Ketika kamu ikhlas menerima semua takdir di hidupmu,maka Allah akan membalas tuntas semua kepahitan mu dengan beribu kebaikan.
Percayalah bahwa segala sesuatu yang baik untuk mu tidak akan Allah izinkan pergi dari mu, kecuali akan di ganti dengan yang lebih baik lagi (Ali Bin Abi Thalib).
Nasehat itulah yang menjadi penguat seorang gadis bernama Hasya Nur Shafiyyah,saat hidupnya di penuhi ujian pahit dan sakit, setelah ia menikah dengan pria pilihan Kakak nya.
" Kau boleh meminta apapun dari ku Hasya, kecuali nyawa dan perceraian, karena hanya kematian yang akan memisahkan kita" Ezar Atharizz calief.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Suara azan subuh berkumandang, sayup-sayup terdengar di telinga Hasya, membuat ia memutuskan untuk segera menyudahi tidurnya.
Hasya merenggangkan otot tubuhnya,ia melihat sekeliling kamar nya,tak ada tanda-tanda adanya orang lain bersamanya di kamar itu.
Hasya menghela nafas panjang, entah pernikahan yang seperti apa yang mengikatnya saat ini,namun yang pasti ia akan terus berdoa dengan sungguh-sungguh bahwa pernikahan nya akan langgeng hingga maut memisahkan mereka.
Setelah menyerahkan diri dan berlanjut dengan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim,Hasya memutuskan untuk segera bersiap untuk datang ke kampus, liburan semester ini ia tak merasakan liburan, hari-hari nya ia habiskan menemani sang ibu di rumah sakit.
Hasya memilih memakai dress panjang berwarna pastel, hijab senada menutupi dadanya, terlibat begitu rapi dan elegan.
Setelah menyiapkan semua yang ia butuhkan, seperti laptop,note book, pulpen dan beberapa keperluan lainnya hingga ponsel,Hasya memasukkan nya ke dalam tas sandang miliknya dan ia bersiap keluar dari kamar.
Hasya berjalan perlahan menuju tangga, matanya menatap sekeliling lantai itu,hanya kesunyian yang ia dapatkan, Hasya melanjutkan langkahnya menuruni tangga,ia belum terbiasa pergi ke kampus dalam jarak yang lumayan jauh seperti sekarang, rumah nya tak terlalu jauh dengan kampus,hanya butuh waktu sekitar 20 menit menggunakan mobil, jika tidak terlalu macet.
Tapi tempat tinggal nya sekarang,yaitu villa Ezar,Hasya merasa lumayan jauh dari pusat kota, terlihat saat kemarin ia menempuh perjalanan menghabiskan waktu hampir satu jam.
Belum Hasya memasuki ruang makan, matanya menangkap sosok tak asing, Ezar suaminya yang duduk di kursi utama meja makan,ia menatap punggung tegap pria itu,di dekatnya berdiri pria yang Hasya tau adalah sekretaris pribadi suaminya,Reza.
" apakah semalam ia pulang ke villa ini? atau ia datang pagi ini ke villa hanya untuk sarapan?" Hasya bertanya dalam hati, tentunya".
Hasya sedikit memelankan langkah nya,terasa begitu canggung,ia tak tau harus menyapa terlebih dahulu atau diam saja,jika ia menyapa terlebih dahulu ia bingung apa yang harus ia ucapkan.
Ezar yang menyadari kedatangan Hasya langsung mengangkat pandangan nya,ia tengah menyesap kopi panasnya.
" Mengapa berdiri di situ? Duduklah" Ezar memberikan perintah pada Hasya, terdengar tegas dan tak ingin di bantah.
Hasya mengangguk patuh,ia duduk di kursi tepat berada di samping kanan Ezar,itu semua atas inisiatif bi Jum, yang menarik kan kursi untuk nya duduk.
" Nona mau minum apa?" bi Jum dengan sigap menanyakan apa yang Hasya ingin minum.
" Susu coklat,ada bi?" dengan polosnya Hasya bertanya,ia telah di biasakan oleh Safea selalu minum susu di pagi hari, membuat bibir nya spontan menanyakan minuman itu.
Bi Jum menatap bingung wajah Ezar,ia tidak memiliki stok susu di villa itu, karena sebelumnya tidak ada yang minum susu saat pagi hari dan betapa ceroboh nya ia karena semalam tak bertanya pada istri majikan nya itu.
" Orange jus saja bi, kalau tidak ada,maaf saya lupa bibi belum tau itu" Hasya merasa sungkan dan juga malu,ia juga merasa tak enak telah membuat bi Jum sedikit kebingungan.
