NovelToon NovelToon
Jika Aku Dipelukmu

Jika Aku Dipelukmu

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:501
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.

Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7 : Kisah Dibalik Hukuman

"fiuh~untung Gak telat." Ucapku lega. Setelah Ciuman yang ketiga di apartemen Fonix, kami bergegas karena waktunya sangat mepet. Beruntung, sepersekian menit dari waktu pintu gerbang di tutup, aku dan Fonix tiba tepat waktu.

"Kamu dari tadi ngeliatin aku terus."

Ya, ku akui dari tadi aku memang merasa Fonix dari tadi memperhatikanku. Meski status kami sudah jelas, tapi untuk pertama kali seperti ini-rasanya sangat berbeda.

"Kamu lucu." Ucapnya, dan itu sukses membuatku 'bllusing'.

"Apaan sih, Kuno banget Gombalannya." Aku memukul tangan Fonix pelan. Yang bersangkutan hanya terkekeh pelan.

Beruntung kelas belum di mulai, tapi itu menjadi sebuah pertanyaan dari kedua sahabat laknat ku, saat aku dan Fonix masuk secara bersamaan. Meski yang lain mungkin berfikir kebetulan, tapi Zee dan Marsha, aku Yakin akan mengintrogasi ku nanti.

Lihat saja, baru aku mau duduk- dua Setan ini sudah menariku agak jauh dari Fonix. Fonix sendiri mungkin tidak akan tertarik dengan urusan perempuan.

"Fre, kok loh bisa barengan sama dia?" Tanya Zee.

"Trus kenapa? Kebetulan tadi kita ketemu di depan gerbang. Jadi yaudah, barengan deh." Bohongku. Aku tau dua wanita ini tidak akan percaya begitu saja. Bukan aku tidak mau jujur tentang Hubungan ku dengan Fonix, tapi aku merasa ini terlalu Cepat untuk mereka tau.

"Masa sih, Loh pasti-"

"Kalian mau masuk, atau saya panggang lagi di lapangan, jangan menghalangi jalan!" Suara yang begitu tegas itu membuat Bulu kuduk kami bertiga berdiri. Ya, kami memang mengobrol di depan pintu masuk, jadi siapapun yang akan masuk pasti terhalangi. Sialnya lagi, Yang Berbicara barusan adalah Bu Melody. Duh, mati gue....mana ada pacar gue lagi.

"Eh, Bu Melody. Makin cantik aja Bu."

"Freyana Shifa Jayawardana, Azizi Shafa asadel, Marsha Lenathea. Kalian di Hukum membersihkan toilet pada jam istirahat!"

"Ya bu, Kita gak ngelakuin apapun. Masa di Hukum sih."

"Mau saya tambah Hukumannya?"

"Eh, nggk Bu. Jangan dong."

"Duduk sekarang!" Kami bertiga tentu langsung berlari ke tempat duduk. Sial banget sih.

Aku menoleh ke samping, Fonix memperhatikan ku sambil tersenyum.

" kenapa senyum, seneng aku di hukum?" Ucapku pelan.

"Tidak, Hanya Kamu lucu saat takut seperti itu." Ucapnya.

"Au ah, nyebelin. Bukannya bantuin-"

"Freyana Shifa jayawardana! Kalau mau berisik silahkan keluar!" Yah, kok tuh Guru bisa denger sih. Tajem banget telinga-nya.

"I-iya Bu, maaf" Fonix sedikit terkekeh. Aku sendiri menggembungkan Pipiku di atas meja.

"Ok! anak anak, Sebelum pelajaran di Mulai.....Kumpulkan PR yang kemarin saya kasih!" Seru Bu Melody. Aku mengorek tas ku dengan malas. Seketika keringat dingin keluar dari dahiku. Mati gue, bukunya ketinggalan.

"Yang tidak mengumpulkan, seperti biasa berdiri di lapangan!" Berisik banget dah, tuh nenek lampir. Kalau Bukan guru, udah Gue lempar dari jendela.

