Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.
Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mempu mematahkan semangat nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Pagi itu, Ara bersiap berangkat sekolah seperti biasa. Ia berpamitan kepada Bi Ina, tetapi mengabaikan keluarganya.
"Cih, dasar nggak punya sopan santun," ujar Arga sinis sambil menatap Ara yang sedang menikmati susu cokelat buatan Bi Ina. Ara hanya diam, tak peduli, yang membuat Arga semakin kesal.
"Eh, punya kuping nggak, lo? Nggak ada sopan-sopannya jadi orang," lanjut Arga dengan nada tinggi.
"Diam, Arga. Biarkan saja anak tidak tahu diri itu," sahut Abraham, menyuruh Arga berhenti.
"Tapi kan, Yah, kalau nggak ditegur, dia malah makin ngelunjak. Udah kelakuan kayak jalang, nggak punya sopan santun sama orang tua sendiri," balas Arga dengan nada emosi.
"Udah, kamu diam aja, Arga. Jangan ribut pagi-pagi," ujar Bunda mereka, mencoba meredakan suasana.
"Benar, mending lo diem. Jangan nyari ribut. Toh, dia nggak ganggu lo," timpal Arka dengan suara dinginnya. Akhirnya, Arga pun memilih diam.
"Bi, Ara berangkat dulu, ya," ucap Ara sambil mencium punggung tangan Bi Ina.
"Iya, hati-hati, Neng. Jangan ngebut," jawab Bi Ina sambil tersenyum melihat Ara yang berdiri hormat seperti saat upacara bendera. Ara pun melangkah pergi, melewati keluarganya.
"Oh iya, tadi lo nanya soal sopan santun gue, kan? Gue nggak pernah diajarin sopan santun sama orang tua gue. Nggak tahu juga mereka di mana. Mati mungkin, makanya gue nggak ada sopan santun," ucap Ara dingin kepada Arga sebelum melanjutkan langkahnya ke sekolah. Arka segera bangkit, diikuti Arga dan Vania.
Sesampainya di sekolah, Ara tetap menjadi pusat perhatian. Di parkiran, sudah ada Manda, Nabila, Jessika, dan Risa yang menunggunya. Sementara itu, Darren dan Kenzo baru akan masuk besok saat perayaan ulang tahun sekolah.
"Ara, yuhuuu bestie! Denger-denger nanti ada jam kosong, ya? Besok kan acara ulang tahun sekolah," ucap Nabila, yang diangguki Manda.
"Walaupun jam kosong, tetap aja pasti bakalan diminta bantu dekor aula sama guru-guru," timpal Jessika.
"Gak papa sih, daripada belajar," jawab Nabila santai, yang langsung mendapat tepukan di kepala dari Risa.
Plak!
"Ih, Risa, kok gitu sih?" protes Nabila sambil memanyunkan bibirnya.
"Makanya, kalau ngomong dipikir dulu," balas Risa sambil menatap tajam. Nabila pun mengerucutkan bibirnya, membuat mereka semua tertawa melihat wajahnya.
Tak lama kemudian, Varo, Azka, dan El datang, lalu bergabung dengan mereka.
"Kenapa tuh muka lo?" tanya Azka sambil tertawa melihat wajah kesal Nabila.
"Biasa, kayak nggak tahu aja lo," sahut Jessika, membuat mereka bertiga tertawa.
"Cabut," ucap Ara singkat, lalu berjalan menuju kelas, melewati geng Bruiser yang baru tiba.
"Hai, guys!" sapa Lucas dengan riang kepada Ara dan teman-temannya.
"Lo kenapa nyapa mereka sih?" tanya Alvin heran.
"Salah gitu gue nyapa teman sendiri? Ya nggak?" jawab Lucas sambil ber-high five dengan sahabat-sahabat Ara. Gio, yang melihat Ara, segera menghampirinya.
"Ini sarapan buat kamu. Mommy yang masakin," ucap Gio sambil menyerahkan kotak bekal kepada Ara. Ara menerimanya dengan senang hati.
"Makasih. Bilangin ke Mommy, ya," balas Ara sambil tersenyum kepada Gio. Semua yang melihat Ara tersenyum dibuat terkejut, termasuk warga sekolah lainnya.
"Iya, nanti aku bilangin. Yuk, aku antar ke kelas," ujar Gio sambil menggenggam tangan Ara. Anehnya, Ara tidak menolak. Mereka berdua berjalan dengan wajah datar dan tatapan dingin.
"Kan ditinggalin kita. Yuk, susul!" ajak Nabila, segera diikuti Manda, Jessika, Risa, Azka, Varo, dan El.
