NovelToon NovelToon
Sebelum Segalanya Berubah

Sebelum Segalanya Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Dunia Masa Depan / Fantasi / TimeTravel
Popularitas:810
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Rania menjalani kehidupan yang monoton. Penghianatan keluarga, kekasih dan sahabatnya. Hingga suatu malam, ia bertemu seorang pria misterius yang menawarkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Kesempatan untuk melihat masa depan."

Dalam perjalanan menembus waktu itu, Rania menjalani kehidupan yang selalu ia dambakan. Dirinya di masa depan adalah seorang wanita yang sukses, memiliki jabatan dan kekayaan, tapi hidupnya kesepian. Ia berhasil, tapi kehilangan semua yang pernah ia cintai. Di sana ia mulai memahami harga dari setiap pilihan yang dulu ia buat.

Namun ketika waktunya hampir habis, pria itu memberinya dua pilihan: tetap tinggal di masa depan dan melupakan semuanya, atau kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang telah ia hancurkan, meski itu berarti mengubah takdir orang-orang yang ia cintai.

Manakah yang akan di pilih oleh Rania?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rania

Happy Reading...

.

.

.

Rania Adistya Putri selalu percaya bahwa hidup adalah tentang pilihan.

Sejak kecil, ia terbiasa memilih. Menahan tangis agar tidak dianggap lemah, menahan amarah agar tidak dicap keras kepala atau menahan keinginan agar tidak mengecewakan orang lain.

Sehingga ia tumbuh menjadi perempuan yang pandai menahan sampai suatu hari, semua yang ia tahan berubah menjadi beban yang menenggelamkan dirinya sendiri.

Rania bukan tipe perempuan yang mudah menyerah. Ia cerdas, mandiri dan disiplin. Hidupnya tersusun rapi seperti agenda kerjanya. Setiap jam, setiap langkah, selalu sama. Seolah dunianya hanya berputar di ruang yang itu- itu saja. Atau lebih tepatnya hidup Raina terlalu monoton. Ia bekerja di perusahaan konsultan ternama, dihormati oleh rekan kerja, disegani oleh klien, dan dianggap teladan oleh atasan. Tapi di balik ketenangan dan profesionalismenya, ada hati yang lelah dan mata yang tak pernah benar-benar terpejam.

Malam bagi Rania bukan waktunya untuk beristirahat. Hampir setiap malam pikirannya selalu di penuhi tentang keluarga yang seolah mengabaikannya.

Tentang ibunya yang selalu berkata, “Kamu harus kuat, Rania. Karena kamu anak pertama.”

Tentang ayahnya yang jarang menatapnya dengan bangga, tapi sering menatap adiknya, Alisa, dengan senyum penuh kebanggaan.

Tentang sahabat yang ia percaya akan selalu mendukung, namun justru menjadi orang pertama yang menusuknya dari belakang.

Dan tentang Jordi, pria yang ia cintai dengan seluruh hatinya, namun berpaling pergi tanpa menoleh, meninggalkannya dengan luka yang bahkan waktu pun enggan menyembuhkan.

Rania hidup di antara dua dunia, dunia yang ia tampilkan kepada semua orang seolah dia wanita kuat, tenang, berhasil. Dan dunia yang hanya ia kenal sendiri, tempat di mana ia berlutut di hadapan cermin, menatap bayangannya yang tak lagi ia kenali.

Baginya, cinta adalah kata yang indah tapi berbahaya. Ia pernah mencintai dengan sepenuh hati, tapi cinta itu pula yang membuatnya kehilangan jati diri.

Setelah Jordi pergi bersama sahabatnya sendiri, Rania bersumpah tak akan lagi menyerahkan hidupnya pada siapa pun. Ia akan membuktikan bahwa ia mampu berdiri sendiri, tanpa kasih sayang, tanpa belas kasihan.

Namun seiring waktu, Rania mulai sadar bahwa kesendirian bukan kekuatan, melainkan sebuah kutukan yang perlahan membunuhnya dari dalam.

Setiap pagi, ia bangun dengan perasaan kosong. Setiap malam, ia pulang ke apartemen yang terlalu sepi.

Ia makan sendirian, bekerja sendirian, berpura-pura bahagia sendirian.

Dan yang paling menyakitkan, dia mulai terbiasa dengan semua itu.

Kadang di sela tumpukan berkas dan rapat panjang, Rania menatap jendela kaca kantornya dan bertanya dalam hati, “Benarkah ini hidup yang kuinginkan?”

