NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 1

*

AAAAAAA

Suara jeritan, kesakitan, kemarahan dan kehebohan terjadi di antara kerumunan. Banyak mahasiswa/i yang berlalu lalang disana seketika berhenti untuk melihat apa yang terjadi.

"Yaakk Lepaskan rambutku!" Teriak salah satu gadis itu mengerang dengan melempar tatapan tajamnya.

"Kau yang lepaskan rambutku dulu." Balas lawannya tak terima sambil memperkuat jambakannya.

"Kau duluan!"

"Kau!"

Bukannya melerai, para semua manusia disana hanya terdiam menonton, ada yang merasa bingung dengan apa yang terjadi bahkan ada yang merasa terhibur dengan tontonan gratisnya bak sebuah film.

Tak lama seseorang datang berusaha memisahkan mereka "Hentikan!" Titahnya tak di hiraukan sama sekali. Dia menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan "Lepaskan Elena." Ucapnya seraya menarik salah satu dari mereka.

Gadis yang bernama Elena itu menarik nafas dalam, memadamkan wajahnya yang memerah guna mengendalikan gejolak bergemuruh di hatinya yang serasa ingin meledak "Huh. Kau selamat." Kesalnya melirik tajam.

"Apa?! Selamat kau bilang?! Lihat! Rambutku rontok gara-gara kau sialan. Dasar cewek jadi-jadian, apa kau Hulk yang menyamar?" Sungut lawannya tak terima karena Elena menariknya sangat kencang seperti memakai tenaga dalam.

Elena menyunggingkan senyuman puas, "Tadinya mau ku pakai gunting saja, biar kau jadi kembaran ipin."

Sontak saja celotehan Elena itu mengundang gelak tawa para Mahasiswa disana dan berhasil membuat lawannya tersulut emosi. Namun sang lawan yang ber name-tag Maria memperlihatkan dirinya seolah biasa saja sambil sesekali melirik cowok di samping Elena.

"Satya, kamu lihat sendiri kan bagaimana temperamennya Elena." Adunya sedikit manja "Dia tuh sebenarnya pura-pura baik di depanmu, padahal hatinya busuk. Lihat saja, dia menyerangku seperti seorang penjahat."

Satya yang mendengar itu seketika memutar bola matanya malas karena ia tahu bagaimana karakter keduanya "Tidak ada asap jika tidak ada api. El bukan tipikal seperti yang kau katakan Maria."

"Kenapa sih kamu terus belain dia? Cantik juga aku, kaya aku, bahkan asal usul orangtuaku juga jelas. Tidak sepertinya--..." Maria menggantungkan ucapannya sambil menatap sinis Elena dari atas sampai bawah, kemudian berkata "Anak haram."

Elena yang kembali mendengar hinaan itu sungguh rasanya ingin mencabik mulut Maria, dia mengepalkan tangan menahan emosi agar tidak kelepasan lagi. Di tambah telinganya panas mendengar bisikan dari banyak orang disana mengenai dirinya.

"Jaga bicaramu Maria!" Tegas Satya tak terima Elena di hina.

"Aku bicara fakta, semua orang disini juga tahu jika dia tidak punya ayah." Balas Maria tanpa rasa takut sedikitpun.

Satya menatap Elena penuh dengan kecemasan, takut gadis yang selama ini bersamanya itu kehilangan kendali dan melukai orang lain. Bukan peduli pada orang lain, tapi itu bisa mendatangkan masalah bagi Elena.

"Maria, kau membuat kesabaranku hampir habis." Perlahan Elena melangkahkan kaki mendekati Maria tanpa melepaskan arah tatapan tajamnya bak elang yang siap menerkam mangsa. Entah apa yang menggerakkan tubuh Maria, gadis itu refleks mundur sedikit ngeri dengan tatapan Elena.

Elena berhenti tepat di depan Maria, tanpa membuang waktunya dia mengucapkan "Kau bilang hatiku busuk? Aku penjahat? Ya katakan saja aku Villain." Tegasnya menghentikan ucapan sejenak untuk menarik nafas kemudian kembali berkata "Jika aku Villain, maka jangan pernah mengusikku! Aku tidak bisa jamin apa kau bisa melihat matahari esok atau tidak. Ingatlah! Tidak ada Villain yang menyesali perbuatannya."

Glek!

Kata demi kata yang di ucapkan Elena mampu membuat bulu kuduk Maria merinding, seakan yang di hadapannya itu bukanlah manusia melainkan psikopat. Mengerikan!