"Kenapa lo bisa akrab sama mereka?" tanya Arga sambil menatap sinis ke arah Lucas. "Emang kenapa? Salah, ya? Perasaan gue gak ada masalah apa pun sama mereka, terutama Ara. Kan yang benci dia itu lo sama keluarga lo. Terus apa hubungannya sama gue kalau gue akrab sama mereka?" jawab Lucas sambil memutar bola matanya malas.
"Biasanya kan lo juga gak pernah deket sama mereka. Lo tahu kan Ara gimana? Bisa-bisanya lo temenan sama jalang," ucap Arga dengan nada jengah karena kedekatan Gio dan Lucas dengan Ara. "Kenapa sih lo ngatain adik kandung lo sendiri jalang? Pernah lo lihat dia ngejalang? Ada bukti, gak? Jangan cuma modal bacot aja. Gue heran deh, gak kapok-kapoknya lo udah dihajar sama Ara, masih aja gak sadar. Udah gede juga, harusnya bisa bedain mana baik mana buruk. Ini aja gak bisa. Harusnya yang lo curigain itu orang asing di keluarga lo. Kalau Ara jelas keturunan orang tua lo. Lah, yang orang asing, mak bapaknya aja lo gak tahu gimana latar belakang keluarganya. Bisa aja kan ada bibit jalang atau lahir dari wanita jalang. Bosen gue sama lo. Dan lo semua juga mau aja nurutin mereka dan keluarganya buat benci Ara. Si Ara aja gak ada ganggu kalian, ngerugiin juga enggak. Keluarganya yang benci, kenapa kita harus benci juga?" ucap Lucas sebelum pergi meninggalkan teman-temannya sambil menatap sinis Vania.
"Kak Lucas kenapa ngomong gitu, Kak? Nia juga gak tahu siapa orang tua Nia. Apa iya yang dibilang Kak Lucas?" tanya Vania dengan mata berkaca-kaca. "Udah, kamu jangan dengerin. Dia begitu pasti karena hasutan Ara," ucap Arga menenangkan Vania. "Iya, Arga benar. Jangan diambil pusing," tambah Gavin. "Tapi gue rasa Lucas ada benarnya. Ara lahir dari rahim wanita yang sama, sama lo dan gue. Sedangkan dia, kita gak tahu," ucap Arka sebelum pergi meninggalkan teman-temannya. "Udah, jangan dipikirin. Kita ke kelas aja, yuk," ajak Arga sambil menggandeng Vania dan sahabat-sahabatnya.
Sementara itu, Ara dan sahabatnya sedang duduk di dalam kelas. "Ra, lo beneran udah nerima Gio?" tanya Jessika. "Gue gak tahu. Masih bingung gue," jawab Ara. "Tapi dia baik sama lo dan kelihatannya tulus, Ra. Dan gue rasa dia juga tahu yang terjadi sama lo," ucap Jessika mencoba meyakinkan Ara. "Entahlah, gue gak tahu. Biarin aja dulu. Gue cuma mau nyelesain masalah ini, abis itu ketemu Mommy sama Daddy," ucap Ara yang sudah rindu kepada orang tuanya. "Iya, Ra, gue ngerti," jawab Jessika. Tak lama, guru pun masuk ke kelas.
"Pagi, anak-anak," sapa guru tersebut. "Pagi, Bu," jawab seluruh siswa serempak. "Kalian pasti sudah tahu bahwa besok adalah acara ulang tahun sekolah. Oleh karena itu, hari ini diharapkan semua siswa ikut berpartisipasi dalam persiapan acara besok, seperti membantu dekorasi dan persiapan lainnya. Untuk itu, kalian diminta berkumpul di aula untuk mulai membantu persiapan," ucap guru tersebut sebelum berpamitan dan keluar dari kelas.
Ara dan sahabat-sahabatnya keluar kelas dan menuju rooftop. "Gimana sama persiapan besok? Udah lengkap, kan, Ra?" tanya Manda. "Aman, tinggal nunggu besok aja," jawab Ara sambil menyeringai jahat, membuat mereka merinding melihat ekspresinya. "Lo berdua udah gue atur penampilannya sebelum Ara buka identitas sebagai pemilik sekolah," ucap Jessika. "Gue sih masih gak nyangka ternyata sekolah ini punya lo, Ra," ucap Manda. "Apa lagi besok, ya. Pasti bakalan heboh banget seantero sekolah," ucap Jessika sambil tertawa. "Ckckck, kita cariin, malah kalian lagi di sini," ucap Lucas yang tiba-tiba muncul bersama Gio.
