Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Apa keluhanmu,hari ini?"
Pria yang menggunakan jas khusus pekerja rumah sakit itu bertanya ramah pada seorang pria yang sedang duduk di hadapannya itu.
Pria itu berdecak kesal."Kau serius bertanya seperti itu padaku? Hhhh! terserah saja,berikan aku obat itu__insomniaku semakin parah saja."keluh pria itu.
"Zam! Kau sudah terlalu banyak mengonsumsi obat itu, kau tahu sendiri resikonya,kan?"Kesal David pada pria di hadapannya.
"Iya aku tahu,tapi kau tahu sendirikan? separah apa, insomniaku!"
"Sebaiknya kau ikuti terapi hipnotis saja,tubuhmu tidak akan sanggup lagi menahan dosis obat tidur itu,Zam."
"Aku tidak suka hal-hal seperti itu,aku tidak yakin setelahnya mereka akan menatapku sama.Aku tidak suka di kasihani."
"Ck! Coba saja dulu, siapa tahu insomniamu bisa berkurang."
"Sudahlah, cepat beri aku obat.Aku mau pulang, lelah sekali aku baru mendarat beberapa saat yang lalu." Azzam langsung memotong perkataan David.
"Ini yang terakhir,lain kali kalau pun kau bersujud aku tidak akan memberikannya,kau mengerti!" Hardik David.
"Iya-iya, bawel banget, sih!." Azzzam mengambil botol putih yang di letakkan di depannya itu lalu ia masukkan ke dalam saku jas.
Peria dengan perawakan tinggi itu pun langsung pamit undur diri.
David menatap sendu punggung sahabatnya yang secara perlahan menjauh dan keluar dari ruangannya.
*
*
*
Jalanan ibukota terlihat padat
Oleh berbagai jenis kendaraan.Azzam duduk santai di dalam sebuah mobil berwarna hitam.
Beberapa kali ia menghela nafas dan berdecak saat melihat kemacetan di depan matanya.
"Jakarta selalu begini.nggak ada yang berubah."gumam Azzam menatap lurus kedepan.
Ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di indonesia setelah kurang lebih
2 bulan lamanya di Singapure.
Sang Oma yang memiliki riwayat penyakit jantung sedang dirawat intensip di salah satu rumah sakit di singapure,hal itu mengharuskan Azzam pulang balik antara indonesia- Singapure.Namun dalam beberapa bulan terakhir ini ia lebih banyak menghabiskan waktu di Singapure menemani Oma nya disana.
"Reno!" Panggil Azzam tiba-tiba.
"Iya,Tuan?"
"Apa kau berpikir aku ini tidak normal?" Tanya Azzam menatap Reno.Pria itu mengerutkan keningnya,kenapa Bosnya bertanya hal seperti itu secara tiba-tiba. Padahal dulu ia tidak pernah perduli, bahkan saat beberapa gosip miring yang menerpa dirinya.
"Ti-dak Tuan. Saya tidak pernah berpikir seperti itu." Elak Reno. Meskipun ia berpikir, mana mungkin ia berani mengatakannya hal itu.
"Hm!"
Suasana di dalam mobil kembali hening,Reno kembali sibuk dengan tab yang ada di tangannya,berusaha mengusir ke canggungan yg terjadi di dalam mobil itu.Sedangkan Azzam terlihat sudah memejamkan mata,entah benar-benar tidur atau tidak.Reno tidak tahu ia pun tidak berani untuk mengganggunya.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan,mobil itu akhirnya tiba di sebuah manssion mewah milik keluarga Athariz.Azzam keluar dari mobil ia menatap bangunan bertingkat tiga itu sebentar,sebelum melangkahkan kakinya memasuki manssion itu.
"Tuan sudah pulang?" Tanya Bik Asih selaku ART yang sudah berkerja lama di manssion itu.
Azzam menggangguk singkat sebagai tanggapan, kakinya terus melangkah menuju lift untuk naik ke lantai 3 tempat dimana kamarnya berada.