Tak ada kata lagi yang terucap, Elena segera pergi dari sana setelah di rasa cukup puas memberi pelajaran pada orang yang berani menyinggung dirinya. Sementara Maria masih terdiam mematung, entah kenapa seketika tubuhnya membeku melihat tatapan Elena.

Bukan hanya Maria saja, melainkan Satya juga merasakannya. Dia seperti tidak melihat Elena yang dia kenal sejak dulu.

Elena Putri Angelica, gadis berparas rupawan yang banyak diidamkan banyak lelaki. Wajahnya yang babyface terkesan kalem serta anggun, namun itu justru bertolak belakang dengan dirinya yang asli. Elena akan menunjukkan sisi psikopatnya pada orang yang di anggap mengusik kehidupannya, apalagi jika itu menyangkut keluarga.

Kini Elena duduk sendirian di bangku panjang yang berada di taman kampus. Dia memejamkan mata memikirkan tentang kehidupannya yang terbilang menyebalkan.

Merasakan pipinya seperti terserang dinginnya salju, Elena sontak membuka mata untuk melihat apa yang terjadi.

"Air dingin cocok untuk meredakan hati yang terbakar." Satya menempelkan sebotol minuman dingin ke pipi Elena seraya tersenyum lembut.

Elena menerimanya "Thanks."

"Minum dong, nanti keburu gosong hatimu itu." Hiburnya dengan harapan Elena merasa lebih baik lagi.

"Tak berubah. Kamu pemaksa." Balasnya dengan terkekeh lalu meminumnya sampai habis dengan satu tenggakan. "Haahh... Habis."

"Nyaris gosong tuh, pantesan langsung di padamin apinya." Tawa Satya ringan

Sontak saja itu juga mengundang gelak tawa Elena. Sungguh, Elena merasa terhibur dengan kehadiran Satya. Sosok lelaki yang selalu ada untuknya saat suka maupun duka. Bahkan Satya adalah orang yang selalu jadi garda terdepan untuk melindungi Elena dan dia tahu bagaimana kehidupan keluarga Elena yang sedikit terdengar menyakitkan.

"Apakah tadi itu kamu?" Tanya Satya secara tiba-tiba membuat Elena terdiam "Tatapanmu sangatlah berbeda, jujur saja aku sedikit merinding."

"Menurutmu, aku bagaimana?" Bukannya menjawab, Elena justru melempar pertanyaan tidak jelas pada Satya.

"Kamu baik." Balasnya singkat.

Elena tersenyum tipis, dia terdiam sejenak sebelum membalas ucapannya "Aku tidak sebaik itu."

Satya yang mendengar juga rasanya tak tahu lagi bagaimana harus menjawab. Untuk menghilangkan rasa canggung, dia terkekeh kecil yang tak di tanggapi Elena.

"Tapi untuk cewek seperti dia memang pantas di perlakukan seperti itu. Lain kali kalau mak lampir itu bicara yang tidak-tidak jangan di dengarkan. Cukup tempeleng saja pakai sandal." Tukas Satya sontak memberi saran absurdnya.

"Saran yang bagus, akan ku coba nanti." Elena tersenyum, namun tiba tiba saja senyuman itu memudar dan berubah jadi kepanikan "Astaga, aku lupa." Ucapnya sambil berdiri.

"Lupa apa?" Satya ikut berdiri

"Aku harus ke cafe sekarang, ini sudah waktunya shift ku."

"Mau ku antar?"

"Apa tidak masalah?"

"Ck kamu seperti sama siapa saja. Ayo." Satya menarik lembut Elena menuju motornya terparkir.

Satya Al Mahendra, Lelaki yang memiliki kulit putih, hidung mancung dan rambut sengaja di acak sehingga membentuk poni itu selalu membawa dua helm jika berangkat ke kampus. Karena dia ingin selalu siap jika nanti Elena membutuhkan bantuan untuk di antar ke tempat kerja.

Dalam perjalanan menuju cafe, Satya merasakan sesuatu melingkari pinggangnya dengan cukup erat. Oh padahal ini bukanlah yang pertama, tapi entah kenapa lelaki itu selalu saja merasakan hatinya bergemuruh ingin loncat saat Elena memeluknya dari belakang. Ia tahu, pelukan itu hanyalah untuk pegangan semata, pelukan itu di artikan sahabat, tapi dia tidak bisa membohongi hati kecilnya jika ingin di anggap lebih dari sekedar sahabat.

