Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa. 
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata. 
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 11
Erinna menatap sebuah salon di depannya dengan tatapan datar, bangunan yang berdiri kokoh itu seperti memanggilnya untuk berkunjung. Dia menatap beberapa wanita yang keluar dari sana satu persatu, cantik dan anggun. Kecantikan mereka semakin terpancar setelah keluar dari salon itu. Dia perlahan menatap Denis yang seperti kelelahan sambil menggenggam tangannya, sungguh dia sedang berada di dalam dilema besar saat ini.
Dia mencoba menghitung uang pemberian Azka yang tersisa setelah membawa putranya bermain di Playground. Dia berpikir sejenak lalu berusaha meyakinkan dirinya. Ini adalah kesempatan yang tidak bisa dia sia-siakan, mungkin tidak akan datang lagi di lain waktu. Dia perlahan menarik napasnya pelan lalu berjongkok untuk menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan Denis.
"Sayang, kamu mau ngak melihat mama seperti tante itu?" tanya Erinna sambil menunjuk ke arah salah stu pengunjung salon itu yang keluar dai sana.
Mata Denis langsung tertuju pada wanita yang mempunyai rambut sebahu berwarna ash brown itu. Matanya langsung berbinar lalu menatap sang mama dengan penuh semangat. "Mau, Ma. Mama pasti sangat cantik jika seperti itu, ayo kita ke sana. Denis mau melihat mama seperti tante itu."
Denis menarik tangan Erinna memasuki salon itu dengan penuh semangat, tentu kedatangannya langsung di sambut hangat oleh oleh pemilik salon itu. Erinna hanya tersenyum canggung sambil memperhatikan para pengunjung di salon itu dengan seksama. Cantik, semua terlihat begitu cantik dan anggun, sangat berbeda dengan dirinya.
Dia perlahan menatap celana jins dan juga baju kaos kumuh yang dia kenakan, sangat jauh berbeda dengan penampilan para pengunjung yang ada di sana. Bukan hanya para pengunjung, tetapi para karyawan di salon itu juga terlihat sangat modis. Sehingga menciptakan rasa rendah diri pada Erinna.
"Hei! Kamu tampan sekali." Gia, pemilik salon itu menoel gemas pipi Denis.
"Terima kasih, Tante! Tante juga cantik. Apa bisa tante membuat mamaku seperti tante?" tanya Denis menatap kagum penampilan Gia.
"Tentu saja, Sayang. Karena kamu adalah anak laki-laki yang tampan dan sayang sama mamamu, maka tante akan kasih diskon tiga puluh persen." Gia tersenyum hangat sambil memperhatikan penampilan Erinna dari atas sampai bawah. Sudah di pastikan wanita itu butuh perawatan ke seluruh tubuhnya.
"Ayo duduk, Sayang. Kita mulai dari tubuh dulu baru wajah dan terakhir rambut. Tapi ini butuh waktu lama," ucap Gia sambil menatap jam yang telah menunjuk ke pukul empat sore.
"Tidak apa-apa, Mbak. Rumah kami tidak jauh kok, hanya lima belas menit dari sini,'' ucap Erinna tersenyum canggung.
"Ok! Kalau gitu nanti rambutnya kita smoothing blow permanen ya. Kalau warnanya mau apa?
"Warna rambut mbak, warna apa?"
''Ini warna light brown, kamu mau?"
Erinna hanya mengangguk kecil menangapi ucapan pemilik salon itu. Setelah mendapat persetujuan dari Erinna, Gia langsung memanjakan tubuh wanita itu dengan tangannya sendiri. Denis juga sibuk bermain dengan karyawan dan juga pengunjung yang ada di sana. Bocah itu sangat ceria, sehingga membuat orang-orang di sana merasa gemas akan setiap tingkahnya. Bahkan ada juga yang dengan senang hati memberikan jajanan dan juga uang saku untuknya.