Sedangkan Ezar memasang wajah datar, walaupun dalam hati ia merasa tak percaya bahwa istrinya masih suka minum susu,berbeda dengan Reza asisten pribadi Ezar,pria tampan itu justru mengulum senyum merasa tuan nya menikahi balita.
" Apakah gunung es ini akan memiliki kesabaran ekstra untuk menghadapi nona Hasya,atau justru dia akan lebih arogan,semoga saja kulkas ini tidak menyakiti nona Hasya, sungguh kasihan dia yang tidak atau apapun, harus terlibat dalam rencana balas dendam tuan Ezar" Reza membatin seorang diri,ia merasa kasihan pada hasya yang terlihatasih begitu polos.
" Belikan susu yang biasa istri saya minum bi,jangan sampai kehabisan" perintah Ezar tegas pada bi Jum.
" Baik tuan " bi Jum menjawab dengan patuh,ia akan bertanya pada nona muda nya susu apa yang biasa wanita cantik itu minum.
Mendengar perintah Ezar,Hasya semakin merasa sungkan, sekaligus malu" tidak apa bi,saya bisa minum apa saja kok,tidak harus repot-repot" Hasya berucap masih dengan raut sungkan nya.
" Tidak merepotkan nona,ini adalah tugas kami" bi Jum segera menjelaskan tentang pekerjaan nya.
Suasana meja makan kembali hening, masing-masing hanyut dalam pikiran sendiri, menikmati sarapan masing-masing.
Hasya kebingungan harus memanggil Ezar dengan panggilan apa,ia merasa harus meminta izin bahwa ia harus ke kampus,ia tak ingin melanggar aturan sebagai seorang istri.
" Em..tuan,saya izin ke kampus"dengan susah payah dan penuh dengan keberanian, akhirnya Hasya meminta izin.
Ezar yang awalnya akan bangkit dari duduknya, kembali menegakkan tubuhnya dan menatap penuh pada wajah cantik Hasya yang tertunduk.
Gadis cantik itu terlihat begitu gugup,ia menggenggam erat pisau pemotong roti di tangan nya.
" Bukankah kuliah sedang libur?" Ezar bertanya tegas.
" Ia sedang libur,tapi saya selaku panitia penerimaan mahasiswa baru,di harapkan hadir ke kampus haru ini, karena hari ini perdana para mahasiswa baru mengikuti masa orientasi"
Hasya dengan perasaan takut menjelaskan tentang tujuan nya ke kampus.
" Kamu boleh pergi kemanapun,saya tidak akan melarang nya, dengan syarat jangan pernah melibatkan nama saya dengan mu,dan saya melarang tegas kamu mencampuri urusan pribadi saya" Ezar mengatakan semua itu dengan tegas tanpa ragu dan tanpa jeda.
Hasya mengagguk patuh,walau dalam hati nya ada rasa nyeri, bukankah mereka suami istri? Lalu mengapa ia tak boleh tau apapun tentang pribadi suaminya? Pernikahan macam apa yang mereka jalani?, semua pertanyaan itu muncul.
Tapi Hasya belum berani untuk bertanya pada Ezar,ia juga belum ingin menceritakan atau bertanya pada kakak nya,Hasya tak ingin membuat kakak nya susah lagi karena masalah dirinya.
" Dan satu lagi,jika kau masih ingin kuliah dan beasiswa mu tidak di cabut,maka tutup rapat-rapat pernikahan ini" Ezar menambahkan lagi peringatan dari nya.
" Baik tuan,saya paham" walaupun sulit,Hasya tetap menjawab.
Ezar pergi meninggalkan Hasya seorang diri di ruang makan, dengan wajah sendu Hasya menatap punggung pria itu,ia kira ia akan merasakan indahnya pengantin baru seperti apa yang orang katakan, terlebih ia sudah merasa tertarik pada suaminya, nyatanya ia tidak merasakan semua itu.
Hasya menghela nafas panjang, sebelum akhirnya ia juga meninggalkan ruang makan,ia keluar dari pintu utama,masih bisa ia lihat punggung mobil sport mewah milik suaminya baru meninggal villa itu.
Hasya menuju garasi, tempat mobilnya terparkir,ia menyalakan mesinnya dan mulai melaju meninggalkan villa,menuju kampus, sahabat nya Nadira sudah mengatakan bahwa menunggu nya di kampus.
kami juga berusaha rajin kasih poin...he..he..