Sesampainya di cafe, Elena langsung berganti pakaian menjadi seragam pelayan cafe. Sedangkan Satya duduk sebagai pelanggan setia cafe, seperti biasa dia akan memesan minuman dan cemilan untuk menemaninya menghabiskan waktu disana. Ya elahhh bang... Bilang saja ingin menemani Elena kerja sampai pulang.

"Ini untuk pelanggan setia cafe Jasmine." Ramah Elena menyajikan pesanan untuk Satya.

"Terimakasih pelayan cantik." Puji Satya tersenyum manis seraya mengedipkan sebelah mata genit. Namun bukannya melihat Elena salting, justru dia di buat meringis kesakitan di tangannya karena mendapat serangan mendadak dari Elena.

"Gombalanmu sangat receh." Celetuk Elena membuat Satya terkekeh gemas.

Satya meneguk minuman dan menikmati makanan yang di sajikan, sedangkan Elena kembali melanjutkan pekerjaan. Setelah kepergian Elena, Satya mengambil handphone dari saku jaketnya lalu memainkan sembari mengisi waktu kosongnya.

Seseorang yang sejak tadi memperhatikan interaksi Elena dengan Satya menghampirinya "Ekhem semangat banget nih kerjanya di temenin mas pacar." Godanya.

"Pacar? Siapa?" Beo Elena tak mengerti lalu memikirkan maksud rekan kerjanya itu "Maksudmu Satya pacarku?"

"Siapa lagi? Ada yang lain kah?" Balasnya sedikit bingung.

Elena terkekeh merasa geli sendiri mendengarnya "Kita tidak pacaran. Satya hanya sahabatku saja, tidak lebih dari itu Mba."

"Sungguh?" Gadis bernama Nia itu tak mudah mempercayainya "Bagaimana bisa kamu menyia-nyiakan cowok tampan di depan mata? Mubadzir sekali."

"Jika Mba Nia mau, ambillah." Tawar Elena dengan entengnya.

"Mau banget, tapi sorry nih Elena. Aku tuh tipe yang setia, mana mungkin aku ninggalin suamiku."

"Suami? Mba punya suami? Kapan menikah? Tidak mengundangku?" Cecar Elena terkejut dan rasa tak percaya jika temannya itu sudah menikah.

"Apa kamu lupa? Suamiku berada di korea, dia sedang wamil. Bisa serangan jantung dia nanti saat pulang ternyata istrinya sudah mendua." Nia mendramatisir dan sontak membuat Elena terkekeh lucu juga rasa ingin menampolnya.

"Haluuuu terusss..." Ejeknya

"Masih mending aku haluin idol kpop, daripada aku haluin suami tetangga?! Beuhhh.... Bisa di tempeleng aku sama bininya." Balas Nia seraya bergidik ngeri.

Mendengar asbunnya Nia mampu membuat tawa Elena pecah. Memang rekan kerjanya yang juga seniornya selalu menghalu bareng bias. Pantas saja di usia dia yang tiga tahun lebih tua dari Elena sampai sekarang belum menikah, seleranya saja setampan Cha eun woo. Elena sungguh tak habis pikir.

Elena mengalihkan pandangan memperhatikan cafe yang terlihat cukup ramai dan tak seperti biasanya, ia penasaran karena belum di beritahu apakah cafe itu ada acara atau tidak. Akhirnya daripada membiarkan rasa penasaran itu membuncah, ia memberanikan diri bertanya "Mba, ada acara kah? Mereka bergerombol, satu kelompok?"

Nia menoleh dan ikut memperhatikan arah pandang Elena "Bukan acara penting banget, tapi yang ku dengar CEO mereka mentraktirnya karena baru saja memenangkan project besar."

"CEO?"

"Iya. Eh sepertinya itu CEOnya deh." Nia menunjuk pria matang yang berpakaian rapi, kemeja putih, berjaz hitam juga dasi hitam.

Elena menatap pria yang di tunjuk rekan kerjanya. Matanya sedikit menajam tak berkedip, wajahnya seperti mengartikan sesuatu dan hanya dia yang tahu, jantungnya terasa berdegup kencang, bahkan keramaian disana tak mampu mengalihkan tatapannya yang tertuju pada pria paruh baya itu.

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*

Hollaaa gengs... Ini novel baru author. Bagaimana episode pertamanya?

Jangan lupa juga LIKE, FAVORIT dan VOTE Yaa Gengss...

LOVE YOU~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!