NovelToon NovelToon
Ku Dapat Dudamu

Ku Dapat Dudamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: housewife

Dalam perjalanan pulang dari kantor Sheryl tiba-tiba bertemu dengan cinta monyetnya waktu SMA yang pernah membuatnya patah hati, tapi ternyata dia sudah punya anak. Akankah cinta itu tumbuh lagi setelah 10 tahun berlalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon housewife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran

 Sesampainya di rumah, Lusi dan orang tuanya duduk-duduk di ruang tengah melepas lelah setelah melalui kemacetan di jalan sambil berbincang-bincang.

"Ehem, Nak tadi sama Bimo di taman kalian ngomongin apa?" tanya Darmawan penasaran.

"Nggak ada yang penting, aku cuma bilang terimakasih sama dia dan dia juga minta maaf katanya udah ikut campur urusan aku. Udah cuma itu." jelas Lusi.

"Menurut kamu Bimo gimana?" tanya Darmawan.

"Mm...ya nggak gimana-gimana, ya baik aja gitu. kayaknya." jawab Lusi.

"Kira-kira kamu udah siap ngga?" tanya Darmawan.

"Siap untuk apa Pa?" Lusi tanya balik.

"Siap membuka hati kamu buat orang lain lah..." jawab Darmawan.

"Mm...nanti dulu deh Pa aku masih belum siap,.... aku mau ke kamar ya Pa, Ma, capek." ucap Lusi lesu.

"Ya sudah sana istirahat." ucap Desi.

Lusi pun berjalan ke kamarnya, sedangkan Papa Mamanya masih di ruang tengah.

"Papa ini baru juga sampai udah nanya-nanya kayak gitu, coba lihat anak kita jadi bad mood lagi kan." Omel Desi ke Darmawan.

"Yaa maaf deh, iya Papa salah." sesal Darmawan.

 Begitu Lusi masuk kamar dia meletakkan tasnya di meja rias. Setelah itu dia membersihkan dirinya terlebih dahulu lalu memakai piyamanya. Sebelum tidur dia mengambil HPnya dari dalam tas dan mengeceknya, dan ternyata ada pesan dari nomor tak di kenal. Pesan itu bertuliskan :

"Ini nomor aku save ya, Bimo"

"O...Bimo, paling-paling dia dapet nomor aku dari Papa." gumam Lusi.

Lalu dia pun membalasnya dengan satu kata "Ya", setelah itu Lusi menyimpan nomor itu ke dalam kontaknya.

  Di seberang sana Bimo yang merasa ceroboh karena tidak sengaja mengirim pesan tiba-tiba ponselnya berbunyi karena mendapat balasan, dia pun membacanya.

"Dia cuma balas "Ya", singkat banget kayaknya dia biasa-biasa aja deh." gumamnya.

***

  Keesokan harinya pada saat berada di restorannya, Bimo mempromosikan menu baru restorannya berupa sajian khas Sunda dengan memposting foto makanannya yang menampilkan menu nasi, lalapan mentah, sambal beserta lauk pauknya, ke media sosial termasuk di status what's-upnya. Biasanya Bimo menghadirkan hidangan ala barat, namun karena sepi pengunjung maka ia mencoba menambahkan menu lokal yang mungkin lebih diminati oleh pengunjung.

  Ketika Lusi sedang membuka what's-up nya ia mengintip postingan status dari beberapa teman di kontaknya, termasuk status Bimo yang menampilkan postingan menu makan siang restorannya. Karena tertarik dengan menunya, Lusi pun mengomentari postingan Bimo.

"Wah kayaknya enak tuh."

Bimo pun membalas.

"Emang kamu suka lalapan?"

"Belum pernah sih makan yang mentah-mentah tapi kalau nonton orang mukbang kelihatannya enak." balas Lusi.

Bimo pun meng-share lokasi restorannya ke Lusi.

"Jangan cuma nonton sini cobain dari pada bosen di rumah terus." ketik Bimo.

" Iya juga sih aku lagi gabut, e...nanti jam makan siang aku boleh ke situ?" tanya Lusi.

" Boleh..." jawab Bimo.

