NovelToon NovelToon
Black Division

Black Division

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Sistem / Mafia
Popularitas:265
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
​Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
​Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukum Mati

Gema ringisan pelan dan desah napas berat adalah satu-satunya suara di gudang penyekapan yang lembap. Udara berbau karat, air laut, dan rasa takut yang pekat.

Guntur Darma, si Adharma, berdiri dalam keheningan yang mencekam, trench coat hitamnya yang panjang seakan menyerap semua cahaya di ruangan itu. Topeng full-face bergaya tengkorak miliknya menutupi ekspresi, tetapi aura kebenciannya terasa seperti gelombang panas.

Di depannya, duduk terikat pada kursi besi adalah Mr. Liew, pejabat senior Organisasi Pemerintah Asia Tenggara. Liew adalah lambang kemewahan yang korup: jas mahal yang kini robek, wajah bengkak karena pukulan, dan matanya yang memohon.

"Tolong... Adharma," Liew memohon, suaranya parau dan basah oleh air mata. "Aku sudah bilang, aku tidak tahu siapa yang mengatur semua. Aku hanya pion! Aku hanya mengumpulkan dana korupsi!"

Adharma tidak bicara. Dia hanya meletakkan sebuah lembar kertas di atas meja besi di hadapan Liew. Itu adalah kertas HVS biasa, namun dilipat dengan lipatan sangat rapi, tajam seperti pisau cukur.

"Pion?" Suara Adharma serak, seperti batu yang digesek. "Pion biasanya dibuang. Tapi kau, Liew, kau mengorganisir penipuan obligasi untuk sektor pangan. Kau menjarah perut rakyat miskin yang melarat di tahun 2035 ini. Kau bukan pion. Kau adalah komandan kelaparan."

Liew menggelengkan kepalanya panik. "Bukan aku! Itu sistem! Semuanya diatur dari atas! Kami hanya mengikuti arusnya!"

Adharma meraih kertas HVS yang dilipat itu. Ia memegang ujungnya, menunjukkan ketajaman yang luar biasa. "Arus, katamu? Kalau begitu, mari kita lihat seberapa 'arus' matamu ini."

Liew tersentak, wajahnya menunjukkan kengerian yang tak terbayangkan. Dia tahu apa yang akan dilakukan Adharma. Legenda tentang metode interogasi brutalnya adalah mimpi buruk.

"JANGAN! JANGAN SENTUH MATA SAYA!" teriak Liew histeris, mencoba melepaskan diri dari ikatan.

Adharma tidak peduli. Dia memegang kepala Liew dengan satu tangan dan dengan tangan lain, mengarahkan ujung tajam kertas HVS itu.

"Sistem korupsi di seluruh kawasan Asia. Hanya satu nama. Siapa yang mengatur Master Plan keruntuhan ekonomi ini, Liew? Siapa yang mendapat untung dari penderitaan rakyat? Siapa yang memegang kendali penuh?"

Liew mencoba mengalihkan pandangan, tetapi tangan besi Adharma memaksanya melihat lipatan kertas yang mematikan itu.

"Aku akan memberimu kesempatan. Katakan namanya. Atau kau akan melihat dunia ini dari dua lubang berdarah, dan kau akan tetap mati. Pilihlah."

Liew menelan ludah. Rasa sakit akibat penyiksaan sebelumnya (pukulan, air dingin, kejut listrik) kini terasa jauh lebih menakutkan dibandingkan janji kerusakan permanen pada indra penglihatannya.

"Aku... aku tidak tahu nama! Aku hanya tahu... kode operasionalnya di laporan finansial rahasia! J-jangan mata saya!"

"Kode operasional tidak berguna bagiku," balas Adharma, nada suaranya tak beremosi, namun penuh ancaman. Dia menggesekkan lipatan kertas itu perlahan di kelopak mata Liew.

Liew menjerit, meski kertas itu belum menyentuh bola matanya. Trauma psikologis mengalahkan rasa sakit fisik. "Sakit! Sakit! Baik! Aku akan bicara!"

Adharma menarik kertas itu, memasukkannya kembali ke saku trench coatnya.

"Aku akan memberikan metode yang lebih perlahan, mungkin kau akan lebih fokus."

Adharma mengambil tang kecil dari tas peralatannya, tang yang biasa digunakan untuk mencabut paku atau kawat. Tang itu berkilat di bawah lampu gudang yang redup.

Liew langsung tahu. "Kuku... tidak! Jangan kuku! Sakitnya bisa gila!"

"Gila adalah tempat kita berdua akan berakhir, Liew," kata Adharma. "Tapi kau duluan."

Adharma mencengkeram jari telunjuk Liew yang tebal, menjepit tang itu tepat di bawah matriks kuku.

"Siapa yang mengatur sistem korupsi di seluruh kawasan Asia?" tanya Adharma lagi.