"Kenapa pada nyariin kami?" ucap Jessika. "Gak apa-apa sih, cuma gue bosen banget sama temen-temen gue. Mereka gak ada habisnya benci sama si Ara," ucap Lucas sambil duduk di dekat Varo, Azka, dan El. "Apa lagi ya, enek gue liat muka si Vania. Mau muntah gue. Bisa-bisanya ketipu selama ini," lanjut Lucas sambil mengomel, membuat yang lain tertawa melihat ekspresi kesalnya.
"Emangnya lo tau apa soal tuh anak?" tanya Varo pada Lucas. "Udah tau semua. Kemarin Gio kasih tau gue. Gak nyangka jahat dan licik banget tuh anak. Belum lagi jijik gue pas dia ngata-ngatain Ara 'jalang', padahal dia sendiri yang sebenarnya begitu. Bodoh banget gue percaya sama wajah polosnya. Jijik banget gue, tau gak? Pengen gue cakar tuh muka!" Lucas terus mengomel karena sangat kesal dengan Vania. Mereka pun terkejut karena ternyata Lucas dan Gio sudah tahu semuanya.
"Lo tau semuanya?" tanya Azka lagi memastikan. "Iya, tau semua. Bahkan orang tua kandungnya juga gue tau. Kemarin Gio kasih tau gue semuanya. Tapi yang bikin gue heran, kok lo diem aja sih, Ra? Kalau udah tau, bongkar aja, Ra. Gedek gue lama-lama sama dia," ucap Lucas kepada Ara. "Gue nunggu waktu yang tepat aja," jawab Ara singkat. "Ra, gimana kalau kita kasih tau aja rencana kita sama mereka? Lagian mereka juga udah tau, kan," usul Jessika. "Bener, mending kasih tau. Kita bisa bantu," timpal Lucas.
Ara pun melihat ke arah Lucas dan Gio, merasa mereka bisa dipercaya. Setelah itu, Ara menatap Jessika dan menganggukkan kepala. Jessika yang paham kode dari Ara mulai berbicara: "Jadi, kita udah punya rencana. Besok, di akhir acara ulang tahun sekolah, tepat setelah pengumuman pemilik sekolah, kita bakal bongkar semua kebusukan Vania. Yang pasti, acara itu dihadiri semua wali murid dan guru," jelas Jessika, namun tidak memberitahu bahwa Ara adalah pemilik sekolah. Hal itu akan dibiarkan menjadi kejutan besok.
"Setuju banget gue sama ide kalian! Biar mampus tuh rubah. Gak sabar gue mau lihat wajah-wajah menyesal dari keluarga lo, Ra, apalagi si Arga yang anti banget sama lo," ucap Lucas dengan semangat. "Butuh bantuan?" tanya Gio kepada Ara. "Kayaknya udah semua. Tapi nanti kamu kasih aja bukti yang kamu punya ke Varo. Nanti Varo yang gabungin sama yang lain," jawab Ara. Gio pun mengangguk setuju.
"Eh, bos, lo jadi tampil pas acara besok?" tanya Lucas pada Gio. "Hmm." Gio hanya menjawab dengan deheman. "Emangnya Gio tampil apaan?" tanya El penasaran. "Besok si bos tampil nyanyi. Udah didaftarin juga," jawab Lucas. "Nah, gue ada ide. Kan Ara sama Risa juga tampil. Gimana kalau Ara sama Gio duet, terus Risa yang main gitarnya? Gimana, setuju gak?" usul Jessika sambil bertanya kepada semua. "Setuju!" jawab mereka serentak.
"Setuju, kan, lo berdua? Tuh, mereka semua setuju. Lo juga setuju, kan, Ris?" tanya Jessika kepada Risa, yang dijawab dengan anggukan oleh Risa. Jessika lalu mengalihkan pandangannya ke Gio dan Ara, menunggu jawaban dari mereka berdua.
Gio dan Ara saling berpandangan, lalu akhirnya mereka berdua mengangguk bersamaan.
"Yes! Fix, nanti gue bakal atur ulang penampilan kalian," seru Jessika dengan riang.
Mereka terus berbincang hingga suasana menjadi lebih akrab, terutama bagi Lucas yang mulai merasa nyaman dengan sahabat-sahabat Ara. Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Ara dan teman-temannya segera berkemas untuk pulang. Sore harinya, mereka sudah berjanji akan pergi ke mal untuk membeli dress. Para cowok juga ikut serta—bukan hanya Varo, El, dan Azka, tapi juga Gio dan Lucas.