  Menjelang makan siang Lusi izin pada Mamanya untuk makan siang di restoran Bimo. Tadinya Lusi hendak mengajak Mamanya tapi karena Lusi mengajaknya mendadak, Mamanya menolak karena di rumah pembantunya baru selesai masak. Akhirnya Lusi pergi sendiri dengan mengendarai mobilnya.

  Sesampainya di restoran Lusi memarkirkan mobilnya. Karena sedang jam makan siang keadaan restoran cukup ramai, tapi Bimo sudah menyediakan meja untuk Lusi. Saat memasuki restoran Lusi menelepon Bimo.

"Halo, aku udah sampai nih." kata Lusi.

"Oh iya sebentar aku ke depan." kata Bimo lalu menutup teleponnya.

Begitu Bimo keluar dia langsung melihat Lusi dan melambaikan tangan.

"Hai..." sapa Bimo.

"Hai juga." jawab Lusi.

"Kamu sendiri?" tanya Bimo.

"Iya, tadinya mau ajak Mama tapi mamanya mau makan dirumah aja soalnya udah telanjur masak, mungkin next time."

"Oh iya ngga apa-apa, ayo sini duduk aku udah sediain meja buat kamu." ajak Bimo.

Lusi pun duduk di tempat yang telah disediakan. Lalu Bimo memanggil salah satu anak buahnya.

"Anto.. sini To!"

"Ya Mas Bim."

"Tolong catet pesanannya ya To. Silakan Lusi kamu mau pesen apa?" tanya Bimo.

"Aku mau pesen nasi, lalapan, sambel dan gurame bakar." kata Lusi.

"Oke, terus minumnya apa mbak?" tanya Anto.

"Es Kuwut satu, air mineral satu."

"Oke siap, ditunggu ya mbak."

Sementara Anto menyiapkan pesanan, Lusi berbincang-bincang dengan Bimo.

"Di luar terik banget ya, gimana tadi di jalan? macet ngga?" tanya Bimo.

"Ngga sih, e... resto kamu lumayan rame Bim." kata Lusi.

"Ya, Alhamdulillah sejak ada menu baru emang ada peningkatan, apalagi pas jam makan siang begini, kebanyakan pengunjungnya pegawai-pegawai kantor." jawab Bimo.

"Kenapa kamu nggak ikut gabung di perusahaan Papa kamu?" tanya Lusi.

"Ceritanya aku mau belajar bikin usaha sendiri, tapi ternyata nggak segampang yang aku perkirakan. Ujung-ujungnya minta tolong Papa juga hahaa..." jawab Bimo.

"Ngga apa-apa yang penting kan niat kamu buat belajar mandiri. Dari pada aku pengangguran." Ucap Lusi.

"Kenapa kamu ngga bantuin aja Papa kamu di kantor?"tanya Bimo.

"Rencananya awal bulan depan aku baru mulai kerja di kantor Papa." jawab Lusi.

Setelah beberapa lama tibalah pesanan Lusi.

"Silakan mbak... Selamat menikmati." ucap Anto.

"Iya makasih mas." jawab Lusi.

"Ayo silakan mau coba yang mana dulu?" tanya Bimo.

"Aku coba minumannya dulu deh." Lalu Lusi menyeruput minumannya.

"Mm seger banget, pas banget lagi panas-panas begini,....."

  Lusi mulai menikmati makan siangnya yang mana ternyata dia sangat menyukai menu yang belum pernah ia coba itu. Bimo senang melihat Lusi bisa makan dengan nikmat. Bimo tidak memperbolehkan Lusi membayar makan siangnya malah justru Bimo menambahkan desert sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang Lusi supaya dia merasa senang.

  Semenjak itu Lusi dan Bimo mulai akrab. Mereka suka janjian bila ada kesempatan untuk sekedar ngopi bareng atau makan bareng, dan dari situ perlahan-lahan Lusi mulai mempunyai perasaan suka terhadap Bimo. Memang tidak perlu waktu lama bagi Bimo untuk menaklukan wanita karena dia sudah berpengalaman. Tapi kali ini beda dia tidak berani bersikap seenaknya terhadap Lusi. Bimo lebih berhati-hati dalam perkataan maupun sikapnya. Bimo sebenarnya juga punya perasaan suka terhadap Lusi, tapi entah kenapa dalam hatinya masih ragu untuk mengungkapkannya.

