NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Transmigrasi / Era Kolonial / Nyai
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Sekar tak pernah menyangka, pertengkaran di hutan demi meneliti tanaman langka berakhir petaka. Ia terpeleset dan kepala belakangnya terbentur batu, tubuhnya terperosok jatuh ke dalam sumur tua yang gelap dan berlumut. Saat membuka mata, ia bukan lagi berada di zamannya—melainkan di tengah era kolonial Belanda. Namun, nasibnya jauh dari kata baik. Sekar justru terbangun sebagai Nyai—gundik seorang petinggi Belanda kejam—yang memiliki nama sama persis dengan dirinya di dunia nyata. Dalam novel yang pernah ia baca, tokoh ini hanya punya satu takdir: disiksa, dipermalukan, dan akhirnya dibunuh oleh istri sah. Panik dan ketakutan mencekik pikirannya. Setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju kematian. Bagaimana caranya Sekar mengubah alur cerita? Apakah ia akan selamat dari kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2. JOHAN KEMBALI PULANG?

Sekar terpaku duduk di kursi goyang di teras rumah menghadap ke arah taman belakang yang ditata dengan sangat baik, semilir angin siang menggoda kelopak mata Sekar. Ditambah kursi yang bergoyang membuat ia semakin terlena, satu bulan Sekar berada di era kolonial. Settingnya tak ada yang salah, semuanya serba jadul. Tidak ada hiburan, makanan instan, jangan lupakan masakan yang serba kurang. Sekar benar-benar kesulitan untuk beradaptasi dengan dunia novel, apalagi dengan era yang berbeda.

"Nyai! Nyai!" seruan keras dari arah belakang tubuh melengking.

Kelopak mata yang terkulai sontak saja terbuka lebar, Sekar mengerang pelan saat Ratna—gadis yang mendampingi dirinya terlihat heboh berdiri di samping kursi goyang.

"Apa apa? Kenapa kamu berteriak sekeras itu," protes Sekar setengah kesal.

Ratna menunjuk-nunjuk ke arah dalam rumah, terlihat panik.

"A—anu..., aduh! Nyai..., an—anu..., po—"

"Aduh! Jangan berbicara seperti dikejar malaikat maut. Berbicara pelan-pelan saja, aku akan mendengarkan apa yang kamu katakan. Kalau kamu bicara seperti itu, aku pusing mendengarnya," potong Sekar mendongak menatap ekspresi wajah panik Ratna.

Ratna menarik dan mengembuskan napas, mengatur agar dirinya bisa berbicara dengan lebih baik dan jelas.

"Jendral," ujar Ratna, "dia baru saja kembali ke rumah. Sekarang Jendral ada di ruang tengah."

Mata Sekar melotot jantungnya berdebar keras, sosok jendral yang digambar sungguh membuat ia takut. Johan bukan pria yang berhati lembut, pria berambut pirang terang dengan tatapan mata dingin itu merupakan pria gila. Tangannya tak pernah kering dari darah, tidak terhitung berapa banyak orang yang mati di tangannya. Termasuk pejuang serta pemuda yang melawan, ia berdarah dingin.

"Ken—kenapa dia bisa pulang secepat ini? Bukanya kemarin katanya dia berlayar keluar pulau?" Sekar tampak pucat seketika.

Jari jemari tangan Ratna saling bertautan, yang ditakutkan oleh gadis remaja ini adalah kemarahan Johan. Apalagi nyai-nya satu ini masih mengejar-ngejar lelaki lain, gosip itu pasti sampai ke telinga Johan. Jika nyai mati di tangan Johan, Ratna akan ikut disiksa sampai mati mengikuti wanita berparas ayu satu ini.

"Tidak tau, apa yang terjadi sampai Jendral pulang lebih cepat. Hanya saja..., bagaimana kalau Jendral tau kalau Nyai mengajar Tuan Aji," sahut Ranta tersendat, ekspresi wajahnya terlihat jelas ketakutan.

Kedua bola mata Sekar bergerak liar, bibirnya digigit kecil. Di dalam novel tokoh Sekar digambarkan tak kalah gilanya, dia menjadi nyai yang disiksa habis-habisan di tangan Johan. Hanya karena mengejar Aji serta bersikeras untuk menyakiti Kartika—tokoh utama protagonis wanita dalam novel, Kartika yang menjunjung tinggi harga dirinya sebagai ningrat serta tak ingin melepaskan perjuangan untuk meraih kemerdekaan negara. Bahkan Aji yang awal mencintai tokoh Sekar beralih hati ke arah Kartika, membuat Sekar terbakar api cemburu.

Kepala Sekar menggeleng. 'Tunggu! Ini masih berada di awal bab saat tokoh Sekar mengejar-ngejar Aji, belum di bab di mana Sekar menjebak Aji untuk tidur bersama. Dan menghancurkan Kartika karena cemburu. Aku pasti bisa merubah jalan cerita ini.'