Ia telah mendapatkan segalanya. Karier, kemandirian, reputasi tapi....Ia juga kehilangan semua yang pernah membuat hidupnya hangat.

Keluarganya menjauh, sahabatnya menghilang, dan cintanya hancur.

Yang tersisa hanyalah dirinya… dan kebisuan yang menekan seperti kabut.

Hingga suatu malam, hujan turun.

Langit seolah meniru kesedihannya, menumpahkan ribuan tetes air ke bumi yang dingin.

Rania berjalan tanpa arah, membiarkan air hujan membasahi rambut dan wajahnya. Ia tidak peduli. Mungkin begini rasanya menyerah. Tidak melawan tapi tidak juga berlari dan hanya bisa pasrah.

Ia berhenti di depan sebuah kafe tua di ujung jalan. Lampu di dalamnya redup, tapi entah mengapa terasa hangat. Di papan kayu di atas pintu, terukir tulisan samar:

“The Last Cup”

Rania melangkah masuk, hanya ingin berteduh. Namun malam itu, sesuatu dalam hidupnya berubah selamanya.

Ia bertemu seorang pria. Pria asing yang terlihat tenang dengan mata yang seolah bisa membaca pikirannya.

Pria itu tidak memperkenalkan diri sebagai siapa pun, hanya menatapnya lama, lalu berkata,

“Kamu terlihat seperti seseorang yang ingin berhenti hidup, tapi belum siap untuk mati.”

Rania menatapnya dengan bingung, antara marah dan heran. “Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku.”

Pria itu tersenyum tipis.

“Mungkin. Tapi aku tahu bagaimana rasanya kehilangan segalanya, dan berharap waktu bisa berbalik.”

Kata-kata itu menusuknya. Ia ingin menertawakan, tapi bibirnya kaku.

Pria itu lalu menaruh sesuatu di mejanya. Sebuah jam saku tua dengan jarum yang berhenti di angka dua belas.

“Waktu tidak selalu berjalan maju, Rania. Terkadang, ia memberi kita kesempatan untuk melihat apa yang akan terjadi… sebelum segalanya berubah.”

Malam itu, Rania tidak tahu bahwa hidupnya sebentar lagi akan menyeberang ke batas yang tak bisa dijelaskan oleh logika.

Bahwa di balik keputusasaannya, ada sesuatu yang menunggunya, masa depan yang tampak sempurna tapi menyimpan kesepian yang jauh lebih gelap dari apa pun yang pernah ia rasakan.

Dan ketika jarum jam itu kembali bergerak, Rania menyadari satu hal...

Terkadang, kesempatan kedua datang bukan untuk memperbaiki masa lalu, tapi untuk memahami mengapa kita harus kehilangan...

.

.

.

1
Erni Kusumawati
nyesek bgt jd Rania😭😭😭😭
Puji Hastuti
Seru
Puji Hastuti
Masih samar
Puji Hastuti
Semakin bingung tp menarik.
Erni Kusumawati
masih menyimak
Puji Hastuti
Menarik, lanjut kk 💪💪
Erni Kusumawati
duh.. semoga tdk ada lagi kesedihan utk Rania di masa depan
Puji Hastuti
Masih teka teki, tapi menarik.
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya ya, duh penasaran jadinya.
Puji Hastuti
Gitu amat ya hidup nya rania, miris
Erni Kusumawati
luka bathin anak itu seperti menggenggam bara panas menyakitkan tangan kita sendiri jika di lepas makan sekeliling kita yg akan terbakar.
Erni Kusumawati
pernah ngalamin apa yg Rania rasakan dan itu sangat menyakitkan, bertahun-tahun mengkristal dihati dan lama-lama menjadi batu yg membuat kehancuran untuk diri sendiri
Erni Kusumawati
mampir kk☺☺☺☺
chochoball: terima kasih kakak/Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Puji Hastuti
Carilah tempat dimana kamu bisa di hargai rania
Puji Hastuti
Ayo rania, jangan mau di manfaatkan lagi
Puji Hastuti
Bagus rania, aq mendukungmu 👍👍
chochoball: Authornya ga di dukung nihhh.....
total 1 replies
Puji Hastuti
Memang susah jadi orang yang gak enakan, selalu di manfaatkan. Semangat rania
Puji Hastuti
Kasihan rania
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!