NovelToon NovelToon
Iparku

Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Beda Usia / Keluarga / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Khozi Khozi

"mbak meli ,besar nanti adek mau sekolah dikota smaa mbak "ucap lita yang masih kelas 1 SMP
" iya dek kuliahnya dikota sama mbak "ucap meli yang sudah menikah dan tinggal dikota bersama suaminya roni.

apakah persetujuan meli dan niat baiknya yang ingin bersama adiknya membawa sebuah akhir kebahagiaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khozi Khozi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 2 kesedihan meli

“Mereka berdua sih nggak masalah, Mbak…” ucap Meli pelan

“Aku cuma… khawatir Lita salah pergaulan,” Roni berusaha tersenyum, tapi lengkung bibirnya terasa dipaksakan, seperti menutupi kegelisahan yang tak mau ia akui.

“Aku senang kok kamu perhatian sama adikku,” suara Meli terdengar tulus, “Tapi kalau mereka berdua, Mas… mereka orang sini. Aku tahu betul sifatnya.”

“Iya, Sayang…” bisik Roni sambil mengelus rambut Meli, gerakannya lembut namun mengandung beban pikiran yang tak terucap.

“Kalian mau makan apa, Mbak, Mas?” tanya lita, mencoba memecah suasana. Tapi di dalam hati, ia tahu… pembicaraan mereka entah bagaimana selalu berakhir mengarah padanya.

“Mbak pengin makan soto… tapi masaknya di pawon, ya. Udah lama banget nggak nyicip makanan kesukaan Mbak,” ucap Meli, matanya berbinar, seolah mengingat aroma masa kecil yang menguar dari dapur.

“Iya, Mbak. Aku masakin dulu sama Ibuk. Kalau Mas mau makan apa?” tanya Lita sambil menatap Roni.

“Samain aja… biar nggak merepotkan adik iparnya,” jawab Roni pelan, senyumnya sederhana namun penuh penghargaan.

“Mbak, mending jalan-jalan dulu di sekitar desa. Udaranya masih sejuk, sambil nunggu sotonya matang,” saran Lita sambil menunjuk jalan setapak yang dibatasi pepohonan.

“Ya sudah… Mbak sama Mas-mu keliling sebentar. Udah lama juga kan nggak mampir ke rumah tetangga,” kata Meli sambil tersenyum,

"nanti bilangin sama ibuk mbak keluar sebentar " ucap meli

"iya mbak nanti tak bilangin kan aku juga yang nyuruh "

 Meli berjalan menuju dapur,

Selepas Meli pergi, Lita mendekati ibunya yang tengah merapikan bumbu.

“Buk… katanya Mbak mau dimasakin soto,” ucap Lita sambil ikut membantu, tangannya lincah mengupas bawang lalu mengirisnya tipis-tipis. Aroma bawang mulai memenuhi dapur.

“Iya… Mbakmu ke mana? Di luar kok sepi, nggak ada orangnya,” tanya Ibuk, matanya sesekali melirik ke arah pintu belakang.

“Keliling desa, Buk, sama Mas Roni,” jawab Lita. Ia berhenti sejenak, ragu-ragu. “Oh iya… ada yang mau Lita omongin.”

Ibuk mengangkat wajahnya, heran. “Ada apa, toh?”

Lita menelan ludah, lalu menurunkan suara. “Buk… Mbak Meli… punya masalah kehamilan, ya?” bisiknya nyaris tak terdengar.

“Aku cuma… penasaran, Buk. Sudah lima tahun, tapi mereka belum juga punya keturunan…” suaranya lirih, penuh hati-hati. Ia tak berani bertanya langsung pada Meli, takut melukai perasaan kakaknya.

ibunya berdiam dan menghela nafas berat , hanya suara pisau yang beradu dengan talenan yang terdengar.

"jauh sebelum mbakmu pulang dia menelfon, ibuk fikir kabar kehamilan tapi justru suara tangis yang ibuk dengar" ucap ibuk

" mbak bilang apa buk?"tanya lita penasaran dengan kelanjutannya

"katanya ada yang bermasalah di rahimnya kata dokter juga kemungkinan kecil bisa mempunyai keturunan,sudah berbagai cara dan pengobatan yang dijalani mbakmu tapi belum ada yang berhasil" ucap ibuk menjelaskan

" kasian mbak meli pasti dia pingin banget punya momongan "ucap lita

"mbakmu mau coba progam bayi tabung mudah mudahan berhasil kamu doain mbakmu biar segera punya momongan dan ibuk punya cucu "ucap ibuk

“Terus… tanggapan Mas Roni gimana, Bu?” tanya lita , menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengaduk kuah soto. Matanya menatap ibunya, penuh rasa ingin tahu.

