Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Tengah malam itu, saat keadaan Nayla sudah membaik, ia meminta Ana untuk membiarkannya sendirian di dalam kamar. Nayla ingin sendirian. Ia meringkuk di atas ranjang berusaha memejamkan matanya. Mengabaikan semua yang baru saja terjadi.
Ting!
Bertepatan saat kondisi perasaanya sedang tidak baik-baik saja. Tiba-tiba bunyi pesan masuk di ponselnya membuat Nayla tersentak. Dengan malas, ia segera meraih ponselnya dan melihat ada pesan dari 'Elf'.
"Pesan darinya selalu datang saat aku sedang bersedih." Gumam Nayla sebelum membaca pesan dari Elf itu.
Elf : Malam My Lady ... Anda tahu malam ini sangat istimewa karena bulan sedang bersinar dengan terang. Anda harus segera bangun dari tempat tidur dan keluarlah ke balkon untuk melihatnya ...
Alis Nayla berkerut membaca pesan itu. Sebenarnya, ia ragu apakah benar apa yang dikatakan oleh si pengirim pesan itu. Namun, karena penasaran. Ia pun segera bangkit dari posisinya di atas ranjang menuju ke balkon.
Tatapannya langsung terpanah ke arah langit malam. Gelap, namun ada satu titik dimana bulan memang bersinar dengan sangat terang.
Saat Nayla sedang asyik memandangi langit malam itu, satu pesan lagi kembali datang ke ponselnya.
Elf : Walaupun sendirian di tengah kepungan gelap malam. Bulan tetap bersinar terang. Memang ada saat cahayanya berkurang dan menghilang. Tapi, bukan berarti keindahannya ikut hilang.
Lagi-lagi Nayla mengerutkan keningnya heran dengan perkataan si anonim itu. Ia pun segera membalasnya.
Nayla : Lalu?
Elf : Bulan itu seperti anda My Lady. Cahaya anda mampu bersinar terang di tengah gelap. Walaupun, anda mengalami masa-masa sulit yang membuat anda tak sanggup lagi bersinar, tapi anda pasti bisa dan selalu menunjukkan sinar anda dengan berbagai bentuk yang indah.
Membaca jawaban itu, membuat sudut bibir Nayla kembali terangkat. Ia kembali memandangi bulan yang sedang bersinar begitu indah di langit malam itu.
Lalu kemudian, pandangannya tak sengaja melihat ke arah taman. Tengah malam itu, menunjukkan kalau labirin dan tempat favoritnya sudah hilang sepenuhnya. Namun, ia juga melihat keindahan lain yang sedang disiapkan oleh para pekerja. Senyumnya lagi-lagi muncul menghiasi wajah cantiknya.
"Benar. Di saat ada kemalangan. Pasti akan ada kebahagiaan baru yang akan datang." Gumam Nayla yang merasa perasannya sudah jauh lebih baik. Beban di bahunya terasa menghilang. Ia jadi, bertanya-tanya.
Bagaimana bisa perasaannya pulih seperti itu hanya dari beberapa kata yang diucapkan oleh orang asing yang bahkan nama dan rupanya juga tak ia ketahui.
Nayla : Terima kasih Elf ... Silahkan nikmati juga keindahan sinar bulan malam ini. Saya menantikan pertemuan dengan anda nanti ~
...
Waktu berlalu dengan cepat. Tinggal satu minggu lagi sampai acara akhir tahun diadakan. Banyak tamu undangan yang berasal dari luar kota dan luar negeri yang memilih datang lebih awal sekalian berlibur. Mereka semua memenuhi hotel bintang lima di kota itu.
Begitu juga yang dilakukan oleh Hayden Ia datang lebih awal. Kabar kedatangannya langsung menghebohkan banyak orang. Terlebih yang memang mengetahui pengaruh dan bagaimana sepak terjangnya.
Hayden Oliver Brooks adalah anak kedua dari keluarga Brooks. Orang tuanya sudah lama meninggal dunia akibat kecelakaan. Setelah itu, yang meneruskan perusahaan keluarga adalah kakak laki-lakinya. Namun, tak terlalu lama ini, kakanya juga meninggal dunia karena penyakit jantung bawaan yang diderita kakaknya sedari kecil.
Dan setelah itu, ia lah yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk meneruskan perusahaan keluarganya. Walaupun kesusahan, ia tetap bertahan dan akhirnya berhasil mengembangkan perusahaan keluarganya lebih besar lagi. Bahkan sampai saat ini, perusahaannya sudah dikenal banyak orang.
