Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1.
Author's pov.
Naura Fanya, gadis 23 tahun yang baru memulai karirnya sebagai seorang Sekretaris di sebuah perusahaan, dengan Ceo muda yang super dingin. Tapi, dibalik sikap dinginnya itu, Ceo muda bernama lengkap Sean Alarick Aldino memiliki kepribadian sebagai seorang badboy.
Berganti-ganti pasangan sudah biasa ia lakukan. Tapi, tidak seorang pun di antara pasangan seksnya yang mendapatkan hatinya. Hatinya begitu beku, seakan dikelilingi oleh tembok es yang sangat tebal dan keras.
Pernah kehilangan orang yang paling ia cintai, membuat hati Sean seakan tertutup rapat. Ia tidak ingin ada wanita yang masuk ke dalam hidupnya. Hubungannya dengan wanita hanya cukup sebagai pasangan one night stand saja. Ia tidak perlu cinta untuk melakukannya.
"Selamat pagi, pak Sean!" Ucap seorang gadis cantik yang menyapanya di depan pintu ruang kerjanya. Dialah sekretaris baru Sean yang baru mulai bekerja sejak dua bulan yang lalu.
"Selamat pagi." Jawab Sean datar dan dingin seperti biasanya. Ia berhenti sebentar dan menatap gadis itu. " Fany, tolong siapkan berkas yang kemarin kuberikan padamu. Aku memerlukannya siang nanti!" Ucapnya.
"Baik, pak." Jawab gadis itu dengan sopan. Gadis itu memiliki kepribadian yang sopan dan lemah lembut. Karena sikapnya itu, tidak sedikit pria di kantor itu yang berlomba-lomba untuk mendekatinya. Bahkan Sean sepertinya merasa cocok dengan jabatan yang ia berikan pada Naura Fanya.
Sean meninggalkan Fany ke dalam ruangannya. Tidak lama kemudian, seorang wanita dengan dandanan menor alias sedikit berlebihan, berpakaian seksi dengan pakaian kurang bahan berjalan melewati Fany dan masuk begitu saja ke dalam ruangan Sean tanpa permisi. Sebenarnya, Fany ingin menghentikan wanita itu dengan alasan kesopanan. Tapi, ia tidak melakukannya karena ia tahu Sean sama sekali tidak merasa terganggu dengan wanita-wanita yang datang menemui Sean dengan cara seperti itu hampir setiap harinya. Bukan hanya satu, bahkan setiap harinya, Sean selalu mendapatkan tamu wanita yang berbeda-beda dan mereka datang dengan cara yang sama. Cara yang tidak resmi seperti yang ada di dalam aturan jika menjadi tamu di perusahaan tempatnya bekerja.
"Fin, tolong buatkan minum buat tamu pribadi Pak Sean. Dia sudah datang dan ada di dalam." Ucap Fany meminta salah satu bagian staf di dapur untuk membuatkan minum untuk wanita penggoda Sean.
"Pak Sean selalu mendapatkan tamu yang berbeda-beda. Melihat dari dandanan mereka, aku jadi curiga bahwa pak Sean itu memanggil wanita sewaan setiap hari. Ih, ingin rasanya aku menambahkan bubuk racun tikus di minuman mereka." Ucap seseorang yang di panggil Fin oleh Fany. Dia Fina, staf bagian dapur yang selama ini dekat dengan Fany. Mereka berteman baik sejak saat Fany pertama kali masuk ke perusahaan itu.
"Hus.. Jangan sembarangan kalau bicara. Siapa tahu mereka masih family sama pak Sean." Ucap Fany tetap berfikir positif meskipun pendapat Fina mungkin ada benarnya juga.
"Fan,, mana mungkin family sebanyak itu dan semua perempuan yang beda-beda, datangnya hampir tiap hari pula." Ujar Fina tetap dalam pendapatnya.
"Keluarga pak Sean itu banyak, Fin." Ucap Fany.
"Iya, tahu. Tapi keluarga mana ada yang godain sampai ciuman segala?" Ujar Fina. Fany terdiam lalu tersenyum.
"Ya sudah, itu bukan urusan kita, yang penting sekarang buat minuman untuk tamu pak Sean. Langsung kamu antar saja ke ruangannya!" Ucap Fany.
"Iya, aku akan buatkan." Jawab Fina. Ia melirik seseorang yang ada di belakang fany lalu tersenyum jahil pada Fany.
"Kamu kenapa, Fin?" Tanya Fany bingung melihat ekspresi Fina.
Fany kembali ke meja kerjanya, mengerjakan tugas yang diberikan Sean kepadanya. Tapi, beri lima menit ia duduk dengan tenang, Fina datang dengan dua belas berisi minuman.
"Ya ampun, apa lagi, Fin?" Tanya Fany.
"Kamu saja yang antarin minuman ke ruang Ceo, aku takut." Ucap Fina.
"Ke ruang Ceo saja kayak ke kandang macan. Ya sudah sini biar aku yang antar." Kata Fany mengambil alih minuman yang dibawa Fina.
Fany sebenarnya juga merasa agak risih dengan tamu Sean saat ini. Jika dilihat dari penampilannya, tamu Sean sangat tidak sopan dengan penampilan seperti itu datang ke kantor.
Fany mengetuk pintu ruangan Ceo dengan pelan, kemudian terdengar suara Sean menyuruhnya masuk.