Sekar mengangguk tegas, ia turun dari kursi goyang. Melangkah menuju pintu masuk, Ratna mengerutkan dahinya.

"Nyai tidak akan membuat Jendral marah 'kan? Benar begitu bukan?" Ratna berkedip dua kali, lalu berlari panik memasuki rumah besar.

"Nyai! Tunggu dulu!" teriak Ratna kalang kabut.

...***...

Kebaya encim berbahan halus dipadukan dengan bawahan sarung batik lilit dengan warna cerah, rambut hitam legamnya disanggul kesamping dihiasi aksesoris bunga melati putih. Penampil Sekar di malam ini terlihat begitu cantik, dan anggun ia melangkah sebisa mungkin terlihat seperti putri bangsawan berdarah biru. Kedatangan Sekar di meja makan membuat Johan menarik sebelah sisi alis mata tebalnya ke atas, aroma segar dari melati tercium jelas.

Sekar duduk perlahan, tak lupa mengulas senyum senatural mungkin ke arah Johan. Hidangkan di atas meja makan cukup beragam, dari ikan bakar, sayuran, serta daging sapi yang sulit untuk di dapatkan oleh orang-orang pribumi.

"Silakan Jendral, aku sudah menyiapkan makanan yang enak." Sekar membuka pembicara dengan senyum sopan, jari jemari yang ada di atas pahanya terasa dingin di ujung jari.

Sekar hanya berani melirik sekali ke arah Johan, pria yang duduk tegap di kursi jati itu bukan sosok yang biasa saja. Ia tampak berwibawa dan tampan, jika saja mereka berada di era modern mungkin pria yang kini menatap Sekar bisa menjadi sosok artis terkenal karena paras serta pembawaannya.

"Ada apa denganmu hari ini Nyai? Apakah satu bulan tidak bertemu membuatmu mendadak berubah, hm?" Johan menyipitkan kedua matanya.

Manik mata biru dingin itu seakan siap mengintrogasi tahanan, Johan tentu saja tidak akan pernah lupa. Bagaimana perlawanan Sekar terhadap dirinya saat Johan memilih Sekar menjadi gundiknya, Johan tahu betul gadis cantik yang pertama kali ia temukan tengah mencuci pakaian di tepi sungai. Gadis itu cantik, di antara para dara dia-lah yang menarik perhatian Johan. Mah tak mau, Sekar yang saat itu menjalin hubungan dengan Aji—pemuda pribumi itu menjadi gundiknya.

Bahkan di malam Johan menyentuh Sekar, gadis satu ini melawan dan menangis keras. Setiap hari Sekar seperti tikus yang bersembunyi di tempat gelap, karena takut diseret naik ke atas ranjang.

"Ak—aku sudah memutuskan," sahut Sekar tergagap ia tertunduk, jari jemari tangannya saling meremas satu sama lain. "Menerima takdirku menjadi milik Jendral," sambung Sekar mati-matian agar suaranya tak terdengar bergetar.

Sunyi, hanya suara jangkrik yang menyumbang suara, jari jemari kaki di bawah meja ditekuk. Johan masih menutup rapat bibirnya, akan tetapi atensinya semakin dalam menatap Sekar yang tertunduk.

"Karena ditolak laki-laki itu di depan umum?" tebak Johan kembali bersuara, suara terdengar serak dan berat bahkan kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar aneh saat berbicara bahasa yang sama dengan Sekar.

Sekar mengangguk, lalu menggeleng setelahnya. "..., dia tidak pantas untuk aku cintai, pe—penolakannya yang dibicarakan oleh orang-orang itu salah paham. Aku sungguh tidak menyukainya, dia terlalu percaya diri jika aku menginginkan untuk kembali bersamanya. Di—dibandingkan menjadi istri dari seorang rakyat biasa, aku lebih suka menjadi Nyai. Dengan rumah yang mewah, makan enak, berpakaian bagus, punya pembantu, dan memiliki suami seorang Jendral. Itu jauh lebih baik," tutur Sekar tertegun beberapa kali.

Harap-harap cemas ia mengangkat pandangan matanya ke arah Johan, pupil mata Sekar melebar saat ia mendapati garis senyum puas di bibir merah merekah Johan naik tinggi ke atas. Mau itu di zaman modern atau zaman kolonial tampaknya pujian untuk pria tetaplah membuat pria itu terbang ke langit.

'Ganteng sih, ganteng. Tapi, kalau bisa bikin semaput lebih baik tidak bersama.' Sekar hanya mampu menelan keluhan di dalam hatinya, author novel benar-benar menciptakan visual tokoh yang sempurna secara fisik terkesan berlebihan di mata Sekar.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!