***

  Tiga bulan berlalu Darmawan pun mulai membahas tentang perjanjian investasi pada Rendi. Dia ingin kerjasama mereka segera terjalin dengan membuat surat kesepakatan perjanjian investasi supaya nanti bisa secepatnya menikahkan Bimo dengan Lusi. Mereka pun sama-sama mengeluarkan surat perjanjian yang akan mereka tanda tangani berdua. Pembahasan ini pun segera disampaikan oleh Rendi pada anaknya.

  Malam itu di rumahnya, Rendi menunggu Bimo pulang kerja. Dia ingin menyampaikan sesuatu padanya. Setelah beberapa lama Bimo pun akhirnya datang.

"Assalamu'alaikum." ucap Bimo.

"Wa'alaikumsalam." jawab Rendi.

"Bim Papa mau ngomong sesuatu, Papa tunggu di sini." ucap Rendi.

"Ya, aku mandi dulu." jawab Bimo.

Setelah itu Bimo pergi membersihkan diri dan berganti pakaian lalu kembali ke ruang tengah.

"Ada apa Pa?" tanya Bimo.

"Bim apa kabarnya kamu dan Lusi? Apakah ada perkembangan? Sepertinya belakangan ini kalian semakin dekat." Tanya Rendi.

"E...iya sih kami belakangan ini sering jalan atau makan bareng. Tapi aku belum bilang suka sama dia hehee" jawab Bimo cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenapa nggak bilang aja terus terang? Kamu kan udah sering pacaran. Apa susahnya bilang suka?" tanya Rendi.

"Itu dia Pa, aku masih nunggu waktu yang tepat."

"Kalau kamu nunggu waktu yang tepat, sekarang ini sepertinya waktu yang tepat. Papa dan Pak Darmawan sudah menyepakati surat perjanjian. Tinggal menentukan tanggal untuk kamu melamar Lusi." ucap Rendi.

"Apa Pa? melamar? nembak aja belum." sahut Bimo.

"Halah ngga usah nembak-nembak langsung aja lamar. Pokoknya siap atau tidak siap kamu harus siap. Siapkan waktu, siapkan diri kamu. Besok sempatkan waktu kamu untuk pergi ke toko perhiasan, cari cincin yang bagus untuk Lusi." tegas Rendi.

"Serius nih Pa? Secepat itu?" tanya Bimo.

"Ya serius lah, kamu suka ngga sama Lusi?" tanya Rendi.

"Su....suka." jawab Bimo.

"Lusi nya suka juga ngga sama kamu?" tanya Rendi lagi.

"Belum tahu, tapi kalau dilihat dari sikapnya yang malu-malu sih sepertinya iya." jawab Bimo.

"Ya sudah, itu saja sudah cukup. Dia gadis dan kamu bujang, kamu suka, dia suka. Orang tuanya setuju, Papa juga setuju jadi mau ngapain lagi? Malam Minggu besok kita ke rumahnya. Siapkan diri kamu mantapkan hati kamu." tegas Rendi lalu dia langsung pergi ke kamarnya, meninggalkan Bimo sendiri yang terbengong di ruang tengah. Bimo menyandarkan kepalanya di sofa menengadah memandang langit-langit rumah. Dalam hati dia merenungkan perkataan Papanya

'Papa nih, cepat banget sih mengambil keputusan. Kata-kata Papa ada benarnya juga sih, tapi apakah aku sudah siap untuk berumah tangga? Aku memang menyukai Lusi tapi apa benar Lusi memang orang yang tepat buat aku? apakah benar aku orang yang tepat buat dia? Kalau sudah seperti ini kan aku jadi tidak bisa apa-apa lagi selain melakukan apa yang sudah Papa bilang. Haah...Ya sudahlah, kalau ini memang takdir...aku harus menerimanya. Bismillah saja semoga ini memang yang terbaik buat aku.

