pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Maharani langsung meluncur ke Poke Sushi setelah sebelumnya mengabari Baskara kalau dia jalan ke tempat makan sushi itu. Setelah sampai di tempat makan itu, Maharani langsung menenteng tas lengkap dengan iPad dan juga map berisikan kontrak untuk pemotretan minggu depan.
“Loh? Kok udah sampe aja sih Kak?” tanya Maharani melihat pria itu di parkiran.
“Hai,” sapanya, “iya, takut lo nunggu lama.”
“Ih, padahal kalo emang masih ada kerjaan mah gak apa-apa.”
“Yuk,” ajak Baskara masuk ke dalam tempat makan jepang itu. Untung malam itu tak terlalu ramai.
Maharani langsung memesan sushi plater, crab salad, ice tea untunya dan ice orange untuk Baskara juga green tea ice cream untuk dirinya.
“Pelan-pelan, Ara,” kata Baskara melihat Maharani yang begitu lahap.
Mendengar nama Ara keluar dari mulut pria yang duduk di depannya membuat gadis tinggi itu langsung menatap mata pria tersebut.
“Eh? Sorry,” Baskara melihat wajah kaget wanita yang duduk di hadapannya. Seperti tak biasa mendengar sebutan itu, “tempo lalu gua denger lo dipanggil Ara sama Johnny dan Dona.”
“Gak apa-apa kak. Kenapa minta maaf sih?” katanya tertawa ringan.
“Abis lo kayak kaget gitu.”
“Kaget aja. Biasanya yang manggil gua Ara cuma keluarga. Orang-orang pasti manggil gua Rani,” katanya.
“Jadi gua manggil lo apa?”
“Panggil Ara aja gak apa-apa, Kak.”
“Lo tau gak sih tawaran lo bikin gua bimbang?”
“Kenapa?”
“Gua gak ada bakat apa-apa soal pemotretan. Lebih sering di belakang layar, alias megang kamera. Nanti kerjaan orang jadi berantakan, terus barangnya gak laku gimana ini. Sampe gua tanya ke temen-temen gua gimana baiknya. Sampe akhirnya gua terima.”
“Serius?”
Baskara mengangguk, “itu juga yang bikin gua lama kasih jawaban. Selain emang sibuk sama kerjaan.”
“Tenang aja, Kak. Lo cocok banget kok jadi model. Masa tampang kece, body oke gini gak jadi model?” puji Maharani membuat Baskara tertawa, “jangan salah, pas lo lagi asik main bola itu, gua kepoin IG lo. Nanya ke Kak Dona, dan liat dari feed lo, oke kok elo jadi model. Oke banget.”
Baskara menggaruk tengkuknya yang tak gatal mendengar pujian dari gadis di depannya.
“Lo tenang aja, Kak, nanti fotografernya juga bakal bantu kok.”
“Mohon bantuannya dengan sangat ya, Ibu Maharani.”
“Sama-sama ya, Bapak Baskara,” tersenyum lebar dan cerah.
Selesai mereka makan, Maharani langsung menunjukkan produk yang akan dia launching juga konsep pemotretan. Baskara yang sudah terbiasa dengan pemotretan mengerti gambaran yang diberikan oleh Maharani.
Kontrak kerja yang hanya sehari itu pun dijabarkan. Termasuk bayaran yang diterima Baskara dan juga tentang wajahnya yang akan terpampang di IG dan website dari Hera, iklan dan katalog.
“Thank you, Kak,” Maharani memberikan salah satu map berisikan kontrak mereka kepada Baskara.
“Lo udah dari kapan ngerintis usaha ini?”
“Heeem, dari tahun 2018. Masih terbilang baru.”
“Keren. Udah 3 taun dan udah lumayan gede.”
“Masih belajar jalan kak. Belum gede. Ambisi gua buat Hera jadi besar dan kebanggan orang-orang Indonesia dan internasional. Jadi tempat one stop shopping kebutuhan akan pakaian buat cewek dan cowok.”
Baskara terbelalak dan tersenyum lebar. Merasa senang dan bangga pada gadis yang ada di depannya.
“Inspirational,” katanya mengangguk-anggukkan kepala.
Obrolan mereka malam itu terus bergulir. Saling menanyakan tentang pekerjaan, kuliah dimana yang membuat Baskara kaget karena ternyata mereka satu almamater.
...♥...
Pemotretan dimulai. Maharani mengawasi jalannya pemotretan yang dilakukan outdoor sejak pagi buta itu. Ada 7 model yang meragakan dresses, skort, blouse, kemeja casual untuk pria, polo shirt, rok, jeans, yang bertemakan summer. Bahan yang di gunakan Hera kebanyakan adalah bahan yang menyerap keringat, cocok untuk cuaca Indonesia yang panas. Dengan sasaran utama mahasiswa dan pekerja kantoran, Maharani ingin eksplore sisi lain target utama pembelinya untuk different occasions. Koleksi kali ini lebih kepada kebutuhan untuk bersantai, piknik, berlibur, atau ke pantai, namun tetap terlihat stylist dan nyaman.
“Yang ini oke,” kata Maharani memperhatikan layar monitor milik sang fotografer.
Rangga, sang fotografer, juga menyetujui pendapat Maharani. Mereka sudah mendapatkan semua A cut. "Oke, done!” seru sang fotografer di sesi foto terakhir mereka.
“Thank you, Mas Rangga. Foto-foto lo gak pernah mengecewakan.”
“Itu siapa by the way? Gua gak pernah liat. Model baru?”
“Bukan model sih sebenernya. Tapi oke kan dia, Mas?”
“Keren banget. Udah macem model pro.”
Senyum Maharani mengembang hingga matanya membentuk bulan sabit. Sangat senang mendengar pujian untuk pria yang kenal beberapa waktu belakangan.
“Thank you semuanya!” Maharani menghampiri kelima modelnya yang sedang berteduh di bawah tenda yang dipasang dekat pohon rindang yang ada di taman itu. “Kalian ada jadwal lagi gak? Kita makan siang bareng dulu yuk,” ajak Maharani yang diiyakan oleh seluruh kru yang ada di sana.
Siang itu, Maharani dan seluruh timnya berpindah ke rumah makan padang pagi sore untuk menikmati makan siang mereka. Totalnya ada 17 orang termasuk Maharani yang sudah tak sabar ingin mengisi perut yang sudah demo sejak pagi tak di isi makan.
...♥...