"Aku... aku tidak tahu namanya!" Liew memohon, wajahnya memerah karena menahan napas.

Adharma menarik tang itu sedikit. KRKKK. Hanya bunyi kecil, tapi rasa sakitnya merobek saraf Liew. Liew berteriak, tenggorokannya hampir pecah. Kuku itu terangkat sedikit, memperlihatkan daging yang berdarah.

"Katakan. Namanya."

"Ahhh... Tolong! Keluarga... keluarga Ra... Ra..."

"Keluarga apa?" Adharma mendesak, tangnya bergerak lagi, kali ini lebih cepat dan kejam.

ROBEK!

Kuku jari telunjuk Liew tercabut paksa. Darah menyembur. Liew berteriak melengking, tubuhnya kejang-kejang di kursi. Dia menangis, tersedu-sedu, mentalnya runtuh sepenuhnya.

Adharma membuang kuku itu ke lantai. "Keluarga apa, Liew?! Aku sudah tak punya banyak waktu!"

Liew, yang kini sudah berada di ambang kegilaan, tidak lagi peduli pada rasa sakit atau hidupnya. Trauma mental dari penyiksaan ini telah mencapai puncaknya.

"R-Rhausfeld!" Liew berhasil merangkai satu kata di antara isak tangis dan napasnya yang terputus-putus. "Keluarga Rhausfeld! Mereka yang mengendalikan semua obligasi! Semua perusahaan bayangan! Mereka yang paling atas! Semua dari ... dari mereka!"

Adharma terdiam. Keluarga Rhausfeld. Sebuah clue yang samar, namun cukup spesifik untuk memulai penyelidikan Black Division. Dia mendapatkan yang dia mau.

"Terima kasih, Liew," kata Adharma, nada suaranya kembali datar dan dingin. "Kau sudah menyelesaikan peranku."

Tangan Adharma yang lain dengan mulus bergerak ke belakang trench coatnya. Dia mengeluarkan salah satu Cerulit Kembar ikoniknya, bilah melengkung yang tajam berkilat dalam cahaya remang-remang.

Liew, yang masih tersiksa oleh rasa sakit kuku yang tercabut, melihat bilah itu, dan matanya melebar dalam kepanikan yang terlambat.

"T-tunggu! Kau janji! Kau bilang setelah aku bicara..."

"Aku tidak pernah berjanji apa-apa," sela Adharma, mengangkat cerulit itu tinggi-tinggi. "Aku hanya bilang kau punya pilihan: mati buta atau mati tahu. Aku memilih yang kedua. Tapi untuk korupsi sebesar ini, hanya ada satu vonis. Hukum mati."

Dalam gerakan tunggal yang cepat, tanpa keraguan dan tanpa suara keras (kecuali suara cerulit yang membelah udara), Adharma memenggal leher Liew.

SHLICK.

Kepala Liew jatuh ke lantai gudang, memantul sekali sebelum berguling di antara genangan darah. Lehernya menyemburkan darah ke udara yang pengap.

Adharma berdiri diam sejenak, menatap mayat itu. Satu hama lagi musnah.

Dia membersihkan cerulit kembarnya ke jas mahal Liew, lalu menyarungkannya kembali ke punggung. Dia tidak pernah membuang senjata, dan dia tidak pernah meninggalkan pekerjaannya setengah-setengah.

Dia mengambil nafas dalam-dalam, mengatur emosinya yang selalu bergejolak di balik topeng. Keluarga Rhausfeld. Nama itu akan diserahkan kepada Black Division.

Adharma mulai berjalan menuju pintu baja gudang, tempat dia masuk.

Saat tangannya menyentuh pegangan pintu, pintu itu terdorong ke dalam dengan kekuatan eksplosif.

BRAAKK!

Adharma terlempar mundur, menghantam tumpukan drum kosong. Dia segera bangkit, cerulitnya sudah berada di tangan, siap bertarung.

Di depan pintu, berjarak hanya lima meter, berdiri tiga sosok berseragam abu-abu gelap, dengan armor yang jauh lebih berat dari Pengaman Kuat yang dihadapi Harlottica dan Gunslingers. Tactical armor mereka dilengkapi viser optik yang menatap Adharma.

Pengaman Kuat yang ditingkatkan.

"Adharma," suara komandan regu itu berdesis melalui comm mereka, tidak terkejut sama sekali melihat kepala Liew di lantai. "Kami sudah menunggu Anda menyelesaikan tugas. Kepala Liew sudah lama diburu. Tapi kau, kau adalah hadiah yang lebih besar."

Mereka mengangkat senjata serbu berat.

Adharma hanya menyeringai di balik topeng tengkoraknya. Mereka telah melanggar privasinya, dan mereka melihat karyanya.

"Kalian salah alamat," desis Adharma, memegang erat kedua cerulit kembarnya. "Rumah duka ada di jalan lain."

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!