NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Selina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Selina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Selina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Selina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Kecemburuan.

Sellina celingak-celinguk, bingung dengan ucapan Erza. Ia mempercepat langkahnya menyusul Erza. "Maksut, Pak Erza?"

Erza tiba-tiba berbalik hingga Sellina hampir menabraknya. Dengan gerakan cepat Erza menahan kening Sellina dengan jari telunjuk.

"Kau hubungi pihak Olympus, bilang aku mau ketemu di sini, sekarang juga."

Dengan ragu Sellina mengangguk. Ia segera mengambil ponsel menghubungi pihak Olympus, sementara Erza berjalan menuju tempat duduk yang sudah di sediakan.

Setelah selesai, Sellina menyusul Erza. Di sana ada beberapa hidangan makanan baru yang siap mereka promosikan.

Erza terlihat kurang bersemangat melihat makanan itu, ia acuh tak acuh saat melihatnya.

"Silah kan Anda cicipi Pak. Kira-kira makanan mana yang cocok untuk menu baru kita?" kata kepala koki antusias.

Melihat Erza yang tak fokus Sellina mendekat dan berbisik. "Pak, Erza. Ayo cepat cicipin makanannya, kok Bapak bengong aja."

Erza menatap Sellina lekat hingga membuatnya gugup. Ia mundur saat tatapan Erza seolah ingin menerkamnya.

"Karena pak Erza lagi kurang enak badan, saya yang akan mencicipinya mewakili beliau," ucap Sellina mencoba menawarkan diri. Dia yang pernah belajar memasak cukup bisa di andalkan dalam hal cicip mencicipi.

Diambilnya sendok, namun saat ia hendak mencicipi hidangan itu tiba-tiba kepala koki menghentikannya. "Jangan lancang!"

Seketika hal itu membuat Sellina tersentak. Ia mundur beberapa langkah, "Loh, kenapa?"

"Kau itu siapa benari-berani mengambil keputusan. Pak Erza bahkan gak menyuruhmu, dasar gak tau diri! Kau itu cuma sekretaris baru, tau apa kau?" sentak pria paru baya yang merupakan koki senior di tempat itu.

Seketika restoran yang ramai itu menjadi hening. Ailany yang tak sengaja berada di situ juga menatapnya dengan tatapan puas saat Sellina di permalukan.

"Kau itu gak lebih hanya pajangan buat Erza, jadi gak pantas mewakilinya!" pekik koki itu lagi.

"Buang semuanya!" perintah Erza, dengan nada datar namun terkesan menusuk.

Kepala koki itu menatap rekannya yang lain, bingung. Dengan suara rendah ia berkata, "Apa maksut Pak Erza?"

Erza menoleh perlahan dengan tatapan tajam. "Apa kau gak dengar, aku bilang buang semua makanan itu. Makanan itu sangat gak layak di sini."

"Dan siang ini juga, aku tunggu surat pengunduran dirimu. Aku gak mau liat kau ada di hotel ini lagi," ucapnya santai tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Namun, kepala koki itu terlihat marah besar. Matanya menatap Erza dengan penuh kebencian.

Bagaimana bisa gara-gara seorang sekretaris baru ia di pecat dan di permalukan seperti ini. Ia koki senior di hotel itu, bekerja puluhan tahun tapi kali ini dia di pecat oleh manager muda yang belum memiliki pengalaman di matanya.

"Kau berani memecatku, hah! Kau itu hanya anak kemarin sore, kalau bukan karena ibumu itu kau gak akan ada di posisi sekarang ini Erza. Aku pastikan, kau akan merengek memintaku kembali!" cecarnya sembari membanting celemeknya di atas meja. Dengan marah ia meninggalkan restoran.

Erza tak terpengaruh sama sekali, bahkan ia hanya tersenyum. Sementara Sellina masih mematung sambil memegangi sendoknya.

Erza menepuk kursi di sampingnya, meminta Sellina duduk. "Cepat duduk, jangan bengong."

Elena segera meminta beberapa pelayan untuk menyingkirkan makanan yang ada di atas meja.

Sellina yang masih syok menatap Erza dengan bingung dan kagum. Bingung karena pemecatan yang tiba-tiba, dan kagum saat melihat betapa tegasnya dia.

Tak berani bertanya lebih jauh, Sellina memilih membuka iPadnya mencari materi meeting.

Setelah beberapa saat makanan pembuka datang. Beberapa dessert mereka sajikan, dari beberapa macam puding dan aneka cake.