"Maaf, pak. Saya kesini hanya ingin mengantar minuman ini." Ucap Fany sopan agak menahan ketidak sukaannya melihat posisi wanita yang baru saja datang sebagai tamu itu. Wanita itu dengan tidak tahu malu duduk di pangkuan Sean.
"Kemana orang yang seharusnya mengerjakan tugas itu?" Tanya Sean tidak suka pekerjaan tidak bekerja dengan semestinya.
"Dia sedang tidak enak badan, pak. Jadi saya yang menggantikannya sebentar." Bohong Fany.
"Baiklah, letakkan saja di sana!" Tunjuk Sean pada meja kecil dimana biasa digunakan Sean untuk menerima tamu. Tidak disangka,Fany harus melihat itu semua, wanita itu bukan hanya duduk di pangkuan Sean, tapi juga menyentuh bagian - bagian yang tidak seharusnya wanita itu sentuh.
Karena tidak ingin melihat hal yang lebih memalukan lagi , Fany segera pergi meninggalkan ruangan Sean. Ia terengah-engah seperti habis lari maraton, ia sungguh tidak menyangka bahwa Sean hanya diam saja menerima perlakuan semacam itu dari wanita murahan seperti tamunya itu.
"Pantas saja, Fina selalu curiga padanya. Ternyata dia, oh Tuhan, aku sungguh tidak menyangka dia seperti itu." Gumam Fany sangat pelan. Ia kembali ke mejanya dan berusaha bekerja profesional.
...........
"Fan, Tunggu!" Terdengar suara Fina yang sedang berusaha memanggil Clara agar gadis itu berhenti melangkah menuju kantin kantor.
"Ada apa?" Tanya Fany setelah Fina berhasil membuatnya berhenti.
"Tungguin, udah sangat lapar ya? Makanya kamu jalannya kayak dikejar deadline." Tanya Fina.
"Tidak juga. Tapi, aku belum menyelesaikan tugas yang diberikan pak Sean padaku, dan aku harus mengumpulkannya setelah jam makan siang. Jadi aku harus cepat dan kembali bekerja. " Jawab Fany.
"Tentang pak Sean dan tamunya, apa yang kau lihat?" Tanya Fina sambil menggiring Fany ke meja kantin yang masih kosong. Fany terdiam, ia berfikir haruskah ia mengatakan yang sejujurnya? Apa tidak apa-apa jika ia membicarakan keburukan bosnya sendiri pada karyawan yang lainnya.
"Tidak ada apa-apa." Jawab Fany sambil mengambil sebotol air mineral di depannya.
"Tidak ada apa-apa? Mana mungkin bisa begitu?" Tanya Fina.
"Apanya yang mana mungkin bisa begitu? Memangnya kamu berharap aku melihat apa?" Tanya Fany , ia membuka tutup botol air mineralnya, lalu meminumnya.
"Pak Sean sedang ena-ena kali sama wanita itu." Jawab Fina.
"Uuhhuukk,, uuhhuukk." Fany tersedak mendengar jawaban Fina. Sungguh mengejutkan, tapi, melihat apa yang wanita tadi lakukan pada Sean, bukankah itu bisa memancing hal tabu itu terjadi?
"Pelan-pelan kali, Fan" Ujar Fina.
"Maaf, nggak sengaja." Jawab Fany. "Lagian kamu sih berprasangka buruk terus sama pak bos." Lanjutnya.
"Eh, prasangka buruk?" Fina bersedekap lalu menggeleng. "Karena kau masih tergolong sangat baru disini, maka aku akan memberitahumu sesuatu yang sangat penting." Lanjut Fina.
"Penting? Sepenting apa?" Tanya Fany.
"Beberapa pekerja lama pernah beberapa kali tidak sengaja melihat bos melakukannya dengan wanita yang berbeda-beda. Kau tahu kan, di samping meja kerja si bos ada sofa terlihat begitu nyaman itu, beberapa OB yang bertugas membersihkan ruangan si bos sering menemukan alat kontrasepsi bekas pakai di sofa itu. Masa iya tamu terhormat akan melakukan hal begituan di dalam ruang kerja Ceo dan meninggalkan bekas semacam itu." Ucap Fina.
"Kamu yakin itu kondom bekas pakai?" Tanya Fany.
"Tidak yakin juga. Tapi, "
"Ya ampun Fin. Jangan membicarakan hal yang tidak - tidak. Apa lagi dia itu bos kita. Memangnya kamu sudah siap kehilangan pekerjaan jika sampai bos tahu?" Ucap Fany memperingati.
"Aku belum siap kehilangan pekerjaan ini. Aku sangat butuh kerjaan ini. Kamu tahu kan kebutuhanku saat ini." Ucap Fina.
"Makanya, jangan macam-macam sama si bos." Ucap Fany.
"Iya deh." Jawab Fina. "Tapi, kamu harus tetep hati-hati loh Fan. Apa lagi kamu sekretarisnya. Bakalan banyak waktu yang kalian habisin berdua." Ucap Fina.
"Iya, udah deh jangan bahas itu melulu." Ucap Fani.
"Iya - iya. " Jawab Fina sambil terkekeh melihat Fany yang ternyata kesal karena ocehannya. Bukannya Fany tidak percaya dengan ucapan Fina, hanya saja ia tidak ingin mencari masalah dengan membicarakan hal buruk tentang bosnya sendiri.
.......
Bersambung.....