“Mas-mu itu orang baik,” jawab Ibu pelan, seulas senyum tipis muncul di wajahnya. “Syukurlah, dia nggak keberatan. Dia selalu berusaha menghibur Mbak-mu… biar nggak larut dalam sedih.”

lita menghela napas, ada rasa lega yang terselip. “Aku ikut senang dengarnya, Bu.” Ia kembali mengaduk kuah soto, lalu menaburkan bumbu penyedap perlahan.

“Kita bahas yang lain saja, ya… takutnya Mbak-mu udah pulang dan dengar,” ucap Ibu sambil menatap ke arah pintu dapur, seolah khawatir percakapan mereka terdengar.

“Iya, Bu,” sahut Lita pelan, menurut.

Aroma soto yang gurih mulai memenuhi dapur. “Sotonya sudah matang,” kata Ibu sambil menyingkap tutup panci, uap panas mengepul ke udara. “Kalau sudah mau, Ibu pindahin ke kompor besar.”

“Sudah matang, Bu. Biar aku yang ambil mie sama piring, ya,” ucap Rita sambil segera berdiri. Tangannya cekatan mengambil piring berisi ayam dan mie, aroma gurihnya langsung menyeruak.

“Iya, taruh di meja… sama nasi dan sambal. Jangan lupa bawang goreng,” pesan Ibu, suaranya hangat.

“Iya, Bu,” sahut lita. Ia membawa

nampan besar yang dinginnya terasa di telapak tangan, lalu meletakkannya di meja kayu. Gerakannya hati-hati, takut kuah panasnya tumpah.

Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu depan. “Assalamualaikum…” sapa Merli yang baru pulang dari luar, suaranya terdengar sedikit lelah .

“Waalaikumsalam, mbak ,” jawab lita sambil menoleh, senyum tipis muncul di wajahnya menyambut kepulangan sang kakak.

“Wah… baunya enak banget,” ujar Meli sambil tersenyum lebar. Ia langsung duduk di kursi, matanya tak lepas dari soto yang tersaji rapi di meja. Dengan gerakan yang penuh antusias, ia mengambil nasi, lalu perlahan menuangkan kuah soto panas yang mengepul wangi. Aroma rempahnya seakan membangkitkan kenangan lama.

Tak lupa, Meli juga menyiapkan semangkuk soto untuk suaminya. “Rasanya… dari dulu nggak pernah berubah,” ucapnya dengan nada puas.

Lita pun ikut duduk, mengambil piring dan mulai makan dengan lahap.

“Enak banget masakan kamu, Lita,” kata Roni sambil menatapnya.

“Aku nggak masak sendirian, Mas… bareng Ibu juga,” jawab Lita, berusaha tersenyum meski tatapan kakak iparnya membuatnya sedikit canggung.

Meli menoleh sambil tersenyum menggoda. “Kamu tuh… nggak pernah muji masakan aku selama ini, Mas. Tapi muji masakan Lita,” ucapnya, seolah bercanda,

“Aku juga muji masakan Ibu, loh kamu juga jarang masak dirumah ,” ujar Roni sambil tersenyum tipis.

"Mas. Kamu kan tahu, aku nggak terlalu pintar masak,” jawab meli nadanya setengah bercanda, setengah pasrah. “Untung kamu pengertian.”

Roni menatapnya lembut. “Yang penting kamu senang… itu sudah cukup buat aku.”

Lita, yang duduk di seberang, ikut tersenyum dia ikut bahagia

Namun di dalam hati, ia tahu, kakak iparnya memang sering memusatkan perhatian pada Meli.

“Cepat makan, Mbak, mumpung masih hangat,” kata Rita sambil menyodorkan piring.

“Kamu juga makan yang banyak, badanmu kecil banget itu,” sahut meli sambil tersenyum menggoda.

lita tertawa pelan. “Ini namanya langsing, Mbak. Kan bagus ukurannya segini.”

"tapi kamu juga mikirin kesahatan juga" ucap meli yang tidak mau adeknya sakit karna kekurangan makanan

"aku pasti jaga kesehatan ,mbak tenang saja ucap lita menenangkan

" ibuk gak ikut makan dek? dari tadi mbak gak lihat ibuk" tanya meli

"sebentar lagi nyusul mbak, ibuk masih didapur " jawab lita

benar saja ibuk datang dengan membawa sepiring gorengan yang masih panas

"ibuk tadi juga goreng tempe buat nyemil kamu kan suka to " ucap ibuk ke roni

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!