Hari itu, Nayla ada jadwal untuk menyapa tamu-tamu yang memang sudah datang. Salah satunya adalah Hayden. Ia sudah mengatur jadwal temu di hotel tempat Hayden bermalam.
Hotel itu adalah hotel terbaik di kotanya bahkan di negaranya. Biaya per malamnya begitu fantastis, dan hanya orang-orang tertentu yang bisa memesannya. Tapi, itu adalah hal yang mudah bagi Hayden.
Siang itu, Nayla sampai di loby hotel ditemani oleh sekretarisnya Laras. Saat sekretarisnya sedang melaporkan kedatangannya ke resepsionis, Nayla bisa melihat di ujung ruangan loby yang besar itu, ada seorang pemuda berbadan tinggi dengan bahu lebar dan leher yang terlihat kuat sedang berdiri membelakanginya. Pemuda itu menatap keluar jendela yang menghubungkan loby dengan taman di samping hotel.
Saat ia sedang mengamati pemuda itu, bertepatan saat pemuda itu berputar dan menghadap padanya. Mata mereka bertemu. Di sanalah, ia mengenali pemuda itu. Dia adalah Hayden Oliver Brooks. Tamu yang akan ia temui hari itu.
Dalam benak Nayla, hanya satu hal yang terlintas setelah bertatap muka dengan Hayden. Pemuda itu sangat tampan. Terlebih dengan warna matanya yang bewarna hijau tampak berkilau dari kejauhan, membuatnya terlihat misterius.
Sudut bibir Hayden terangkat saat ia melihat Nayla di ujung loby. Ia segera melangkah dengan cepat namun tetap dengan penuh kharisma mendekati Nayla.
"Senang bisa bertemu dengan anda Nona." Ucap Hayden sambil mengulurkan tangannya pada Nayla.
Dengan sopan, Nayla mengulurkan tangannya menyambut tangan Hayden. Bukan hanya bersalaman secara formal seperti biasa. Tiba-tiba saja Hayden membungkuk dan mencium punggung tangan Nayla. Hal itu, membuat Nayla terkejut dan berusaha menarik tangannya. Namun, Hayden masih menggenggamnya. Tidak kasar, namun Nayla tak bisa menariknya.
Nayla menatap mata hijau Hayden yang menatapnya lurus. Senyum juga masih terus tersungging di wajah pemuda itu.
"Tolong lepaskan tangan saya, tuan." Seru Nayla sambil menatapnya tajam. Kini di otak Nayla, langsung mengecap Hayden sebagai seorang predator dan cab*l. Setelah tindakannya barusan.
"Ah, maafkan saya nona. Itu hanya bentuk kesopanan saya. Sapaan seperti itu merupakan hal yang umum di beberapa negara. Dan saya ingin melakukannya pada anda, karena saya begitu menghormati anda, nona." Ucap Hayden berusaha membersihkan kesan pertamanya yang buruk di mata Nayla.
Namun, Nayla tak bergeming. Ia seakan memasang tembok besi pada Hayden. Benar sana, Nayla merasa kalau tatapan Hayden padanya seperti seorang predator yang sedang mengincar mangsanya.
"Maaf, saya tidak terbiasa dengan sapaan seperti itu tuan. Jadi, jangan lakukan lagi ... Dan sepertinya panggilan anda pada saya salah. Saya sudah menikah, jadi panggilan 'nona' sepertinya kurang sesuai." Kata Nayla yang cukup merasa aneh ketika dipanggil 'nona'. Sudah sangat lama ia tak mendengar panggilan itu setelah ia menikah dengan Stefan, lima tahun lalu.
"Baik, saya akan mengingatnya .. Dan untuk panggilannya, saya nyaman seperti ini saja, nona. Bagi saya, apapun status anda itu tidak ada bedanya bagi saya. Anda juga masih terlihat begitu cantik." Jawab Hayden.
Nayla semakin mengerutkan kening mendengar jawaban Hayden. Ia bertanya-tanya akan kebenaran berita tentang Hayden yang selama ini ia ketahui. Banyak artikel yang mengatakan kalau karakter Hayden cukup dingin, terlebih pada seorang wanita.
Namun, kesan pertamanya sangat berbeda jauh dari rumor itu. Bahkan, Nayla akan percaya kalau ada yang mengatakan kalau Hayden seorang playboy.
Tanpa Nayla sadari. Memang itulah pertama kalinya Hayden bersikap seperti itu pada seorang wanita. Dan hanya pada Nayla lah, seorang Hayden bisa kehilangan kendalinya.
.
.
.
Bersambung ...