Ketika keturunan mafia menyamar menjadi mahasiswa yang dibully!
William Stone-Brooks memiliki maksud tersendiri hingga memilih berkuliah untuk kedua kalinya di Venesia Italia, menyamar menjadi pria pendiam, culun dan sering di-bully. Hingga satu insiden yang membuatnya tertarik kepada seorang gadis yang berani membelanya tatkala semua hanya diam saat pembullyan terjadi. Jane Stewart, itulah nama gadis pemberani dan sangat energik.
Dengan maksud terselubung, William berhasil mendekatinya hingga menjalin hubungan kekasih dengan Jane sampai hari itu tiba.
“Aku tidak ingin berurusan denganmu Mr. Mafia.” Gertak Jane menatap tajam penuh amarah ketika dia merasa dikhianati oleh pria yang pernah dia cintai.
“Sekarang kau akan selalu berurusan denganku, ketika aku akan menjadikan mu sebagai milikku, Jane Robinson.”
Deg!
SEASON 2 DARI A Baby For The Mafia Boss
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEiaMM — BAB 11
KESALAHAN YANG FATAL
Sebuah bola baseball terus dilemparkan berulang kali ke dinding, lalu memantul dan kembali ke tangan Marco. Pria itu melakukannya berulang kali sembari duduk di sofa singel dengan kaki santai.
Tentu, kini dia berada di gudang kosong yang sudah menjadi tempatnya dan teman-temannya.
“Aku masih tidak mengerti. Ucapanmu tentang Doggy membuatku menjadi penasaran. Apa kau yakin dia benar-benar mengatakan hal itu?” tanya Bobby yang kini duduk di atas meja.
“Apa kau pikir aku berbohong? Aku tidak akan memikirkannya jika tidak ada perkataan sialan dari seseorang.” Kesal Marco yang benar-benar masih tak terima hingga rasa malu yang dia tahan ketika Jane menamparnya siang tadi.
“Aku dengar Jane Stewart baru saja menjalin hubungan dengan Will! Aku tidak yakin apakah itu benar. Tapi itu terdengar konyol!” ujar Simoncelli ketika ia sibuk dengan ponselnya dan menyeringai kecil.
Sementara Marco yang mendengarnya pun langsung menangkap bolanya dan menggenggamnya erat hingga menyeringai kecil. “Sungguh?! Akan aku buka kedok pria sialan itu dan akan aku balas keberanian si Stewart itu! Aku ingin melihat bagaimana wanita itu melawanku!” ujar Marco membuat kedua temannya berkerut alis penuh tanya.
...***...
Sedikit samar-samar saat dia melihat Will yang begitu dekat dengan wajahnya. Pria itu tidak mencium nya melainkan menjauhkan dirinya ketika ada sesuatu yang harus dia lakukan.
Tentu saja, Jane memperhatikan nya lekat dengan mata menyipit. “Will! Kau mau pergi? Aku pikir kau akan menciumku seperti kekasih lainnya yang akan melakukannya bersama pasangan mereka!” jelas Jane tersenyum kecil dan masih berbaring di atas ranjang.
Pria itu hanya menyeringai kecil. “Jika itu sampai terjadi, aku yakin kau akan menyesalinya!” Balas Will dengan tatapan tajamnya.
Ia membuka pakaian hitamnya itu tepat di depan Jane yang masih setengah sadar. Hingga wanita itu dapat melihat samar-samar tatto yang melekat di tubuh kekar Will saat ini. Namun pria itu segera berganti pakaian seperti kaos putih dan sebuah Hoodie hitam.
“Kau sangat seksi! Apa itu tatto yang melekat di tubuhmu? Kenapa kau memakainya? Apa kau bukan Will?” tanya Jane masih melantur dan mencoba duduk namun tak sanggup hingga akhirnya dia memejamkan matanya.
Saat itulah William menoleh dan berbalik menatapnya datar.
Sementara di Las Vegas sendiri. Stacey masih aktif membantu kedua keponakannya. Jika Aurora bergerak di bisnis legal, maka William bergerak di bisnis yang ilegal miliknya sendiri saat milik Stone-Brooks sempat hancur dan diambil ahli semuanya oleh seorang musuh nan pengkhianat yang meledakkan Laila dan juga Donovan.
“Menemukan sesuatu?” tanya Stacey saat ia baru saja menghampiri seorang anak buah yang baru saja tiba ke mansion Stone-Brooks yang baru, yang didirikan oleh William Stone-Brooks sendiri.
“Maaf Nyonya, kami tidak menemukan apapun. Dan... Tuan William sendiri juga melarang untuk siapapun yang ikut campur, karena dia ingin dialah yang pertama kali tahu dan mendapatkan musuh itu.” Jelas salah satu pria berkaos hitam tadi yang membuat Stacey mengerti.
“Sudah kuduga! Pergilah.” Pinta Stacey yang kini berbalik dan melihat ke arah lain sembari berkacak pinggang.
“Aku harus turut tahu dan aku harus selalu memantau mereka berdua.” Gumam Stacey dengan penuh kecemasan sendiri. Tentu saja, dia yang merawat dan membesarkan keduanya di tempat terpencil saat harus bersembunyi dari banyak musuh yang masih mengintai dan dia tidak akan membiarkan Will dan Aurora dalam masalah sendirian kali ini.
...***...
Kedua mata Jane baru saja terbuka saat dia terbangun hampir di tengah malam. Cukup terkejut ketika dia baru sadar akan keberadaan nya yang masih di kamar Will, namun sayangnya pria itu sudah tidak ada di sana.
“Dia pergi ke mana?” tanya Jane heran hingga menemukan secarik kertas yang di tindihi oleh sepiring makanan sehat di atas meja.
