkan oleh Jodi, sebenarnya Asih ingin berkunjung ke rumah Elang. Tapi apalah daya, Jodi tak pernah mengizinkan Asih menemui Ayana.
"Anak kalian sudah membuat hubungan aku dengan Lilis berantakan," Samsul membentak sambil menunjuk Asih dan Jodi bergantian.
Asih dan Jodi pun hanya bisa saling lirik dengan benak yang semakin bingung.
Siapa Lilis? Apa dia salah satu istri Samsul? Dan apa yang sudah Ayana perbuat sampai Samsul marah besar? Begitulah sekiranya isi hati Asih dan Jodi.
"Sekarang di mana Ayana?" hardik Samsul yang tak melihat sosok Ayana di rumah itu.
"Aya sudah tidak tinggal di sini lagi. Sekarang dia tinggal bersama suaminya," jawab Asih meskipun dia takut pada Samsul tapi masih bisa berkata dengan suara tegas.
Samsul melempar pandangan tajam pada Jodi. Secepat kilat, kedua tangannya meremas kuat bagian depan kaos Jodi sambil menampilkan raut wajah yang syarat akan kemarahan.
"Kenapa kamu nikahkan Ayana dengan pria itu?"
"Samsul, dengarkan aku dulu!" Jodi menelan saliva dan tubuhnya bergetar ketakutan. "Aku menikahkan Ayana dengan pria itu agar Ayana menyesal telah membatalkan pernikahan denganmu. Aku yakin pria itu pasti tidak mampu membahagiakan Ayana, dan nanti, akan ada saatnya aku menyadarkan Ayana supaya dia bersedia menikah denganmu"
Samsul menyeringai seraya melepaskan cengkraman tangan di kaos Jodi.
"Bagus, Jodi. Bagus."