NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:795
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kunjungan Tengah Malam

Reyna membuka laci mejanya, mengeluarkan huruf 'A' besi lain yang mereka temukan pada kasus sebelumnya. Ia membandingkan kedua huruf 'A' tersebut. "Pembunuh ini pasti berhubungan," katanya, suaranya terdengar serius. "Huruf 'A'-nya saja persis mirip dari segi ukuran dan bentuk… Apa maksudnya meninggalkan huruf-huruf seperti ini?" Ia menyusun kedua huruf 'A' itu berdampingan di atas meja.

Arthur menatap huruf 'A' di meja itu, tanpa sadar dagunya bersandar di bahu Reyna. "Apakah pembunuh itu mengejek kita?" bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. Ia mengerutkan kening. "Dia mempermainkan kita seolah dia tahu kita tidak akan bisa menangkapnya…" Suasana di ruangan itu tiba-tiba terasa tegang, dipenuhi oleh kegelisahan dan teka-teki yang belum terpecahkan. Kedekatan fisik Arthur dan Reyna seolah menambah kesan misteri dan ketegangan.

Inspektur Jaxon berkata, suaranya berat, "Kurasa 'The Nightingale' ini memang satu orang…" Ia menatap tajam kedua huruf 'A' di atas meja, seakan-akan huruf tersebut menyimpan rahasia yang akan segera terungkap. "Metode pembunuhannya sama, tanda tangannya sama… semua mengarah pada satu kesimpulan."

Reyna berpikir keras, menggigiti bibir bawahnya— kebiasaan yang ia lakukan saat berpikir serius. Tatapannya fokus pada kedua huruf 'A' di atas meja. "Tapi kenapa harus di rel kereta?" ucapnya, suaranya pelan, namun penuh pertanyaan. "Apakah itu bagian dari pesan yang ingin dia sampaikan? Atau hanya sebuah kebetulan?" Ia mengerutkan keningnya, merasa ada sesuatu yang masih belum terungkap. Rel kereta… lokasi yang dipilih pelaku pembunuhan berantai yang mereka sebut “The Nightingale” ini tampak begitu spesifik dan memiliki makna tersembunyi yang belum bisa mereka pecahkan.

Arthur perlahan bersandar ke dinding, tangannya disilangkan di dada. Ia tampak merenung, menghubungkan berbagai potongan informasi yang telah mereka kumpulkan. "Kalau memang kedua kasus itu berhubungan… berarti dia melakukan semua itu untuk putrinya," katanya, suaranya pelan, "Seperti yang tertulis di tubuh mayat tadi, 'Pembalasan untuk rasa sakit putriku'." Ia menatap kedua huruf 'A' itu dengan tatapan yang penuh arti. Kalimat itu menjadi kunci penting untuk mengungkap motif dibalik pembunuhan berantai ini.

Reyna, entah mengapa, tiba-tiba terdiam dan terlihat gugup. Ekspresinya berubah drastis. Ia tampak gelisah. Tanpa sepatah kata pun, ia mengambil ponselnya dari saku dan berdiri dari kursi. Ia berjalan menjauh dari meja, menuju sudut ruangan, dan terlihat menelepon seseorang. Suaranya tidak terdengar, namun raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

Arthur dan Inspektur Jaxon saling mengangkat alis, menunjukkan rasa ingin tahu. Namun, mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan Reyna yang tiba-tiba menjauh untuk menelepon seseorang. Mereka tidak bertanya dan membiarkan Reyna sendiri. Arthur dan Inspektur Jaxon kembali fokus pada analisis kasus tersebut, membiarkan teka-teki "The Nightingale" terus mengusik pikiran mereka.

Tiba-tiba, hujan kembali turun. Kali ini, hujan datang dengan sangat deras, membasahi kota dengan airnya yang dingin. Suara hujan membentur atap dan jendela dengan keras, menggema di ruangan kecil tersebut. Hujan deras ini turun tanpa disertai guntur dan petir, menciptakan suasana yang dramatis dan sedikit mencekam.

Arthur, Reyna, dan Inspektur Jaxon sama-sama menatap ke luar jendela. Hujan deras itu menghalangi pandangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak dapat pulang ke rumah masing-masing malam ini, mengingat kondisi mobil mereka. Inspektur Jaxon langsung meraih ponselnya dan menghubungi istrinya, memberitahukan bahwa ia tidak bisa pulang karena hujan deras. Arthur menghela napas panjang dan berat, berjalan kembali ke sofa dan meletakkan kepalanya di sofa, kelelahan tampak jelas di wajahnya. Reyna, yang telah selesai bertelepon, masih menatap hujan di luar jendela.

Tiba-tiba, Arthur bersuara, memecah kesunyian yang dipenuhi suara hujan. "Reyna, kunci pintunya," katanya, "Kita tidak bisa pulang juga, kita akan bermalam di sini." Suaranya terdengar lelah, tetapi tegas. Reyna, tanpa berkata apa pun, berjalan dari tempatnya. Ia mengunci pintu ruangan dan menarik tirai jendela, membuat ruangan menjadi lebih gelap dan lebih terasa tertutup. Ketiganya kini terkurung di ruangan kecil itu, di tengah hujan deras dan misteri yang belum terpecahkan. Suasana tegang dan sedikit menegangkan menyelimuti mereka.

Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Hujan di luar masih terus mengguyur dengan derasnya. Reyna berjalan menuju sofa, duduk di hadapan Arthur. Ia bersandar ke sandaran sofa, memandangi layar ponselnya, tampaknya sedang bertukar pesan dengan seseorang. Jari-jarinya bergerak cepat di layar, menulis dan membaca pesan. Suasana di dalam ruangan hanya diselingi oleh suara hujan dan ketukan jari Reyna di layar ponselnya.

Tiba-tiba, lampu padam. Kegelapan langsung menyelimuti ruangan. Tidak ada suara guntur, tidak ada kilatan petir. Lampu padam begitu saja, tanpa peringatan. Kegelapan yang tiba-tiba itu membuat suasana menjadi semakin mencekam. Hanya suara hujan deras yang terdengar, semakin menambah rasa tegang yang meliputi ruangan. Arthur dan Inspektur Jaxon terkejut, terdiam sejenak oleh kegelapan yang tiba-tiba. Reyna, yang masih memegang ponselnya, mencoba untuk menyalakan senter ponselnya, menerangi wajahnya yang terlihat sedikit terkejut. Ketiganya berada dalam kegelapan.

"Apa yang terjadi?" gumam Inspektur Jaxon, suaranya sedikit terkejut. Ia perlahan bangkit dari sofa, meraba-raba jalan menuju mejanya. Gerakannya hati-hati, menghindari kemungkinan terbentur sesuatu dalam kegelapan. Dengan tangan gemetar, ia membuka laci mejanya. Di dalam laci tersebut, ia menemukan sebuah senter dengan cahaya yang cukup terang. Ia menyalakan senter itu, cahaya terang yang dihasilkan membuat wajahnya sedikit lebih terlihat.

Arthur juga perlahan bangkit, meraba-raba sandaran sofa untuk menjaga keseimbangannya. Ia mengerutkan kening, kebingungan dengan kejadian yang tiba-tiba ini. Kenapa lampu tiba-tiba padam? Apakah ini hanya kerusakan listrik biasa, atau ada sesuatu yang lebih dari itu? Ia merasa ada yang janggal, sesuatu yang tidak biasa dengan kejadian ini. Pikirannya menerawang, menghubungkan pemadaman listrik ini dengan kasus yang sedang mereka selidiki.

Reyna masih terduduk di sofa, tangannya menggenggam ponsel yang menyala. Ia melihat sekeliling ruangan yang gelap, cahaya senter Inspektur Jaxon hanya menerangi sebagian kecil ruangan. Tatapannya kemudian tertuju pada jendela yang tertutup tirai. Di balik tirai yang tebal itu, ia melihat sesuatu yang aneh. Sebuah bayangan besar, samar-samar terlihat, bergerak perlahan di balik tirai. Bayangan itu memiliki bentuk yang tidak biasa, tampak lebih tinggi dan lebih lebar daripada manusia biasa, dengan lekukan-lekukan yang ganjil. Karena tertutup tirai, bayangan itu tidak terlalu jelas, hanya samar-samar terlihat, namun cukup untuk menimbulkan rasa takut dan kegelisahan. Bayangan itu bukan sekadar bayangan pohon atau benda lainnya, ada sesuatu yang berbeda dan mengancam.

"Apa… apa itu?" tanya Reyna, suaranya gemetar. Ia menunjuk ke arah jendela, jari-jarinya sedikit gemetar. Ketakutan jelas terlihat di wajahnya.

Arthur dan Inspektur Jaxon langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah jendela. Ketika cahaya senter mengenai tirai, mereka melihatnya juga—bayangan besar dan ganjil itu. Keduanya terkejut, seketika itu juga rasa takut dan kegelisahan juga memenuhi hati mereka. Bayangan tersebut menimbulkan pertanyaan besar.

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!