Sesampainya di kamar mewah dan elegan bernuansa hitam,Azzam melepaskan jas hitam yang melekat di tubuh kekarnya,melemparkannya asal ke atas ranjang king size.
Azzam meminum pil yang tadi ia dapatkan dari David sebelum merebahkan tubuhnya ke kasur empuk itu,dengan kaki yang masih menggantung di ujung ranjang.Ia melipat kedua tangannya di bawah kepala,menjadikannya sebagai bantalan.Matanya menatap langit-langit ruangan.Tubuhnya benar benar lelah saat ini,hingga perlahan matanya pun terpejam.
*
*
*
Sinar matahari menyinari bumi,memberikan kehangatan bagi yg menikmatinya.Hembusan angin membuat suara gemerisik yg menenangkan saat menerpa pepohonan.Burung burung riang terdengar,menciptakan simponi alam yg indah.
Udara pagi menyusup dari pintu balkon kamar yang sedikit terbuka,mungkin Bik Asih lupa mengunci pintu balkon kamarnya saat membersihkan kamar itu kemarin.Azzam baru saja bangun,sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan sesi olahraga sebentar di pagi hari,yang membuatnya selalu bangun lebih awal.
Pancaran fajar di pagi hari mengawali aktifitas seorang lelaki tampan berwajah dingin dengan rahang tegas yang mampu menunjukkan sisi kharismatik seorang Azzam Syauqi Athariz.
Lelaki pemilik tubuh atletis berbentuk roti sobek sang pewaris Athariz grub salah satu perusahaan terbesar di Asia yang memiliki cabang perusahaan di berbagai negara
Azzam kurang lebih sudah satu jam berada di ruangan yang di penuhi dengan alat-alat olahraga,Keringat yang mengucur dari pelipisnya tak mampu melunakkan raut wajahnya yang tegas.Dia mengenakan kaos olahraga ketat berwarna hitam,menonjolkan otot-otot yang terbentuk dari latihan rutin yang telah di jalaninya.Celana pendek dan sepatu olahraga melengkapi penampilannya.
Di ruangan Gym itu,Azzam bagaikan sosok yang tak tergoyahkan oleh rasa lelah.
Tubuhnya terus bergerak sementara wajah nya tetap tenang dan dingin.Ruang gym itu menjadi tempat pelarian bagi Azzam untuk melupakan kejadian yang yang memberi kehancuran dalam hidupnya.
Kejadian itu membuatnya sangat terpukul,sejak saat itu Azzam berubah menjadi sosok pria yang dingin.
Beberapa waktu berselang
Azzam,pria berwajah dingin dan tegas itu,akhirnya menyelesaikan sesi olahraganya.Setelah menghabiskan waktu berolahraga di ruangnan gym,Azzam bergegas untuk mandi.Ia melangkah menuju kamar mandi,membuka keran shower dan merasakan guyuran air yang mengalir dari kepala hingga membasahi tubuh atletisnya.
Selesai mandi,Azzam mengeringkan tubuhnya dengan handuk jubah putih yang lembut.Kemudian mengenakan pakaian rapi yang telah disiapkan di walk in closet.Ia mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dasi yang sempurna,penampilannya begitu memukau dan kharismatik.
*Tok,tok,tok*
Terdengar suara ketukan dari luar,membuat Azzam menoleh ke arah pintu kamar yang masih tertutup rapat itu.
"Tuan muda!" Panggil seorang maid dari luar kamar.
Azzam pun berjalan menuju pintu kamarnya untuk membuka pintu.
"Ada apa?" Tanya Azzam menatap maid yang kini menunduk takut.
"Ma-maaf, Tuan. Sarapannya sudah siap."maid itu menatap Azzam takut-takut.
"Hm." Setelah itu Azzam pun berbalik masuk kedalam kamar,lalu menutup pintu.
"Tuan muda serem banget. Untung ganteng."gumam maid itu sambil memegang dadanya yang berdebar lalu pergi dari sana.
Sementara itu di dalam kamar Azzam yang sudah selesai dengan rutinitasnya bersiap turun ke lantai bawah setelah selesai mengenakan jam tangan mahalnya.