"Kenapa?" Tanya Fonix. Aduh, pacar gue peka banget sih. Tau aja kalau gue lagi Bingung.

"I-itu....Buku PR aku ketinggalan." Ucapku sendu.

"Nih."

"Eh!" Fonix menyodorkan Buku yang dari tadi aku cari-cari. Kenapa Bisa ada di dia.

"Aku tau kamu pasti Lupa bawa, jadi aku mengambil nya sendiri tadi pagi."

Mungin karena terlalu senang, Aku repleks berteriak dan memeluk Fonix dengan Erat.

"Makasih sayang!!" Semua orang yang ada di kelas itu refleks menoleh ke arahku. Fonix sendiri sudah memberi kode untuk berhenti padaku. Tapi aku terlalu senang sampai tidak sadar, kalau Ada yang memberi 'deat glare' dari depan.

"FREYANA SHIFA JAYAWARDANA!!BERANI KAMU PELUKAN DI KELAS SAYA!!! HUKUMAN KAMU BERTAMBAH, BERSIHKAN PERPUSTAKAAN SEPULANG SEKOLAH!!!"

...***...

"Ciee, kayaknya ada yang baru jadian nih." Telingaku sudah berdengung sejak tadi. Kenapa sih aku harus di hukum dengan dua mahluk laknat ini. Dari tadi mereka tidak berhenti menjahiliku. Sejak aku memeluk Fonix di kelas, keduanya tidak berhenti meledekku.

"Loh berdua mau diem, atau gue siram pake air ember!"

"Yaelah Fre, masa Gitu aja marah. Tapi kok loh bisa jadian sama Fonix sih. Tuh anak kan dingin banget." Ucap Zee.

"Bisa dong, Freya Gitu" Ucapku sombong.

"Sombong banget, Hati-hati loh....Cowok 'Cool' kayak Fonix biasanya banyak penggemarnya, Tiati di tikung."

"Tinggal gue tikung balik." Ucapku enteng. Aku tau sifat Fonix bagaimana. Aku percaya dia Bukan orang yang kayak Gitu.

...***...

"Fiuh~beres juga akhirnya. Gila yah, ngalangin jalan aja pake di hukum Segala. Tuh Guru ada masalah apa sih sama kita?" Ucap Zee.

"Tau, padahal kita gak salah apapun." Balas Marsha dengan Logat medoknya.

"Loh berdua masih mending, lah gue harus bersihin perpus sepulang sekolah."

"Kan loh bisa minta pacar loh bantuin." Ucap Zee.

"Gue gak mau ngerepotin dia, kan yang salah gue."

"Loh sih, pake segala pelukan di kelas Bu Melody. Gak inget banyak Jomblo di kelas kita?" Ucap Marsha.

"Ya gimana, gue refleks."

"Huh, alesan aja."

Setelah puas mengobrol di kamar mandi, Aku dan dua sahabat laknat-ku, keluar untuk ke kantin.

"Eh! Fonix. Nungguin Freya ya?" Ucap Zee.

Aku baru sadar kalau ternyata Ada fonix di sini. Dia menyandarkan punggungnya pada tembok sambil membaca novel.

"Iya, sudah selesai?"

"Su-sudah kok, tenang aja. Freya jagonya kalau masalah bersihin toilet."

Aku mulai kesal dengan dua mahluk yang tidak tau malu ini. Bisa bisanya mereka menjelekanku di depan Fonix. Bukannya bantuin.

"Loh berdua mau pergi, atau Gue masukin ke dalam Toilet!"

"Eh, sayangnya Fonix ngambek. Kita duluan ya, by" keduanya ngacir entah kemana, sebelum gunung berapi di kepalaku meletus.

"Kamu sejak kapan di sini?" Tanyaku.

"Sejak tadi, nih." Fonix memberikanku sebotol minuman. Tau banget sih, kalau gue lagi haus.

