Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..
Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.
Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
"Oo, baik Tuan Revaldi", jawab Andi dengan gaguk.
Semakin menjelang malam udara dingin kian menyeruak masuk hingga ke tulang-tulang. Nampak beberapa kali Revaldi menguap hingga akhirnya Ia memilih merebahkan tubuhnya di atas salah satu sofa panjang yang ada di dekat pintu.
Sementara Andi sendiri lebih memilih berkutik dengan ponselnya sedari tadi daripada merasa canggung berada di samping Revaldi.
Hingga tak beberapa lama Revaldi langsung tertidur pulas karena kecapekan seharian ini hanya menjaga Tiara, meski sesekali pula Ia keluar bersama Amy walau hanya sekedar mencari makanan ringan atau coffe.
Lama-lama juga kesal sendiri bermain ponsel, akhirnya Andi memilih menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku bajunya. Lantas Ia yang mendapati Revaldi tertidur pulas, Ia beringsut duduk di dekat Tiara.
Ia tarik selimut ke atas menutupi hampir seluruh tubuh Tiara agar tidak kedinginan malam ini, pasalnya kulit Tiara makin terlihat sepucat putih tulang.
Sesudah membenahi selimut Tiara, Andi kembali duduk di kursinya yang berada di samping Tiara. Ia tatap dengan lekat wajah Cantik Tiara yang semakin mempesona bak seorang Peri itu.
"Nona cantik, kapan Engkau bangun?", ucapnya sendu.
Sekian beberapa menit menatap paras cantik Tiara membuat rasa kantuk datang menyelimutinya, dan tanpa berlama-lama Ia beralih ke arah salah satu sofa yang ada di dekat Revaldi.
Malam berlalu begitu cepat, hingga tak terasa kini mentari pagi tampak menyingsing dikejauhan. Udara segar menyeruak keluar dengan aroma khas tanah basah. Bunga-bunga kecil pun mulai tampak bermekaran di sekitar taman.
"HOAMM", uap Andi yang terduduk di kursi depan dekat taman.
"Masih mengantuk?", seru salah satu Bodyguard Revaldi yang terlihat paling muda. Andi yang baru bangun dengan surai acak-acakan lantas menoleh ke arahnya.
"Suasana pagi ini begitu tenang tidak seperti biasanya, jadi ngantuk", ujar Andi dengan polosnya.
"Iya juga, Saya sebenarnya juga masih ngantuk", serunya.
"Gimana kalau habis ini, Kita keluar bentar cari Coffe?", usul Lelaki Bodyguard itu dengan ekspresi cerianya. Sedangkan Laki-laki di sebelahnya mengernyitkan alisnya sejenak seolah-olah sedang mengingat-ingat sesuatu.
"Waduhh, Saya lupa. Maaf bro, sekarang seharusnya Saya pulang dan mengambil bekal untuk Tuan Revaldi dulu. Kalau telat dikit pasti Ibuku ngomel seminggu", jelas Andi gelagapan dan tampak terburu-buru.
Sedangkan Lelaki Bodyguard di sebelahnya itu tampak menahan tawa dengan mengalihkan pandangannya ke samping.
"Udah, ketawa aja gak usah sungkan. Memang beginilah nasibku", seru Andi yang telah mengetahui gelagap teman barunya itu sedari tadi.
"Bwahahaha"
"Udah capek ketawanya?", seru Andi pasrah.
"Hehehe, sorry Bro..habisnya nasibmu ternyata jauh lebih buruk dari nasibku. Tapi, jika Kau berada di posisiku sekarang yang jauh dari orang tua rasanya omelan Ibu adalah perhatian yang paling Ku rindukan saat ini", jawab Bodyguard itu seraya menepuk pelan bahu Andi.
"Iya deh, ya sudah sekarang Aku pulang dulu ya..lain kali saja kita menghabiskan waktu luang bersama", seru Andi sambil berjalan pergi meninggalkan lorong itu. Namun belum agak jauh, Dia tampak mengingat sesuatu dan menoleh ke belakang tempat dimana Bodyguard itu duduk.
"Andi", seru Andi yang menunjuk dirinya dengan sebelah tangannya. Tampak Bodyguard tadi tersenyum ramah sembari menunjuk dirinya.
"Farhan"
...*** ...
Sejak dua minggu yang lalu Tiara dirawat di Rumah sakit ini, usaha Emy yang meminta bantuan ketuanya beserta beberapa rekannya yang lain dalam upaya penyembuhan Tiara tidaklah sia-sia.
Kini telah tercipta sebuah formula percobaan pertama yang akan disuntikkan ke dalam tubuh Tiara.
"Semoga saja ini berhasil", ucap Dr. Ramses yang mengulurkan sebuah botol kecil dengan cairan yang bewarna biru muda di dalamnya pada Amy.