Sellina segera mendekatkan beberapa hidangan ke arah Erza. "Ini buat Pak Erza," ia mendorong piring puding. "Silahkan, Pak."

Ezra dengan bingung menerima dan memakannya beberapa suap. 'Ada apa dengannya. Bukannya dia tadi masih marah denganku?'

Sellina merasa terikat hutang budi yang tak terucap, sebuah beban yang ia pikul sejak Erza membelanya. Ia ingin membalas dengan bersikap baik padanya. Perlahan memaafkan sikap kurang ajarnya tadi.

Sellina duduk dengan gelisah. Kedua kakinya di silangkan.

Erza, yang sejak tadi mengamatinya, akhirnya membuka suara. "Kau kenapa? Kau baik-baik aja kan?

Sellina tersentak, lalu menggeleng cepat. "Gak Pak. Aku cuma izin mau ke toilet."

Tanpa menunggu jawaban, Sellina sudah bergegas pergi, meninggalkan Erza yang hanya bisa tersenyum kecil.

Setelah beberapa saat, Sellina kembali ke restoran.

Begitu memasuki ruangan, matanya langsung terpaku pada sebuah siluet yang sangat di kenalnya, Tristan. Namun, yang membuatnya terkejut bukan hanya kehadiran Tristan, melainkan fakta bahwa Erza dan Tristan duduk di meja yang sama.

Pikiran Sellina langsung melayang, ia menduga bahwa Tristan adalah salah satu petinggi dari perusahaan Olympus, mitra bisnis yang selama ini Erza tolak.

Selama ini ia tak tahu suaminya itu bekerja apa dan di mana. Bahkan ia tak pernah membawanya ke luar rumah berdua. Selama ini hanya Reykha lah yang selalu ia bawa saat ada acara penting. Ia hanya pajangan yang tak pernah Tristan sentuh.

Dengan langkah ragu, ia mulai mendekati meja mereka. Namun, takdir punya rencana lain. Tiba-tiba, Ailany , yang berada tak jauh dari sana dengan sengaja menjulurkan kakinya.

Seorang pelayan yang sedang membawa senampan penuh minuman kehilangan keseimbangan, terjatuh, dan seluruh isinya menimpa Sellina.

Bruugh!

Prank!

Suara gelas kaca yang berjatuhan dan pecah berhamburan di lantai memekakkan telinga. Sellina jatuh terduduk, tubuhnya basah kuyup dan berubah menjadi lukisan abstrak berwarna-warni akibat tumpahan aneka minuman.

Kejadian itu memancing perhatian seluruh pengunjung restoran.

Erza dan Tristan sontak menyadari kejadian yang menimpa Sellina. Tanpa ragu, keduanya bergegas menghampiri.

Tristan, yang terkejut mendapati Sellina di sana, spontan ingin membantu. Ia membuka jasnya, berniat menutupi tubuh Sellina yang basah dan mulai memperlihatkan siluet pakaian dalamnya. Namun, gerakannya kalah cepat dari Erza.

Dengan sigap, Erza melepas jas yang di kenakannya dan membungkus tubuh Sellina rapat-rapat. Sentuhan kain hangat itu sedikit meredakan dingin yang menusuk kulit Sellina. Ia masih terlalu syok untuk bereaksi, hanya bisa mematung di tempat.

"Apa ada yang luka? Coba lihat!" pinta Erza dengan nada khawatir. Ia memeriksa tubuh Sellina dengan teliti, memastikan tidak ada pecahan kaca atau luka akibat insiden tersebut.

"Baguslah, kau gak papa," ujarnya lega.

Ia berbalik ke Elena yang berdiri di belakangnya. "Elena bawa Sellina untuk ganti pakaian. Panggil orang butik dan minta mereka membawa beberapa pakaian."

Elena mengangguk cepat, "Baik, Pak," lalu merangkul Sellina, membimbingnya untuk pergi.

Di sisi lain, Erza, yang terkesan cuek dengan masalah seperti itu dan terkesan acuh, kini memancarkan kemarahan. Tatapannya menghunus tajam ke arah pelayan yang gemetar.

"Kau!" bentaknya, suaranya menggelegar di seluruh ruangan. "Kalau kerja itu yang bener! Sekarang juga, enyah dari sini! Aku gak sudi ngeliat kau lagi di hotel ini!"

Seketika semua kembali hening tak ada yang berani bersuara termasuk Tristan. Restoran mewah dengan banyak pengunjung itu berubah sepi.