"Capek?" Aku mengangguk manja sambil memeluknya erat.

"Maaf ya, kamu pasti Ilfil punya pacar bandel kayak aku."

"Kata siapa, aku suka kamu yang apa adanya. Sekalipun kamu bandel, sering di Hukum, itu tidak masalah. Lain kali aku juga mau di Hukum bareng kamu."

"Gak boleh." Tolaku.

"Kenapa?"

"Cukup aku aja yang bandel, kamu jangan. Titik!" Fonix terkekeh dengan sifat manjaku.

"Iya-iya, Mau ke kantin? Lapar gak?" Kembali aku mengangguk manja.

"Laper, Traktir ya?"

"Iya."

Kami berdua pun berjalan ke kantin sambil bergandengan tangan. Bodo amat ada yang lihatin juga.

...***...

"Pelan-pelan makan-nya, jangan belepotan." Fonix mengambil tisu dan mengelap sudut Bibirku yang kotor. Sosweet banget....

"Hai Fonix" Aku dan Fonix menoleh, Nafsu makanku seketika sirna. Nih nenek lampir ngapain ke sini sih.

"Iya, ada yang bisa di bantu?"

"Gue Ara, Anggota Cheerleader sekolah. Nanti malam Gue ulang tahun. Loh dateng ya." Ucapnya dengan sedikit genit. Kalau gak di depan Fonix, udah gue sumpel nih orang pake tisu.

"Ten-"

Kriing kriing kriing

Aku dan Ara terdiam, Fonix melihat siapa yang menelponnya.

"Iya om?" Entah perasaan ku saja, atau memang raut wajah Fonix Berubah serius. Aku baru Melihat ekspresi fonix seserius ini.

"Aku mengerti."

Tut

Fonix menutup telponnya dan menghela nafas pelan.

"Kenapa?" Tanyaku. Fonix hanya menggeleng pelan.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa datang. Aku ucapkan selamat untuk ulang tahunmu." Aku tau ada raut ke kecewaan Di wajah Ara. Aku sendiri sudah tertawa keras di dalam Hati. Siapa suruh godain pacar orang.

"Oh, gak papah kok. Tapi kalau lain kali jalan, Boleh gak?" Nih orang punya malu gak sih, Gak nganggep gue ada di sini apa?

"Entahlah, tanya pacarku saja." Ucap Fonix santai sambil menoleh ke arahku. Ara juga refleks menoleh ke arahku.

"Demi kebaikan Bersama, saya tidak mengijinkan. Jadi silahkan anda pergi sebelum kesabaran saya yang setipis tisu ini habis." Ucapku di sertai senyuman yang dibalik itu mengandung makna yang dalam.

Ara berdecih, menghentakan kakinya dan pergi dari hadapan kami.

"Aku baru tau, kalau kesabaran kamu setipis tisu." Ucap Fonix.

"Mau kena marah juga?" Ucapku sambil mengangkat garpu yang kupegang. Fonix bukannya takut malah terkekeh dengan sifatku.

Aku masih bertanya tanya, siapa yang menelepon Fonix. Ekspresi serius Fonix membuatku memiliki perasaan Buruk. Tapi semoga semuanya baik baik saja.

"Jam selanjutnya kalau gak salah, tentang seni kan?" Tanyaku.

Fonix menoleh ke arahku. "Iya, apa ada yang salah?" Aku menggeleng pelan. 'Yes, Ini kesempatan bagus Buat nunjukin Skill gue sama Fonix'. Aku tau Seni hari ini adalah tentang musik. Pelajaran ini Juga merupakan kesukaanku.

Trriiing

Trriing

Trriing

"Masuk yuk!" Ajak Fonix. Aku mengangguk dan menggandengan tangannya menuju kelas.

...***...