*
*
*
Seorang gadis berdiri di pinggir jalan sambil memberi makanan kepada anak-anak jalanan.sudah jadi kebiasaan yg selalu ia lakukan di pagi hari sebelum berangkat kerja.Senyum manis terukir di wajahnya.Mencerminkan kebahagiaan hati,rasa bebas yg di rasakannya membuatnya menikmati hari-hari dengan penuh syukur.
Sebelum sampai ke kantor tempatnya berkerja,gadis itu selalu menyempatkan diri berbagi dengan orang-orang tidak mampu yang berada di perempatan lampu merah.
Ia membagikan sarapan serta cemilan pada anak-anak jalanan yang ada di perempatan itu.
Angin berhembus lembut menerpa rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai,tanpa di sadari kencantikan dan kelembutannya berhasil mencuri perhatian seorang pria yg sedang duduk di dalam mobilnya yg berhenti tak jauh dari tempat gadis itu berada,dari balik kaca mobil pria itu dapat melihat gadis itu yang tengah bercanda dengan anak-anak jalanan.
Sosok gadis cantik yang menawan seolah menghipnotis pria tersebut.matanya tak bisa lepas dari pemandangan gadis yang terlihat tulus dan lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak jalanan itu.Azzam yg sedang duduk tenang di dalam mobil mewahnya,tak sengaja menangkap pemandangan berbeda pagi ini.
Mata Azzam terpaku pada gadis yg tengah berbagi dengan anak-anak jalanan,dengan penuh kasih sayang.
"*Cantik."batinnya dan tersenyum tipis*.
Azzam terkesima melihat betapa indahnya senyum sang gadis,yang seolah mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya.Mata Azzam tak sadar lupa berkedip.Tatapan dinginnya mulai memudar tergantikan dengan rasa penasaran yang mendalam.Ia ingin tahu siapa gadis itu.
Sementara di posisi gadis itu,ia sudah selesai membagikan makanan serta minuman.
Gadis itu kemudian melangkah gembira di trotoar,akan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada.Ia akan segera ke kantor,gedung perusahaan yang terlihat tak jauh dari sana.Athariz Grub.
Senyum manis terukir di wajahnya,menyebarkan aura kebahagian yang menular. Sedangkan Azzam semakin terkesima menatap dari tempatnya berada,apa itu manusia atau bidadari yang diam-diam turun ke bumi dari khayangan?
Azzam yang masih mengamati gadis cantik itu,akhirnya tersadar saat reno menyampaikan jadwal kerjanya hari ini.
"Begitu Tuan.Apa ada yang perlu di revisi?"
"Ok, cukup!" Tukas Azzam lalu kembali menoleh ke arah gadis tadi yang sayangnya gadis itu sudah menghilang dari sana.
Sumber keributan klakson mulai terdengar karna lampu sudah berubah warna menjadi Hijau.Mobil yg di tumpangi Azzam pun kembali melaju.
*
*
*
Sesosok gadis cantik melangkah memasuki Lobby perusahaan tempatnya berkerja.
"Letta!"
Gadis bernama Letta itu menoleh,saat mendengar namanya di panggil.
"Eh, Ris.baru nyampe?"tanya Letta pada teman satu devisinya.
"Iya, Lo baru nyampe juga?"tanya gadis bernama Riska itu kembali.
"Iya nih,baru aja nyampe."
Dua gadis itu berjalan beriringan menuju lift, untuk naik ke lantai tempat mereka berkerja.
" Kok aku merasa ada yang berbeda ya, hari ini." Ucap Letta saat melihat para karyawan berkelompok dan berbisik-bisik dengan wajah tegang.
"*Tunggu,apa ada yang salah? kenapa semua orang pada tegang seperti ini?"gumamnya dalam hati*."
"Lo belum buka Wa,ya?"
"Belum, memangnya ada apa?"
"Pak Azzam udah balik dari Singapure."
Letta terdiam. Apa semengerikan itu pimpinan mereka? Karena ia sempat mendengar dari beberapa teman satu devisi nya mengatakan kalau CEO mereka di kenal sebagai orang yang sangat menakutkan,tegas dan dingin!