"Saya harap benar-benar berhasil nantinya, Terima kasih", seru Amy dengan mata berbinar melihat botol itu.
"Jangan berterima kasih dulu Dr.Amy, Kita tunggu dulu saja reaksinya apakah berhasil", ujar Dr. Çansu.
"Baiklah, Saya akan pergi mencobanya pada pasien Saya dulu", pamit Amy dengan senyum lebarnya, sebelum akhirnya berjalan meninggalkan enam orang Dokter yang ada di ruangan itu.
Dengan langkah tergesa-gesa Amy berjalan memasuki ruangan Tiara, di dalam sana sudah ada beberapa orang perawat yang sedang memantau kondisi Tiara. Tidak luput pula Revaldi yang tetap setia menunggunya di dekat para Perawat itu.
"Tuan Revaldi", seru Amy dengan mata berbinar senang. Revaldi pun melangkah mendekati Amy dengan segenap rasa penasarannya.
"Kenapa Dok?", tanya Revaldi bingung. Tiba-tiba tanpa sadar Amy yang terlalu senang memegang dan menggenggam ke dua tangan Revaldi.
"Akhirnya Saya bersama rekan-rekan Saya mendapatkan solusi untuk Tiara", ungkap Amy dengan girangnya.
"Benarkah?", tanya balik Revaldi dengan antusias.
"Tetapi... ini belum tentu seratus persen menjamin kesembuhan Tiara, ini hanya bisa sedikit membantu memulihkannya saja", sela Amy dangan tiba-tiba sendu.
Sekilas nampak sedikit kekecewaan dalam sorot mata Revaldi, namun segera ditepisnya dengan harapan kondisinya bisa lebih baik dari sebelumnya saja Ia sudah sangat bersyukur.
"Tidak apa-apa Dok, Saya percaya Tiara perlahan akan segera sembuh", seru Revaldi meyakinkan Amy.
"Baiklah, kalau gitu tolong Anda sekarang keluar dulu...Saya dan yang lainnya akan mencoba yang terbaik untuk Ara", pinta Amy.
Revaldi segera melangkah keluar diiringi seorang Perawat yang menutup pintu rapat, sedangkan yang lainnya mempersiapkan segala sesuatunya. Tampak dari jendela kaca yang ada di pintu, Amy tengah memasukkan suatu cairan ke dalam suntikkannya kemudian menyuntikkan ke tangan kanan Tiara.
"Permisi Tuan"
Revaldi yang terlonjak kaget segera menengok Seseorang yang ada di belakangnya.
"Andi, ada perlu apa?", tanya Revaldi dengan ekspresi datarnya.
"Ini Saya bawakan kotak makanan seperti biasanya", seru Andi yang sedikit bingung pasalnya tidak biasanya pintu di depannya itu tertutup rapat.
"Taruh aja di situ", tunjuk Revaldi pada deretan kursi yang ada di sampingnya itu. Andi pun menurut dan langsung meletakkan beberapa kotak makan itu ke atas kursi yang ditunjuk Revaldi.
"Maaf sebelumnya karena Saya lancang bertanya, tapi mengapa pintu ruangan Nona Tiara terkunci?", tanya Andi yang penasaran sembari melirik pintu di dekatnya itu.
"Dokter sedang memeriksanya", jawab Revaldi singkat.
Tiba-tiba saja pintu yang tadinya tertutup kini terbuka dengan menampilkan para Perawat yang membawa beberapa peralatan medis dan juga Dr. Amy yang berada di antaranya.
Mereka berjalan ke luar begitu saja, hingga kini hanya menyisakan Dr. Amy, Revaldi dan juga Andi.
"Tenang, semua akan baik-baik saja. Paling lambat seminggu kemudian Tiara akan terbangun dari tidurnya", jelas Amy.
"Bukankah seharusnya Ara akan terbangun selang dua minggu lagi?, atau..", jeda Revaldi yang sedang menelisik sesuatu.
"Ya, Tuan Revaldi. Formula yang tadi Saya masukkan ke dalam tubuh Tiara dipastikan berfungsi mengurangi masa tidurnya", jelas Amy dengan sorot mata bahagia.
"Begitukah..,sekali lagi Terima kasih banyak Amy", seru Revaldi yang tanpa sadar menggenggam kedua tangan Amy.
"Eemm, sama-sama Tuan. Sudah menjadi kewajiban Saya sebagai DOKTER memastikan kesembuhan semua pasien Saya", kode Amy sembari melirik keberadaan Andi dan berusaha melepaskan pegangan Revaldi.
"Ooh, maaf..Saya tidak sengaja", ujar Revaldi yang langsung saja melepaskan pegangannya dari Amy setelah menyadari keberadaan Andi di sampingnya.
"Ya, tidak masalah. Kalau begitu Saya pamit dulu", seru Amy yang langsung melengos pergi dari hadapan Mereka begitu saja.