"Ok! Anak anak. Seperti yang sudah saya Bahas Minggu lalu, jadwal Seni hari ini Adalah tentang Musik. Kalian bebas mengekspresikan diri kalian melalui alat musik apapun yang ada di ruangan ini. Dan kebetulan, Dua Minggu lagi akan ada Kompetisi Vokal yang diikuti semua sekolah di Seluruh kota. Seperti tahun-tahun kemarin, Sekolah kita akan mengirim-kan dua orang Yang akan mewakili sekolah. Jadi Untuk pelajaran awal, bagaimana kalau Kita melihat Penampilan dari dua perwakilan sekolah kita."

Refleks semua orang menoleh padaku. Aku tidak heran, tahun kemarin juga aku yang menjadi perwakilan sekolah. Mereka sudah tau siapa yang akan terpilih. Tapi mungkin mereka Tidak akan menduga, kalau Fonix Juga menjadi Perwakilan sekolah.

"Freya, silahkan tunjukkan Skill musik kamu." Aku melangkah menuju alat musik yang sudah menjadi ikonik ku. Karena terlalu sering bermain dengan Piano, alat musik ini sudah di anggap sebagai ikonik-ku oleh setiap Murid.

Perlahan aku memainkan nada sedang, jari jemariku menari dengan dengan indah di setiap 'tuts'. Aku Mulai memainkan Nada yang selaras dengan lagu yang akan aku nyanyikan.

Mana kala hati~

Menggeliat, mengusik renungan~

Mengulang kenangan~

Saat cinta~

Menemui cinta~

Suara sang malam~

Dan siang, seakan berlagu~

Dapat Aku dengar~

Rindumu memanggil namaku~

Saat aku tak lagi di sisimu~

Ku tunggu kau di keabadian~

Aku semakin menghayati Lagu yang kubawa kan. Dalam khayalku, aku kembali mengulang memory pertemuan dengan Fonix. Mulai dari saat aku pertama melihatnya menjadi Murid baru, Kegiatannya ketika membaca Novel, pertemuan di perpus, dan Ciuman pertama pada Malam yang Berbadai. Semua aku salurkan dalam lagu Cinta yang ku nyanyikan.

Cinta kita melukiskan sejarah~

Menggelarkan cerita penuh sukacita~

Sehingga siapapun insan tuhan, pasti tau~

Cinta kita sejati~

Dalam kalimat itu, Aku menoleh pada Fonix yang sedang tersenyum dengan pancaran mata yang kagum. Waktu se-akan berhenti Untuk kami berdua. Meski hanya sebuah tatapan, Tapi aku merasa begitu nyaman dan hangat. Fonix benar-benar bisa mengubah Duniaku menjadi penuh warna.

Lembah yang berwarna, membentuk, melekuk, Memeluk kita~

dua jiwa yang melebur jadi satu~

Dalam kesucian Cinta~

Cinta kita melukiskan sejarah~

Menggelarkan cerita penuh sukacita ~

Sehingga siapapun insan tuhan pasti tau~

Cinta kita sejati~

Aku mengakhiri Nada terakhir dengan Helaan nafas lega. Riuh tepuk tangan membahana di seluruh ruangan. Kulihat Fonix tersenyum manis sambil bertepuk tangan. Duh, pacar gue ganteng banget sih!

Aku kembali ke tempatku semula. "Permainan yang bagus." Ucap Fonix pelan. Aku kembali 'bllusing'

"Apaan sih kamu." Ucapku malu.

"Penampilan yang bagus dari Freya sang juara musik sekolah. Dan sekarang, Ada satu murid lagi yang akan menjadi perwakilan sekolah!" Aku mendengar bisik-bisik dari setiap Murid. Wajar jika mereka sedikit terkejut. Pasalnya tahun ini adalah pertama kalinya, perwakilan sekolah berasal dari kelas yang sama.

"Fonix, silahkan maju. Dan Tunjukan keahlian kamu."

Semua orang terkejut, mereka Menoleh pada Fonix. Tidak menyangka seorang Murid baru yang dingin, Bisa menjadi perwakilan sekolah.