Tentu saja Jane tersenyum kecil saat mendapat perhatian kecil untuk pertama kalinya dari seorang pria.
[MAAF, AKU HARUS KELUAR DAN MENINGGALKAN MU DI KAMAR SENDIRIAN. AKU HARUS MENGANTAR BEBERAPA MINUMAN! KAU BISA MAKAN MALAM KARENA AKU SUDAH MENYIAPKANNYA, BUKAN MAKANAN SPESIAL KARENA AKU TIDAK YAKIN KAU AKAN MENYUKAINYA! TINGGALKAN PESAN JIKA KAU INGIN PERGI ATAU LUPAKAN SAJA!]
Begitulah isi suratnya. Namun Jane tak berhenti tersenyum saat dia membacanya, lalu melihat ke arah makanan tersebut. “Baik! Akan aku makan karena kau sudah membuatkan nya untukku!” ucap Jane segera duduk hingga dia menoleh ke ranjang dan mencoba memikirkan sesuatu yang penting dan mencoba mengingatnya.
“Dia tidak menyentuhku? Apa pria itu Will?” tanya Jane terheran ketika ia sedikit ingat akan seseorang yang berganti baju dan memperlihatkan tatto nya.
Wanita itu menaikkan kedua bahunya dan tak ingin tahu lebih lanjut. “Mungkin aku melantur karena banyak minum setelah melihat sisi lain dari William!” ucapnya yang masih tersenyum kecil sembari melahap makanannya dan menikmatinya.
.
.
.
Selang beberapa jam berlalu. Jane harus pergi bekerja seperti biasa di casino yang entah milik siapa namun Will yang membawanya ke tempat itu.
Dalam perjalanannya, Jane yang baru saja keluar dari apartemen dan melewati lorong untuk menuju ke jalanan besar, wanita cantik dengan jaket hitam itu menghentikan langkahnya saat dia melihat sebuah mobil berhenti di depan lorong sedikit dekat darinya.
Jane berkerut alis hingga dari belakang seseorang langsung membungkam mulutnya dan menyuntikkan sesuatu di lehernya hingga dia pingsan.
Yang benar saja!
Byurrr!!!
Sebuah air baru saja diguyurkan ke wajah Will yang kini ia tengah diikat kedua tangannya di sisi kanan dan kiri menggantung ke langit-langit. Tentu wajahnya terluka ringan akibat pukulan dari Marco dan kedua temannya itu.
“Buka matamu dan lihatlah siapa yang aku bawakan untukmu!” ucap Marco mencengkram leher Will yang kini pria itu menatapnya tajam penuh ancaman dan seiski menggertakkan giginya agar terlihat lebih tertindas.
Kedua mata Will melirik ke kiri hingga dia melihat Jane terbaring di atas meja billiard, menggeliat kepanasan saat Marco dengan teganya dia mencengkoki wanita itu dengan sebuah obat perangsang.
“Dia terlihat sangat seksi bukan! Aku ingin lihat bagaimana kau akan bereaksi Doggy sialan! Akan aku buka dirimu yang sebenarnya dasar bajingan!” kesal Marco hingga dia kembali memukul wajah Will saking geramnya.
“Sekarang kita harus apa? Kita sudah berhasil menangkap mereka berdua Marco.” Ujar Simoncelli yang baru saja menyiapkan kamera untuk memvideokan semuanya.
Marco menoleh ke Jane yang masih terlihat teler di atas meja billiard. Dengan senyum kecil, pria itu berjalan ke arah Jane dan mencengkram rahang wanita itu. “Wanita bodoh, berapa sentuhan yang sudah si culun itu lakukan kepadamu hah?!” ucap Marco membuat kedua temannya ikut tertawa kecil dan menggeleng.
“Singkirkan tanganmu darinya MARCO!! Atau kau akan menyesalinya.” Gertak Will yang bernapas memburu tatkala dia sudah dihajar habis-habisan oleh ketiga pria itu.
“Sungguh! Kau juga akan membunuhku seperti Oshin hah?!” sindir Marco dengan nada mengejek saat dia mulai menyuruh Bobby untuk mengeluarkan tiga wanita seksi yang benar-benar tidak tahu malu.
Mereka menghampiri Will ketika Bobby dan Simoncelli mulai melepaskan tali di tangan Will dan memeganginya hingga memaksanya duduk bersandar di dinding.
“Diam dan nikmati saja Doggy! Aku yakin kau akan menyukainya saat kau melihat dan merasakannya sendiri!” ujar Bobby dengan tawa lepas seperti seseorang yang baru saja menggunakan narkoba.
Tentu saja Will mencoba memberontak namun dia kalah karena kedua tanganya masih dipegangi erat oleh dua pria tadi.
Sementara Marco mulai merobek tanktop putih Jane hingga memperlihatkan bra hitam wanita malang itu. Tentu tatapan tajamnya tak luput dari Will saat ini, meski kedua tangannya aktif menjamah tubuh Jane.
yg mencelakaimu itu orang suruhan ipar nya will loh Aurora 🙂😂🫢🤭
Apkah peter Robinson salah-satu penghianat di bisnis Donovan dulu nya...sprti nya iya..
Dinikahi selanjut nya utk di cintai ..benar bgitu kan will 🥰😘
apakah kamu harus terluka dulu di tangan orang lain Jane baru kamu patuh kepada Will???? 🤔🤔🤔
Apakah Aurora akan mengalami sesuatu di tengah jalan???
sprti nya Nat hrs di beri pelajaran sama Dante 😀😂🫢🤭
klu will yah jiwa2 ayah nya Donovan keras kepala & tanpa belaa kasih sm musuh..
kpn thor aurora di bikin romantis sama asisten dante hehehehehe
apakah mereka mau menyerahkan nyawa mereka sndri????
edan wkwkwkw