  Besok sorenya dengan hati yang mantap Bimo pergi ke toko perhiasan membeli cincin untuk Lusi. Dan juga dia tidak lupa dia membeli buket bunga. Setelah itu dia pulang ke rumah mempersiapkan diri untuk datang ke rumah Lusi bersama dengan Papanya. Begitu juga dengan Rendi yang sudah menyiapkan beberapa hadiah untuk di bawa ke rumah Lusi. Ketika sudah siap mereka pun berangkat di antar oleh supir Rendi.

 Darmawan sudah tahu bahwa Rendi akan datang ke rumahnya malam ini tapi Rendi tidak menyebutkan akan melamar Lusi malam ini dia hanya bilang ingin main saja ke rumahnya. Begitu mereka sampai alangkah terkejutnya Darmawan melihat Bimo datang dengan membawa buket bunga yang cantik dan supirnya membantu mengeluarkan beberapa macam hadiah dari dalam bagasi.

"Assalamu'alaikum" ucap Rendi dan Bimo.

"Wa'alaikumsalam." jawab Darmawan.

Mereka saling berpelukan dan berjabat tangan.

"Mari, mari silakan masuk." ucap Darmawan lau mempersilakan mereka duduk.

Desi menyambut mereka di ruang tamu setelah itu memerintahkan pembantunya untuk membuatkan minuman dan Desi juga memberitahukan kedatangan mereka kepada Lusi yang sedang ada di kamar. Desi pun menyuruh Lusi untuk berganti pakaian yang rapi dan sopan.

"Ada apa sih mah pake ganti baju segala? Mana baju formil lagi." ucap Lusi.

"Sudah nurut saja nanti juga kamu tahu." kata Desi sambil me make-up darurat wajah Lusi dengan sedikit bedak dan lipstik.

  Begitu Lusi dan mamanya ke ruang tamu Papanya tengah mengobrol bersama Rendi. Lusi dan Desi pun ikut duduk bergabung. Seketika pembicaraan Papanya terhenti, Lusi memberi salam pada pak Rendi dan menyapa Bimo. Lusi heran mereka berpakaian formil sekali seperti mau ada acara.

"Apa kabar Nak Lusi?" sapa Rendi.

"Baik Om." sahut Lusi tersenyum

"Kamu heran ya tiba-tiba kami berdua datang ke sini?" tanya Rendi.

"E...iya Om aku kurang paham sebenarnya kita mau kemana ya rapi-rapi begini?"tanya Lusi.

"Hahaha....kita nggak mau pergi kemana-mana Lusi..." jawab Rendi sambil tertawa.

"Jadi langsung saja ya ke intinya." lanjut Rendi.

"Silakan Pak Rendi." ucap Darmawan.

"Bismillah, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Maaf sebelumnya kami tidak mengabari terlebih dahulu kedatangan kami ini. Maksud kedatangan kami kesini adalah ingin menjalin hubungan yang lebih dekat lagi dengan keluarga Pak Darmawan, saya selaku kepala keluarga bermaksud melamar putri Pak Darmawan untuk putra saya, Bimo. Bagaimana kira-kira tanggapan Pak Darmawan dan keluarga?"

Darmawan pun memberikan tanggapan.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya terus terang saya terkejut tiba-tiba Pak Rendi dan Bimo datang dengan penampilan yang formil seperti ini, karena saya tahunya Pak Rendi hanya mau sekedar berkunjung saja. Maksud kedatangan Pak Rendi dan Bimo tentu saja saya menyambutnya dengan baik tujuan yang mulia ini. Saya dan Istri saya tidak keberatan apabila Nak Bimo ingin meminang putri kami karena pernikahan sendiri merupakan salah satu ibadah. Tapi terlepas itu semua kami juga ingin mendengar sendiri keputusan dari anak kami, Lusi."

Lalu Darmawan mengalihkan pandangan ke Lusi dan bertanya, "Bagaimana Nak, apa kamu menerima lamaran ini?"

...----------------...

1
Getoutofmyway
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
Almendra Acevedo
Cerita ini bikin ketagihan, thor. Cepetan update lagi ya! 🤤
KnuckleBreaker
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!