*
*
*
Amrita menatap jam telah menunjuk ke pukul sebelas malam, tetapi Erinna belum pulang juga. Padahal wanita itu pergi dari jam tujuh pagi tadi, tetapi sampai sekarang belum pulang, pergi kemana mereka? Dia membereskan bekas makanan yang tersisa di atas meja bersama Aruna sambil mengomel kesal. Tentu dia sangat kesal, karena hari ini calon menantu idamannya datang berkunjung untuk meminta restu Erinna sebelum melangsungkan pernikahan dengan Azka besok lusa.
Dia menatap Bella yang duduk dengan tidak nyaman di ruang tamu, tentu saja wanita itu tidak nyaman berada lama-lama di rumah mereka yang sempit, sangat berbeda dengan tempat tinggalnya yang luas dan mewah. Setelah membersihkan meja makan, Amrita dan juga Aruna langsung duduk bergabung dengan Azka dan juga Bella. Mereka menatap Bella yang terus bersandar manja kepada Azka dengan tatapan penuh kehangatan, sangat berbeda dengan tatapan mereka ke Erinna.
"Azka, coba kamu hubungi Erinna, dimana dia? Kenapa jam segini belum pulang juga. Atau jangan-jangan." Amrita terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Dia juga bermain di belakangmu?"
Azka langsung melemparkan tatapan tajamnya kepada Amrita, tentu dia tahu jelas bagaiman sifat Erinna, jadi tidak mungkin wanita itu mengkhianati pernikahan mereka. "Ibu jangan bicara yang tidak-tidak. Erinna bukan wanita seperti itu, Azka tahu betul bagaimana dia."
Mendengar pembelaan Azka, Amrita hanya menggunjingkan bibirnya kesal, tetapi dia langsung mengalihkan perhatiannya kepada Bella. Dia tidak ingin melihat aset berharganya itu tidak nyaman, sehingga dia langsung mengalihkan pembicaraan. ''Sayang kamu pasti ngak nyamanya?"
"Ngak kok, Ma. Ini hanya sebentar, Bella ngak papa kok nunggu lama, asalkan pernikahan kami berjalan lancar." Bella tersenyum ramah sambil berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan calon suaminya itu. ''Nanti jika kami sudah menikah, kita pindah ke rumah Bella aja ya. Di sana sangat luas untuk kita semua."
"Itu ngak perlu, Bel. Sudah cukup kamu memberikan semuanya kepada kami, mobil pekerjaan, bahkan uang bulanan untuk ibu dan Aruna. Lagi pula." Azka terdiam sambil menatap ketiga wanita itu secara bergantian. "Itu hanya akan menyakiti Erinna lebih dalam lagi."
Bella membuang napasnya pelan mendengar ucapan Azka, memang dia ikhlas di jadikan istri kedua oleh Azka, tetapi dia juga wanita biasa. Ada rasa cemburu di hati kecilnya melihat pria yang dia cintai menghawatirkan wanita lain.
"Baiklah jika itu yang kamu mau." Bella tersenyum kecil lalu kembali menyandarkan kepalanya di bahu Azka. Cukup lama mereka berbincang, hingga akhirnya terhenti ketika mendengar sara mobil yang berhenti di depan rumah mereka. Dengan cepat Azka bangkit dari duduknya dan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Namun, matanya seakan tidak ingin berkedip, dia menatap penampilan baru Erinna dengan penuh kekaguman.
"Papa sudah pulang?" tanya Denis memecahkan lamunan Azka.
"Em! ia, Sayang. Kalian dari mana saja?" tanya Azka tanpa mengalihkan pandangannya dari Erinna.
"Sayang, kamu masuk ya. Cuci kaki dan tangan, jangan lupa gosok gigi, lalu tidur ya. Kamu pasti lelah," ucap Erinna mengalihkan pembicaraan ketika melihat kehadiran Bella di belakang Azka.
Denis hanya mengangguk lalu masuk ke rumah melewati Azka. Setelah melihat Denis masuk ke kamar, Erinna langsung menatap penampilan calon madunya itu dari atas sampai bawah.
"Tanpa kamu perkenalkan diri juga aku sudah tahu siapa kamu. Jika kalian ingin menikah, maka menikahlah. Aku ikhlas demi Denis." Erinna tersenyum sinis sambil menatap Azka dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Tidak ada yang lain."
Bersambung....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