Letta bukanlah karyawan baru yang tidak tahu tentang pimpinan perusahaan tempatnya berkerja,dia awalnya berkerja di kantor cabang tapi beberapa bulan yang lalu dia mendapat promosi lalu di pindahkan ke kantor pusat. Selama berkerja pun dirinya tidak pernah melihat secara langsung wajah pimpinannya yang namanya saja bisa membuat orang ketar ketir apalagi bertatap muka langsung.
Walaupun namanya cukup terkenal di kalangan pengusaha namun tidak banyak yang mengetahui wajah asli seorang Azzam Syauqi Atharis haya orang-orang tertentu yang dapat bertatap muka langsung dengan CEO muda tersebut.
"Duh Ta, Pak Azzam itu orangnya sangat perfeksionis. Kalau ada kesalahan sedikit aja, dia bisa bertindak tegas bahkan kejam sama karyawannya. Dia gak akan segan-segan memecat karyawan yang menurutnya tidak berguna." Ujar Riska memberitahu.
Letta hanya terdiam.Dirinya memang sudah sering mendengar dari rekan kerja yang lainnya, jika sang CEO memang berhati dingin. Tak suka dengan karyawan yang di anggap lelet atau tak becus dalam menjalankan perkerjaan yang ia minta.
Sedangkan di tempat lain, Azzam kini sedang duduk di kursi di dalam ruangan kerjanya yg begitu luas dan mewah. Ia duduk disana sembari menandatangani semua dokumen yg baru saja di berikan asistennya.
Di depannya ada Reno asistennya ia berdiri tegak di depan meja kerja Azzam sembari memperhatikannya.
Menandatangani semua dokumen itu.
"Tuan, apa anda baik-baik saja? Wajah anda terlihat sedikit pucat." Tanya Reno khawatir.
"Hmm, Saya baik-baik saja. Mungkin hanya sedikit kelelahan saja."
"Apa perlu saya panggilkan dokter,Tuan?"
"Tidak perlu. Sudahlah,kembalilah berkerja."titahnya
Reno pun pamit undur diri, Dia tahu Azzam sangat tidak suka di bantah.
Setelah kepergian Reno,Azzam bangkit dari duduknya ia berjalan menuju sudut ruangan dari balik kaca tebal transfaran itu Azzam dapat melihat gedung-gedung pencakar langit berjejer rapi.
"Zan, kau bisa melihatnya bukan? Aku sudah melakukan semuanya seperti yang kau katakan." Gumamnya lirih.
Rasa bersalah dan penyesalan terpampang jelas di wajahnya, andai saat itu dirinya tidak terlalu panik dan andai pula saat itu dia tidak kebut-kebutan di jalanan kecelakaan na'as itu tidak mungkin terjadi.Tanpa di sadarinya setetes air mata jatuh membasahi pipinya,dengan segera Azzam menghapusnya menggunakan punggung tangannya.
"Aku tidak boleh bersedih,tidak boleh menangis. Aku sudah berjanji pada Razzan."ucapnya mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Azzam kembali ke mejanya untuk menyelesaikan perkerjaannya, dia ada janji temu dengan Leo sepupunya saat jam makan siang.
*
*
*
Tiingg..
Sebuah pesan singkat masuk kedalam ponsel Letta yang tergeletak di atas meja kerjanya.
Letta mengernyit heran saat membaca sebuah pesan dari nomer tak di kenal.
"Datanglah ke cafe jingga sekarang."
Letta mencoba mengabaikannya, namun sedetik kemudian ia juga penasaran dengan pesan itu seolah tidak ingin mengabaikannya.
Letta mengirim pesan pada sang kekasih. Berharap kekasihnya mau menemaninya pergi tanpa menyebutkan kemana tujuannya.
"Bim, makan siang bareng yuk." Pesan dari Letta namun Bima tidak kunjung membacanya,membuat Letta hanya mendesah pelan.
Letta merapikan meja kerjanya yang sedikit berantakan, dan sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.