Fonix dengan santai berjalan menuju piano yang tadi ku mainkan. Mereka pasti akan terkejut dengan permainan piano-nya. Aku saja yang waktu itu pertama kali mendengarnya begitu terpukau.

"Fre, emang pacar loh-bisa main piano ya?" Bisik Zee.

"Lihat aja." Ucapku santai.

Fonix Mulai memainkan Intro dasar. Tunggu! Sepertinya aku Hafal dengan nada ini. Lagu ini-adalah lagu yang Virgo nyanyikan malam itu.

ah hanya dengan menatap segala yang ada di dirimu

ah hatiku ini terpuaskan, perasaan pun menjadi nyaman

ah malam musim panas yang seperti radiasi panas cinta

ah ciumanmu di siang ini masih tersisa di kulit pipiku~

walau kembang api jauh tak terlihat

hanya terdengar bunyinya

dalam hati ini terpendam meledak

dirimu seutuhnya kucintai~

jika aku dipelukmu

sekejap ku terbakar dan akan menjadi abu~

jika aku terus begini~

menghilang dari dunia ini pun ku tak apa~

dibanding tak disentuhmu

dan menjadi sebuah fosil

better~

Lagu yang sangat indah dan penuh penghayatan. Tapi entah kenapa, aku merasakan kesedihan yang teramat sakit saat Fonix menyanyikan lagu ini. Aku pikir dia akan menyanyikan sebuah lagu Cinta. Aku ingat ekspresi Fonix saat menyanyikan lagu ini. Malam itu juga, aku merasakan perasaan yang sama ketika mendengar lagu ini. Apa sebenarnya arti dari lagu ini? Kenapa maknanya terasa begitu dalam saat Fonix menyanyikannya?

ah mengapa kau tersenyum begitu manis kepadaku?

ah sejak tadi dirimu tidak mau berbicara apa pun

ah sampai kapan dirimu akan menunggu di sini?

ah kamu cukup bangun sejenak dan mengulurkan tanganmu padaku~

demi hari ini ku sudah memakai

baju yang paling kusuka

yang memang kubuka bagai kupu~kupu

sepasang sayap ini kurentangkan~

Jeritan Histeris menggema, tentu saja dari para Murid yang kagum akan penampilan Fonix. Aku banyak mendengar Gumaman mereka yang mengagumi pacarku.

"Fonix keren banget sih."

"Udah ganteng, keren lagi."

"Gue mau kalau jadi pacar dia."

Ocehan mereka membuat kepalaku panas. Kalau bukan sedang pelajaran, udah Gue Sumpel mulutnya satu-satu.

"Sabar, jangan panas." Ucap Zee.

Sepertinya dia tau apa yang kurasakan. Alunan nada yang Fonix mainkan Mulai memasuki reff kedua.

jika aku dipelukmu

akankah ku menyala dan berubah menjadi abu?

sejak lahir sampai sekarang

tak ada sesal dalam isi hidupku ini

dibandingkan menjaganya

sesuatu yang berharga

better~

di sofa yang rendah diriku bersandar

padamu di sampingku

harusnya kau sadar beratnya cintaku

diriku seutuhnya, milikilah~

"Fre, kok loh nangis?" Bisik Marsha.

Aku mengusap Pipiku, dan benar saja-ada sebuah cairan yang mengalir dari kelopak mataku. Untungnya Marsha memberitahuku. Kalau nggak, Aku tidak tau bagaimana menjelaskannya ketika Fonix bertanya.

jika aku dipelukmu~

sekejap ku terbakar dan akan menjadi abu~

jika aku terus begini~

menghilang dari dunia ini pun ku tak apa~

dibanding tak disentuhmu~

dan menjadi sebuah fosil

better~

Permainan Fonix selesai, dia kembali bangkit dan berjalan ke arahku. Tepuk tangan kembali bergema. Terutama dari para siswi yang menatap kagum. Aku segera memperbaiki ekspresi-ku menjadi normal kembali.