Dengan wajah pucat, pelayan itu berlutut di hadapan Erza. "Ma ... maafkan saya Pak. Sunggu saya tidak sengaja, kaki saya tersandung. Jangan pecat saya Pak, saya mohon, saya butuh kerjaan ini."

Namun, Erza tetap membisu tanpa sepatah kata pun. Dengan langkah tegas, ia meninggalkan pelayan yang terisak dan kembali ke mejanya, di ikuti oleh Tristan.

Di meja lain, Ailany menunduk dalam-dalam, menyembunyikan wajahnya di balik buku menu. Jantungnya berdebar kencang, takut jika perbuatannya terbongkar dan ia yang akan menerima akibatnya.

Tristan yang duduk di depan Erza, mengamati dengan tatapan penuh tanya. 'Apa hubungannya dengan Sellina? Mengapa Erza begitu peduli dan protektif padanya?'

Ia tahu betul reputasi Erza sebagai seorang playboy, dan perhatiannya pada Sellina membuatnya curiga.

"Ada hubungan apa kalian? Kenapa kau begitu peduli padanya?" tanya Tristan, tanpa basa-basi, memecah keheningan.

Erza, yang tadinya bersandar santai, menegakkan tubuhnya. "Siapa? Sellina yang kau maksud? Apa urusanmu, Tuan Tristan? Kau datang ke sini untuk membahas pekerjaan, bukan mengorek kehidupan pribadi kami. Sudahlah, jangan membahas hal lain yang tidak penting."

Tristan, yang terpancing emosinya, tidak menyerah. Ia merasa harus tahu segalanya tentang Sellina. Entah mengapa, rasa penasaran itu begitu kuat mencengkeramnya.

"Sepertinya dia mainanmu yang lain? Masalahnya, selama ini banyak desas-desus tentangmu yang gemar mempermainkan wanita," ujarnya dengan nada sinis.

"Ha ... ha ..." Erza justru tertawa geli. "Anda lucu banget ternyata. Kita baru aja ketemu loh, tapi kok berani Anda bicara begini padaku? Apa kau tidak takut aku menolak pengajuan kerja sama ini?" ucapnya datar, namun tersirat ancaman di dalamnya.

"Tapi gak apa-apa. Aku akan menjawab pertanyaanmu, lagian aku gak gampang marah kok. Santai aja," ucapnya, ia lalu kembali merilekskan tubuhnya dengan bersandar di sandaran kursi.

"Sellina bukan mainanku. Dia satu-satunya wanita yang ... aku sendiri gak punya niat menjadikannya mainan.Paham kan maksudku, masak gak paham," tambahnya dengan nada santai namun terlihat keseriusan di ucapannya.

"Apa maksud Pak Erza!"

Tiba-tiba suara Sellina memecah ketegangan, membuat Erza dan Tristan tersentak kaget.

1
🍒⃞⃟🦅☕︎⃝❥~`•suami aku`•~⧗⃟ᷢʷ
lanjut Thor semngat /Joyful/
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
gmn mau punya anak, wong Tristan nggak pernah mau nyentuh selina lohh
Yuli Yulianti
mumpung dirmh orang tua Tristan mending jujur deh sellina klo kamu ud nggak sanggup bertahan lg
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©: bener itu kak.. biar nggak sakit hati mulu
total 1 replies
𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒊 🍒⃞⃟🦅
kek pernah liat namanya /Chuckle/
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: 🤭🤭 iya emng sesuatu ini nama🤣
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
udah pada metong dong🤣🤣🤣
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
wehh mau apa lagi itu nenek sihir
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hilih bukan pemilik kok sok2an
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
Nathan statusnya menantu tapi kelakuan seperti pemilik aja
Mardiana Mardiana
bacanya sambil senyum-senyum dong😁
ditunggu kelanjutannya❤❤
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: siap deh... ngebut nulis
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
awas selina, Ezra mulai nyaman tuhh🤭🤭
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
astaghfirullah tuduhan mu sekejam itu😭😭
Mardiana Mardiana
seruu bab ini😁😁❤❤
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lanjut Thor, semakin seru🤭🤭
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mantap selina
Mardiana Mardiana
ditunggu lanjutannya 😊
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: sabar ya buk.. ini gebut nulisnya 🤭
total 1 replies
Mardiana Mardiana
ikut gereget bacanya😁
Mardiana Mardiana
suka dengan karakter selina dia tegas keren banget ❤
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mumpung cepat sadar kamu selina
☘𝓡𝓳 𝙉ᗩƁίĻԼል
mampir kak
awan
ada rahasia apa ini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!