"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADA SEDIKIT RASA WAS-WAS
Setelah aku mandi dan sarapan, aku keluar akan menuju rumah ibu Mira untuk meminta izin. Karena rumah mama yang bersebelahan dengan ibu Mira itu akan di tembok full sampai atas.
Dulu memang pembangunan itu sengaja tidak di tutup hingga full, karena alm papa yang memintanya. Agar bisa saling sapa dengan tetangga. Namun kali ini mama memintanya untuk di tutup full, aku hanya menurut saja apa yang mama inginkan.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum." ucapku di depan rumah ibu Mira.
"Assalamualaikum." ucapku
"Walaikum salam. Ya sebentar." ucapnya dari dalam.
Ibu Mira pun langsung membuka kan pintu gerbangnya.
"Eh nak Reyna. Masuk-masuk. Ada apa nih, tumben pagi-pagi." ucap ibu Mira.
Aku tersenyum dengan simpul. Sungguh aku tidak enak untuk mengatakan ini semua kepada ibu Mira. Namun tidak enak kan jika tahu-tahu dinding tembok itu di tutup.
"Maaf bu, mengganggu ya?" ucapku dengan ragu, takut saja wanita paruh baya di depan ku ini sedang sibuk.
"Ah tidak. Memang sedang masak di dapur. Tetapi sudah di lanjutkan oleh bibi kok." ucap ibu Mira yang kini duduk di hadapanku.
"Ada apa ya nak Rey?" ucap ibu Mira lagi.
Aku tersenyum dan menatap ke dalam.
"Anak-Anak saya masih pada tidur. Biasalah. Jika hari libur pasti bangun nya pada siang. Habis sholat subuh, eh mereka tidur lagi." tukas ibu Mira.
Aku pun hanya mengangguk saja.
"Mmm, begini bu. Aduh saya mulai dari mana ya?" ucapku sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Ada apa sih nak Rey, katakan saja. Insya Allah saya bisa mengerti." ucap ibu Mira yang orangnya sangat keibuan sekali.
"Pertama-tama saya ingin meminta maaf bu, atas sikap mama yang kemarin. Dan saya kesini ingin meminta izin." ucap ku yang terjeda.
Jujur ak sangat tidak enak sekali dengan ibu Mira. Karena sudah bertahun-tahun lamanya, rumah dirinya dan mama saling berdampingan. Dan tidak ada penutup antara keduanya. Namun sekarang tiba-tiba akan di tutup tembok full. Tentu pasti ibu Mira akan tersinggung.
"Saya sudah memaklumi apa yang terjadi kemarin Rey, dan untuk izin? Memangnya Kamu ingin meminta izin apa sama saya?" ucap ibu Mira.
Aku memilin bajuku. "Emmm, begini bu, mama menyuruh untuk menutup tembok rumahnya di sebelah ibu itu. Maaf nih bu, takut saja ibu akan tersinggung." ucapku dengan menunduk.
Ibu Mira terdiam cukup lama. Hingga aku memberanikan diri untuk menatap wajahnya.
"Ya, itu sih terserah kamu saja Rey, lagian itu kan batas tembok rumah mamamu. Jika ingin di tutup ya silahkan saja. Saya tidak melarangnya. " ucap ibu Mira dengan lembut, tidak ada kata marah atau tersinggung di dalam nada bicaranya.
"Sekali lagi saya meminta maaf sama ibu, maafkan mama saya bu, saya juga tidak tahu, mengapa mama bisa begitu." ucapku dengan lesu.
Bukan niat ingin membuka keburukan mama. Namun entah mengapa aku juga menangkap sikap aneh dari mama satu tahun belakangan ini.
"Ya ya nak Rey, tidak papa. Saya sudah memaafkan Rieta. Sudah ya. Lakukan saja, nanti saya akan memindahkan tanaman yang ada di pembatas tembok itu." ucap ibu Mira.
Aku tersenyum dan bangkit mencium tangannya.
"Terima kasih ya bu, karena sudah mengizinkan." ucapku dengan sungkan..
"Ya Allah Rey, padahal tidak perlu kamu izin seperti itu, karena memang itu sudah menjadi hak mu untuk di tutup atau tidak. "ucap ibu Mira yang juga bangkit dari duduknya.