"Suara kamu bagus." Ucapku ketika Fonix sudah duduk di sampingku.

"Benarkah?" Aku mengangguk.

"Kamu suka?"

"Iya." Ucapku. Memang aku suka, tapi aku juga ingin mengetahui arti dari lagu itu.

...***...

Kegiatan hari ini selesai, Tapi tidak Untuku. Aku di Hukum membersihkan perpustakaan oleh Bu Melody. Tadinya aku mau meminta Bantuan Fonix, tapi dia Bilang mau bertemu dengan kepala sekolah dulu. Jadilah sekarang aku sendirian di depan rak-rak Tinggi yang pengap.

Mulai dari mana ya? Gede banget nih perpus!

Aku mengambil sebuah kemoceng dari tempatnya, dan mulai membersihkan satu demi satu sudut ruangan. Cukup melelahkan, Membersihkannya sendirian. Aku tidak mau menyalahkan Fonix karena tidak membantuku, Aku mengerti dia juga memiliki urusan lain. Keringat mulai menetes dari dahiku. Sebuah tangan kekar nan halus mengusap dahiku secara Tiba-tiba. Aku menoleh dan ternyata Fonix yang tersenyum sambil menyodorkan sebotol Minuman.

"Kamu istirahat aja, Biar aku yang bersihin." Ucapnya.

"Nggak, kan aku yang dihukum." Ucapku lesu.

Fonix tidak berbicara lagi. Tapi sesuatu membuatku terkejut. Fonix memangku Tubuhku dengan Posisi 'Bridal style'.

"Hey, kamu mau ngapain. Lepasin aku!" Fonix tidak mendengarkan. Dia menaruhku duduk di kursi.

"Kamu istirahat aja di sini."

"Tapi-"

" Gak ada tapi-tapian. Biar aku yang bersihin." Potong Fonix.

Aku tersenyum dengan sikapnya yang sangat 'gentelman', dan sangat perhatian. Beruntung banget aku punya pacar seperti dia. Aku memperhatikan Fonix yang membersihkan sudut demi sudut perpustakaan. Aku melihat banyak keringat yang membasahi seragamnya. Dia terlihat sangat seksi dengan Rambut yang basah.

...***...

"Hey, bangun yuk. Kita pulang." Aku menggeliat pelan. Aku melihat ke sekeliling dengan linglung. Aku melihat Fonix sudah tersenyum sambil merapihkan anak rambutku. Apa aku tadi tertidur?

"Maaf ya, aku malah ketiduran. Bukannya bantuin kamu." Ucapku menyesal.

"Tidak masalah. Semuanya udah beres."

"Beneran?" Fonix mengangguk.

"Kamu pasti Capek, aku anter pulang ya?" Aku mengangguk.

Aku bediri dan melingkarkan tanganku pada leher Fonix.

Cup

"Makasih sayang, aku beruntung banget punya pacar kayak kamu."

"Masa cuma sebentar." Ucapnya.

Aku memukul pelan bibir Fonix. "Mesum banget sih." Ucapku.

Fonix mengusap sudut bibirku dan menatap mataku intens. Aku tau arti dari tatapan yang dia berikan.

"Boleh?" Tanyanya. Aku mengangguk mengerti. Perlahan wajah kami mendekat dan Kedua bibir kami menyatu dengan sedikit lumatan. Fonix mengulum Bibirku lembut. Aku selalu menikmati perlakuan Fonix yang memanjakan-ku. Hari yang benar-benar indah.

1
Riding Storm
Boleh kasih saran?? /Applaud/
Riding Storm: Wkwk, sama aja. Kalau males ya gak bakal ada yang berubah. Semangat, Kak.
Miss Anonimity: Udah lama pengen di Revisi, tapi masih perang sama rasa males.
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!