Ilya Perry-Ivanova menikahi Nicholas Duncan hanya untuk satu tujuan: melarikan diri dari sangkar emas neneknya yang posesif.
Tapi Nicholas Duncan, sang pecinta kebebasan sejati, membenci setiap detik dari pernikahan itu.
Tujuannya Nick hanya satu: melepaskan diri dari belenggu pernikahannya, yang mana berarti Ilya. Istrinya yang paling indah dan jelita.
Ketika satu pihak berlari ke dalam ikatan itu, dan pihak lain mati-matian berlari keluar, mampukah mereka selamat dari perang rumah tangga yang mereka ciptakan sendiri?
×wasabitjcc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wasabitjcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Hello, Nicky Nick
Tiga hari sudah berlalu selama Ilya tinggal di kediaman Duncan. Selama tiga hari itu, keluarga Ilya dan keluarga Nick mulai membicarakan rencana pernikahan.
Mereka semua sependapat ingin melakukan pesta pernikahan yang mewah dan meriah pada pertengahan Oktober nanti, dan Ilya, setiap ia mendapat pertanyaan baik dari Maya atau dari Freya, ia menyuarakan pendapatnya dengan seantusias mungkin.
"Yess, tanggal 10 Oktober. Hmm. Tanggal cantik, sangat sempurna." Tentu saja itu tidak sempurna. Kecepatan. Bagaimana ceritanya mereka akan menikah dalam kurun waktu 20 hari?
"Tiga ribu tamu undangan, woaaahhh, menurutku itu kurang banyak, tapi mau bagaimana lagi. Aku suka itu. Waaah, pestanya pasti akan sangat meriah." Sangat meriah dan merepotkan!
Tiga ribu tamu? Siapa orang-orang itu dan dari mana mereka berasal? Apa mereka semua manusia atau serangga? Sekali lagi, tiga ribu? Sangat tidak masuk akal!
"Broken white atau porcelain, ya? Umm, keduanya pilihan yang sulit. Aku juga suka warna Lily white. Bagaimana ini? Lihat, dovetail white juga sangat indah." Semuanya terlihat sama, yaitu putih. Ilya tidak mengerti kenapa ia perlu memikirkan hal konyol ini.
Ada banyak hal yang membuat Ilya ingin merotasikan mata dan meludahkan kata-kata berbisa kepada anggota keluarganya yang menyibukkan diri dengan perencanaan pesta. Namun, ia menahan diri karena bagaimanapun, pernikahan ini adalah kemauannya.
Pada segala perencanaan pernikahan ini, peran Ilya adalah sebagai tim hore, tepatnya. Ilya tidak bisa mengutarakan keberatan saat semua orang sangat menggebu-gebu ingin melihatnya dalam gaun putih, bersanding dengan Nick yang omong-omong, terbebas dari kegilaan ini karena dia selalu punya cara untuk melarikan diri.
Pada hari pertama, Nick mengatakan ada rapat penting dengan kliennya yang datang dari Zimbabwe.
Pada hari kedua, dia pergi ke LA untuk menjenguk temannya yang sakit.
Dan pada hari ketiga, dia pergi bersama Eddy untuk bermain golf.
Tcih.
"Bilang saja kamu melarikan diri." Ilya berkomentar seperti itu ketika ia melihat Nick dan Eddy jalan berdampingan meninggalkan keramaian. Mereka nampak begitu akur dan disaat bersamaan, begitu menjengkelkan. Ilya jengkel melihat Nick melarikan diri darinya, dan lebih jengkel lagi melihat Eddy memihak cowok sok elite itu.
Sehati dengan Ilya yang jengkel melihat Nick terus-terusan menghilang, Ingrid juga memandang tingkah Nick sebagai sesuatu yang negatif. Katanya Nick terkesan enggan dengan kehadiran mereka, dan keengganan pria itu membuat Ingrid kecewa.
Kekecewaan yang Ingrid ujarkan kepada Ilya dan Freya pada malam hari itu membuat kegugupan menjalar di dada Ilya. Kerongkongannya menjadi gersang dan lehernya seperti tersangkut oleh setangkai tulang.
Sebanyak Ilya setuju pada pandangan Ingrid, Ilya tidak bisa membiarkan wanita itu terus berpikir demikian. Ingrid tidak boleh kecewa pada Nick. Ingrid tidak boleh melihat Nick dalam lensa negatif. Ilya tidak mau Ingrid meragukan kualitas Nick sebagai suami dan lebih parah daripada itu, Ilya juga tidak mau Ingrid memonitor hubungan mereka lebih lama setelah pernikahan.
"Aku harus melakukan sesuatu," kata Ilya pada dirinya sendiri. Seusai mengobrol ringan dengan Freya dan Ingrid di teras belakang, Ilya menuju kamarnya dengan keresahan yang tak kunjung reda.
Ilya mondar-mandir memikirkan solusi untuk membuat Nick melekat padanya. Apa pun itu. Ia harus melakukan sesuatu.
"Akan aku lakukan, akan aku lakukan..." Ilya mengulang-ulang kalimat itu seperti mantra. Di kepalanya ia berusaha merangkai berbagai rencana, sebuah jalan untuk membuat Nick terlihat bersamanya.
"Haruskah aku melakukan itu?" Sebuah solusi terbit di benak Ilya, tapi dari ekspresinya yang masam, jelas sekali solusi itu bukan sebuah solusi yang baik dan menyenangkan.
"Yaaa, sepertinya hanya itu satu-satunya cara..."
Ilya melihat keluar balkon kamarnya dan menemukan bulan purnama menggantung rendah di angkasa.
Balkon. Benar. Balkon. Ia belum menggunakan balkon itu untuk mendekatkan diri pada Nick. Ia harus mulai menggunakan balkon itu seefisien mungkin.
...----------------...
Nick dan Eddy kembali ke rumah ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Pada jam itu, hanya para pria yang terlihat asik bercengkerama di depan televisi ruang santai, menyaksikan bola sambil menikmati beberapa botol bir. Para pria di sini adalah Alexey Ivanov dan Hayden Duncan. Seryozha di mana? Jangan ditanya.
Sebenarnya Nick tidak suka tidur di rumah, tapi demi menghargai tamunya yang datang jauh-jauh dari Rusia, dan karena Hayden mengancamnya, Nick terpaksa menginap untuk beberapa hari di rumah yang menampung mimpi buruknya itu.
"Bagaimana permainan kalian hari ini?" Menyadari kehadiran Nick dan Eddy yang memasuki ruang santai, Hayden langsung mengajak Eddy berbincang. Senyum Hayden mekar lebar, seakan-akan isi kepalanya adalah permen kapas dan musik zumba.
Nick membencinya. Nick benci melihat keramahan yang terlukis di parasnya.
Tanpa perlu repot-repot meladeni Hayden, Nick terus melangkah ke kamarnya di lantai dua.
Setiba di kamar, Nick langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri untuk ketiga kalinya hari itu. Nick tidak suka berkeringat. Walau tadi ia sudah mandi di kamar mandi arena golf, ia tetap tidak merasa nyaman karena sudah terkena angin malam saat di perjalanan pulang.
Sesudah mandi, Nick seharusnya menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti. Namun, bukannya melangkah menuju lemari, tubuh Nick tersentak oleh pemandangan yang terbilang sangat absurd dan mengejutkan. Jantungnya seperti berhenti berfungsi.
"Nick?" Suara perempuan menyapa indera pendengarannya.
"Nicky Nick? Apa kamu di dalam?" Lalu, disertai panggilan itu, ada suara ketukan.
Keterkejutan Nick seketika berkurang, reda tergantikan kejengkelan.
Sialan, hampir saja ia mempercayai kalau setan itu sungguhan!
Ilya Ivanova! Apa yang perempuan itu pikirkan saat berdiri di pintu balkonku dengan penampilannya yang serba putih itu?! Apa dia berusaha menakutiku?!
Dengan kekesalan yang mengambil alih kewarasan, Nick bergegas menuju pintu balkon kamarnya dan menyentaknya kuat sampai terbuka. Ilya yang berdiri berseberangan dari daun pintu itu ternyata menopang beban tubuhnya di daun pintu, dan whuuushh!
Ilya jatuh di dada Nick.
Secara otomatis, Nick pun menyambutnya, menyelamatkannya. Bukan karena Nick peduli, tapi karena ini instingnya sebagai manusia dengan otak yang berfungsi normal.
"Waah, hampir saja." Ilya bergumam di dada Nick yang segar seperti sabun jeruk, kedua lengannya mendekap pinggang Nick. Posisi itu begitu ambigu, dan Nick tidak menyukai Ilya yang dekat-dekat dengannya sambil mengendusnya.
"Bisa kamu berdiri sekarang?" tegur Nick padanya.
Ilya sepertinya sadar pada posisi mereka yang aneh, dan dia sesegera mungkin mengambil dua langkah mundur dari hadapan Nick. Sepasang mata hijaunya membola lucu. Eh, bukan lucu, menjengkelkan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Nick padanya. Suara begitu tegas.
"Aku mencarimu," jawab Ilya pula. Cengirannya melebar jenaka.
"Apa alasan kamu mencariku?"
"Aku, umm, bukankah sudah jelas..., aku, maksudku..., aku menemuimu, karena aku..."
Ucapan Ilya yang bertele-tele membingungkan Nick, jadi ia tegaskan sekali lagi pertanyaannya pada Ilya. "Apa?"
"Rindu." sahut Ilya, terlalu cepat.
"Aku rindu kamu," kata Ilya lagi, kali ini lebih percaya diri. "Aku datang kemari karena aku tidak ada melihatmu belakangan ini, jadi kupikir, yah, karena balkon kita terhubung, kenapa aku tidak menemui kamu saja. Kita bisa minum teh dan mengobrol sepanjang malam. Kamu tahu, kan, karena kita akan menikah. Kita perlu lebih mengenali satu sama lain."
Ucapan Ilya saat itu memberikan Nick pencerahan. Mereka memang perlu berbincang seperti yang Eddy sarankan.
"Kamu ada benarnya," balas Nick. "Mari kita bicara."
"Baiklah, aku akan menunggu kamu di luar dan..."
"Kita bisa bicara sekarang," sahut Nick, ia sudah siap untuk mengikuti Ilya ke balkon ketika mata perempuan itu lagi-lagi membola lucu.
Ilya menghentikan langkah Nick dan berbicara dengan suara jenaka, "Nick, kamu..., kamu belum berpakaian."
"Ah!"
Sialan!
...----------------...