"Tapi kan sama saja tidak enak bu, kita hidup itu saling bertetangga. Jika sudah izin begini kan menjadi tidak enak.' ucapku sambil berjalan ke arah luar.
Ibu Mira mengangguk. "Kamu memang sangat beda dengan ibumu, kamu ini sangat dewasa lho. Baik, cantik pula. Hehhee. Cara kamu itu memang sudah benar Rey, ibu malah sangat berterima kasih sama kamu, karena sudah mau menghargai ibu." ucap ibu Mira.
Aku pun hanya mengangguk dengan senyum saja. Dan aku langsung pamit pulang kepada ibu Mira. Memang jika dari teras rumah ibu Mira, terlihat halaman rumah mamaku, karena rumah kami memang saling berdampingan.
"Assalamualaikum."ucapku.
"Walaikum salam." jawabnya.
Aku segera bergegas menuju rumah pak RT untuk meminta dua tukang. Agar pekerjaan nya bisa cepat selesai. Setelahnya aku menyerahkan urusan material kepada pak tukang, aku langsung menuju dapur untuk membuatkan minuman juga camilan. Jika pengerjaan sampai siang, aku juga harus menyediakan makan siang untuk pak tukang.
Saat aku memotong ayam, tiba-tiba saja tanganku tergores pisau tajam. Sangat perih sekali. Beruntung selalu ada obat P3K. Aku menjadi kepikiran Kiara. Sedang apakah putriku itu? Apakah dia happy jalan-jalan tanpa diriku? Ah, ya sudahlah. Yang terpenting putriku sudah jalan-jalan dengan papanya.
Aku segera buru-buru menyelesaikan pekerjaanku. Di depan juga ada ibu Mira yang ikut mengawasi pak tukang. Padahal tidak aku minta, namun beliau dengan baik menunggui dan memberikan buah pisang juga untuk pak tukang.
"Ibu Mira masuk dulu, ini minum." ucapku yang memanggil.
Wanita paruh baya itu berjalan ke arahku dengan senyum. Beliau tahu jika mama sedang pergi. Sehingga ibu Mira pun mau untuk datang ke rumah.
"Wah malah repot-repot nih nak Rey." ucap ibu Mira.
"Tidak kok bu. Hanya air saja kok." ucapku dan duduk berhadapan dengan ibu Mira.
"Em.. Anakmu kemana?" ucap ibu Mira.
"Kiara sedang jalan-jalan sama papanya, juga mama bu." ucapku dengan senyum.
Ibu Mira yang sedang menyesap teh tiba-tiba terbatuk.
"Uhuk uhuk uhuk"
"Ibu, pelan-pelan." ujarku.
Mata ibu Mira langsung menatapku dengan tatapan yang terkejut.
"Jadi mamamu pergi dengan suamimu juga Kiara? Saya kira Rieta sedang di kantornya. " ucap ibu Mira.
"Iya bu, mereka pergi bersama. Juga ke kantor. Tetapi sekalian ajak Kiara untuk berjalan-jalan. Memangnya kenapa sih bu?" ucapku sambil menyatukan kedua alisnya.
"Ya saya kaget saja Rey, harusnya kamu yang menemani Saka serta Kiara jalan-jalan. Bukan ibumu." ucap ibu Mira.
Aku terdiam. Memang seharusnya begitu, namun bagaimana lagi? Aku juga tadi bangun kesiangan.
"Ya tidak papa lah bu, lagian mas Saka dan mama juga ada sedikit pekerjaan di kantornya. Jadi ya sekalian saja." ucapku dengan sedikit malu.
"Ya ya. Namun saran saja Rey, jangan kamu terlalu membiarkan suamimu dekat dengan mamamu. Takut saja. Ya, pasti kamu tahu maksud saya!" ucap ibu Mira.
Aku mengangguk dengan menunduk. Memang benar apa yang ibu Mira katakan. Tidak seharusnya aku terlalu membebaskan mas Saka dan mama selalu pergi berdua. Aku juga menjadi ada sedikit rasa was-was.
"Terima kasih ya bu, sarannya" jawabku.
Ibu Mira mengangguk dan langsung mengajakku untuk keluar. Sebab dindingnya sudah setengah jadi.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek