NovelToon NovelToon
Under The Same Sky

Under The Same Sky

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Model / Mantan / Orang Disabilitas
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: CHRESTEA

Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.

Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Crash

Circuit Ricardo Tormo, Valencia.

Suara mesin bergemuruh seperti badai di pagi yang terlalu cerah. Circuit Ricardo Tormo, Valencia, terletak di tengah dataran yang luas dan berdebu, tribun melingkar seperti gelang baja.

Tribun itu selalu penuh dengan warna-warna tim dan sorakan ribuan penonton yang memecah udara. Bau bensin bercampur karet panas menjadi ciri khas tempat itu. Angin membawa debu tipis ke arah paddock, tapi bagi Orion Delvano, semua itu adalah bagian hidupnya.

“Kau yakin mau coba setelan baru ini?” tanya mekaniknya, menatap layar data dengan ragu.

Orion memasang helmnya, kacamata hitam di bawah visor memantulkan bayangan langit biru.

“Aku selalu yakin,” jawabnya pelan.

Saat mesin menyala, dunia di sekitarnya menghilang.Tidak ada penonton, tidak ada sponsor, tidak ada Selene di tribun. Hanya suara mesin, detak jantung, dan garis putih panjang yang membentang di depannya.

Dari atas tribun VIP, Selene Hartono berdiri anggun di balik kaca besar. Kacamata hitam menutupi matanya, tapi tangannya menggenggam pagar logam erat.

Gadis itu tahu Orion hidup untuk momen seperti ini. Karena itu dia tetap mendukungnya meskipun dalam hatinya selalu ingin menolak.

Selene takut kehilanggan pria itu setiap kali balapan berlangsung.

Selene meremas kuat pembatas besi,detik-detik sebelum tikungan ketiga, saat semuanya bergantung pada refleks dan keberanian. Tapi hari itu, entah kenapa, dadanya terasa berat.

“Dia terlalu cepat,” gumamnya pelan.

Asistennya menoleh. “Itu Orion, Miss. Dia selalu tahu batasnya.”

Selene tidak menjawab. Matanya masih menatap garis kuning di ujung tikungan.

Lalu semuanya terjadi begitu saja.

Suara gesekan keras, jeritan ban, dan dentuman logam memecah di udara. Motor Orion kehilangan traksi di bagian belakang. Tubuhnya terlempar tinggi di udara. Penonton menjerit bersamaan.

Helm Orion membentur aspal, tubuhnya terguling beberapa kali sebelum berhenti di tepi lintasan. Semua kamera berhenti bergerak. Semua mikrofon tiba-tiba sunyi.

Layar besar di sirkuit menampilkan bendera merah. Balapan dihentikan. Dunia ikut berhenti bersamaan.

Wallace Hospital..

Orion terbaring di ranjang ICU, tubuhnya dibungkus perban dan alat bantu. Suara mesin medis menjadi satu-satunya hal yang menunjukannya masih hidup.

“Kondisinya sudah lebih stabil, dia sudah melewati masa kritis,” kata dokter pada Selene.

“Tapi ada cedera serius di saraf kaki kirinya. Kami tidak bisa menjamin kapan atau apakah dia bisa berjalan normal lagi.”

Selene hanya diam. Pandangannya kosong menatap wajah Orion di balik oksigen.

Ia ingin menangis, tapi tidak ada air mata yang keluar.

Malam itu, saat semua kru tertidur di ruang tunggu, Selene berdiri di depan kamar Orion untuk waktu yang lama, lalu perlahan berjalan pergi. Ia tidak berpaling lagi.

ST. Claire Hospital..

Beberapa minggu berlalu, Sean sudah di pindahkan ke rumah sakit khusus rehabilitasi. Sejak pindah dia tidak pernah keluar dari kamar, hanya menyalakan TV tanpa suara.

Dalam dirinya dia masih sulit untuk menerima, keadannya. Sirkuit yang dulu jadi panggung kejayaan Orion, kini menjadi milik orang lain. Sedangkan dia masih terbaring di kasur dengan kaki "CACAT"

Orion menatap tongkat besi di samping kasur.Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya menolak. Lututnya lemah, keseimbangannya hilang. Ia terjatuh keras ke lantai, menahan napas di antara rasa sakit yang menyengat.

Tapi dia tidak berteriak. Tidak memanggil siapa pun. Dia hanya tertawa pelan,tawa getir, kosong, seperti seseorang yang baru sadar dunia yang dulu ia kejar tidak pernah benar-benar memeluknya.

Dari balik pintu, Damian memperhatikan.

Ia baru seminggu bertugas di rumah sakit tempat Orion menjalani terapi lanjutan.

Suster di sampingnya berbisik, “Pasien itu keras kepala. Tidak mau dibantu.”

Damian tersenyum tipis. “Keras kepala kadang lebih baik daripada menyerah.”

Orion masih diam menahan rasa sakit di kakinya,namun hatinya tak kalah sakit. Dunia seakan meninggalkannya begitu saja.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!