"Maaf yank, aku lagi ada mitting sama klien. Nanti malam aja ya."
Letta membacanya dan tidak membalasnya akhir-akhir ini Bima memang mengaku tengah menjalankan sebuah proyek. Letta berusaha mengerti kondisi Bima dan tidak banyak menuntut.
Setelah selesai beberes Letta pun beranjak dari tempat duduknya ia berniat ingin mencari makan siang di luar dan kebetulan sudah waktunya jam istirahat makan siang.
"Buru-buru banget mau kemana sih?"tanya Riska.
"Hmm ke cafe jingga. Ada janji sama temen." Bohong Letta,tapi tidak sepenuhnya bohong sih. Karena dia memang ingin ke cafe jingga.
*
*
*
Letta tiba di cafe jingga,sebelum turun dari mobilnya Letta merapikan rambut dan make up naturalnya. Letta terlihat begitu cantik membuat banyak pria terpesona melihatnya.
Letta masuk kedalam cafe mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong. Namun ia malah melihat pemandangan yang membuatnya sediki shock lalu menjadi emosi.
Ya,Bima bersama wanita lain dan terlihat sangat mesra dengan Bima yang sedang menyuapi wanita itu.Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa, Letta menghampiri meja Bima bersama wanita yang ia ketahui adalah rekan satu devisinya di kantor.
Letta mengambil jus jeruk di hadapan wanita itu dan menyiramkannya ke wajah Bima.
"Yank.." Bima terkejut dengan kehadiran Letta di hadapannya.
"Ini yang di maksud mitting dengan klien." Tanya Letta menyindir.
"Sayang aku bisa jelaskan." Bantah Bima yang tidak ingin Letta marah kemudian berimbas pada hubungannya.
"Jelasin apa lagi? Udah jelas kamu sama wanita ini." Kata Letta sambil menunjuk ke wajah wanita yang sedari tadi hanya diam.
"Kita putus!" Kata Letta." Dan lo,ambil nih cowok berengsek gue nggak butuh."lanjutnya kemudian meninggalkan meja Bima.
"Yank,tunggu yank." Bima mengejar Letta namun Letta sudah masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari cafe itu.
Dari sudut cafe Azzam menyaksikan kejadian itu dari awal gadis itu masuk kafe pandangan Azzam langsung tertuju padanya.Azzam tidak menyangka akan melihat gadis itu lagi,gadis yang ia lihat di perempatan lampu merah. Seorang gadis yang membuatnya terpesona hingga tak dapat mengalihkan pandangannya.
Menarik batinnya
Azzam yang tengah menunggu kedatangan Leo malah menyaksikan tontonan geratis secara live.
Azzam sedikit takjup dengan keberanian gadis itu apalagi ia tidak membiarkan pria itu menjelaskan apa pun.
"Lagi liatin apaan sih?"
Mendengar suara seorang pria membuat Azzam menoleh ke arah suara berasal.
"Lo terlambat 10 menit."
"Ck! Lo terlalu berlebihan."jawab Leo dengan santainya sambil mencomot kentang goreng dan mencocolnya dengan sambal.
"Lo udah tau belum? Bella bakal balik ke indo?!" Tanya Leo
Azzam yang menatap ke arah luar kafe langsung mengalihkan pandangannya pada Leo yang ada di hadapannya itu.
"Kapan?"
"Kemarin, Kayak nya udah nyampe deh tadi pagi. Katanya pindah tugas ke rumah sakit yang sama dengan David."
Azzam hanya diam pandangannya kembali tertuju pada jalanan yang terhalang dinding kaca tatapannya yang tajam seketika berubah menjadi sendu,meskipun sudah bertahun-tahun lamanya tapi tetap saja rasa bersalah itu menggerogoti jiwanya.
"Zam, Are you okey?"
"Hemm, gue nggak papa."
Leo turut merasakan kesedihan Azzam.
Tapi dia tidak bisa melakukan apapun ia hanya bisa berharap suatu hari nanti Azzam akan menemukan sosok seseorang yang bisa membuatnya tersenyum kembali,seperti Azzam yang dulu.
*
*
*